Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Bertemu denganmu, adalah janji
Matahari setiap pagi. Menanti disemester akhir masa perkuliahan. PPL adalah
tiket menuju pertemuan saya dan kamu. Di ruang kelas dengan bangku kayu serta
senyum lucu darimu. Di sekolah dengan lorong tempatmu berlarian, kursi
berlengan tempat kita sempat saling berdendang, juga tentang buku-buku yang
mengajak kita saling berpegang. Saling membantu. Menyapa dalam hangat tanpa
sekat Guru dan Siswa.
Entah siapa guru disini, sebab
darimupun aku banyak belajar. Tentang tulusnya senyum menyapa, tentang riuhnya
tawa canda dengan semua,tentang ketaatan pada tata tertib, pun tentang
memaafkan diantara kalian. Dan tentu saja, tentang keikhlasan menerima saya dan
teman-teman sebagai rekan belajar disini. Di sekolah ini, tempat kita pernah
berbagi asa, cerita, mimpi, juga cita.
Lantas ketika masa begitu cepat
melenggang dengan kaki tak nampaknya, bisa apa aku? Tak mungkin ku pincangkan
waktu agar berhenti berjalan, tak mungkin ku rem lajunya. Ia adalah partikel
yang akan tetap bergerak dan meninggalkan cerita itu sebagai kenangan. Saya dan
kamu, hanya akan menjadi kenangan.
Kenang sebuah pertemuan
sederhana yang membuat hati tak lagi sama. Arrrrghh, mengapa harus sesayang ini
untuk hubungan selama tiga bulan? Mengapa seolah enggan tersapa pisah ketika ia
adalah satu paket dari pertemuan? Mengapa?!? Bukankah seharusnya hati ini sudah
rela sejak langkah pertama. Setidaknya tak ada janji selamanya di awal masa
itu.
Hari ini, saat pertama senyum kalian
menyapa, adalah tiket hangat yang mengalir dibukit pipi. Membius udara penuh
haru, bahwa waktu begitu cepat berlalu. Bukan perpisahan yang ku takutkan. Jujur,
aku hanya takut dilupakan. Itu saja.
Engkau adalah getar pertama yang
meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal hidup.
Engkaulah tetes embun pertama
yang menyesatkan dahagaku calam cinta tak bermuara.
Engkaulah matahari Firdausku yang menyinari kata pertama di
cakrawala aksara.
Kau hadir dalam ketiadaan.
Sederhana dalam ketidakmengertian.
Gerakmu tiada pasti. Namun, aku
terus disini.
Mencintaimu.
Entah mengapa.*
*catatan Dee
pada suatu pagi buta diatas atap rumah tetangga*
Solo,
21/11/2014
Monolog
Tengah Malam setelah sempat menguras mata air dekat kening.
0 comments:
Post a Comment