Rss Feed
  1. #JumpaKlorofil @Kelas Aksara

    Sunday 28 February 2016

    Tidak tepat pukul setengah empat seperti yang dijanjikan, sebab semesta berkehendak lain. Hujan rahmat nyata memperlambat langkah untuk bergegas dan lekas sampai. Tapi, besertanya syukur itu senantiasa melirih, bahwa ada kegersangan iman yang resmi dibasahinya dimenjelang senja Sabtu lalu. Bersama kamu, faktanya kita mampu melaju mengejar waktu. ^^ Terima kasihh :*

    @TinyCaffeLibrary.

    Tidak terlalu ramai, tapi juga tidak perlu dibilang sepi. Seusai menyalami staff caffe yang saya kenal, langkah ini segera masuk. Mendapati empat perempuan sudah menanti.

    Hi April, Hi Karina, Hi Tami, dan Hi Aini ^^

    Tanpa basa basi, wajah ini tak bisa dipungkiri menyatakan bahagia tak berperi. Semangat itu terpompa. Debar itu makin terasa. Saya jatuuh cintaa :’D

    @KelasAksara

    Lingkaran itu cukup rapat dengan enam perempuan berjilbab. Haha mengingatkan saya pada lingkaran yang satu itu. :D Syukur kehadiran Allah semesta alam, pengenalan Kelas Aksara dibuka dengan bahagia :”) Alhamdulillah…
    Kelas Aksara yang merupakan keeping mozaik dari keutuhan puzzle Rumah Aksara hadir sebagai ruang apresiasi atas ragam karya. Sastra, skestsa gerak raga ataupun suara, mereka adalah karya yang tak perlu sungkan menerima apreasiasi. Dan ruang itu jelas tidak mengikat perkara kehadirannya. Siapapun dengan latar belakang apapun, adalah sesiapa yang akan selalu diterima adanya. ^^

    Satu satunya syarat ialah semangat belajar. Sebab mengikuti kelas aksara bukan jaminan para pesertanya menjelma menjadi penulis hebat. Kehebatan itu adalah satu yang harus dijemput sendiri, namun dalam proses menuju penjemputan tersebut Kelas Aksara akan membersamaimu. ^^

    Mengeja Aksara.

    Benar. Pada akhirnya kita hanya akan belajar mengeja. Segala rupa pertanda yang Allah titipkan melalui semesta sebagai hamparan pembelajaran manusia manusia berakal. :”)

    Mengeja semesta untuk lebih dekat dengan sang Pencipta.

    Sebab Setiap dari kita adalah aksara yang akan menemukan alur ceritanya. Iya, dengan mencoba membaca melalui ejaan peraksara kita akan paham untuk apa setiap cerita itu ada. Hingga kita paham, Tuhan itu Maha Kreatif. Dan jalan setiap orang wajib bersyukur dengan jalan ceritanya.
    Mengapa copy paste? :P
    Dee. Fiksi Ilmiah yang sekilas Nampak picisan tapi setelah terselami akan paham apa makna proses menulis yang tidak sebentar. Perjalanan menulis yang tidak hanya mengajak kita berimajinasi tapi juga menyerap informasi kini.
    Pram. Fiksi Lintas Generasi. Gerbang mengenal Negara sendiri meski dari balik jeruji pena. Setidaknya kala itu kebebasan menulis belum selebar sekarang.
    Seno Gumiro Ajidharma. Perayu ulung yang tidak hanya memikat hati melalui bunga diksi, tapi menggelitik politik dengan beberapa lirisnya. Penutur Kisah Sebentar dengan gravitasi tingkat tinggi.
    Cak Nun. Pembaca masa dengan bingkai agama. Nampak religious tapi sebenarnya humoris nan manis tanpa meninggalkan keseriusannya berpendapat.
    Sapardi Joko Damono. Pujangga penakluk banyak wanita. Tuan Metafora dengan senjata bunga aksara.
    Habbiburrahman. Penyampai fiksi berbumbu informasi islami. Tanpa merancukan mana fiksi dan nonfiksi, keduanya dituturkan dengan jujur dalam diksinya.
    Adrea Hirata. Pengamat budaya keseharian dari tanah kelahiran dan jejak langkah perjuangannya. Jika Nampak berlebihan, itu hanya syarat agar tulisannya disangka fiksi. :”D
    Mereka adalah yang telah berhasil menemukan aksaranya. Menjadi pembeda tanpa mengotak otakkan. Manis tanpa buatan.^^
    Mereka telah berhasil menjadi media sesama untuk memudahkan mereka mengeja tanda semesta.
    Sang Maha Pencipta membuat hamparan semesta ini sebagai ladang pembelajaran. Just to be nice Reader :”)

    Jelas. Tidak ada yang seperti mereka. Kamu bisa menjadi dirimu sendiri dengan ragam potensi dalam dirimu. Ingat. Tuhan Maha Kreatif.
    Maka, BERKARYALAH!! Bukan sebab kamu memiliki massa atau followers yang akan menjadi diterimanya karyamu, tapi berkaryalah untuk memanusiakan manusia.
    Apapun karya itu.

    Dan satu karya yang bisa kita buat setiap detik ialah nafas syukur atas setiap masa yang hadir dengan ragam cita. Semoga selalu ada Allah disana.

    Dan syukurku menjumpa kalian sebagai keluarga baru. Teman belajar kelompok untuk mengeja aksara kita. :”) Terima kasih atas upaya kehadirannya.
    April, Aini, Karina dan Tami yang rela menanti lebih awal dari seharusnya.
    Ibnu dan Bayu yang hadir lebih dari jam seharusnya, kebersamaan kalian mengingatkan saya pada suadara kembar yang baru dipertemukan. Arggghh kalian itu mirip tauk! :D
    Udin yang kepolosannya menyapa ditengah bincang kita. Masih dengan bara yang menyala meski terguyur hujan.
    Juga dua partner TerKeceh Dedek Burhan dan Kakak Titi, sinih tak peluk deh.

    Terima kasih untuk upaya kehadiran di malam minggu yang biru. Sebab ada semangat baru di ujung senja malam sabtu itu. ^^

    Dan tanpa maksud melupakan kehadiranmu di ujung temu, Terima Kasih Kang Catraaa atas upayanya untuk dataaang :D next time langsung joint saja yak :D katanya lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali hlooo….

    Lantas untuk semua insan dibalik layar yang turut mendoakan upaya ini berjalan lancar, terima kasiihhh… :*
    Untuk kalian yang belum sempat datang…
    Masih ada pertemuan kedua, ketiga, keempat, kelima dan seterusnya sampai Allah yang Maha Tahu :”)

    ______________((((^^^))))______________
    Sekedar mengingatkan materi untuk kelas aksara akan diisi dengan beberapa agenda.
    ^^ Di setiap pekan pertama dan ketiga, akan ada Kepo Karya. Semacam bedah karya, bisa berupa buku, cerpen, antologi, puisi, naskah drama, gambar, dkk. Bedah karya tersebut bisa langsung dilaksanakan bersama si Kreator ataupun hanya bertukar kaca mata tentang sebuah karya. Semisal: kita akan membedah buku Perahu Kertas karya Dee, jika memungkinkan kita akan mengundang Dee untuk kita KEPOin habis habisan tentang karyanya, jika belum memungkinkan kita akan sharing pandangan tentang karya tersebut. Teknis materi sharing bisa seputar unsur intrinsik karya maupun unsur ekstrinsiknya. :D

    ^^ Di pekan kedua dan keempat, insha Allah akan ada Jaring Inspirasi. Kita akan jalan jalan guys, nyuri inspirasi dari mana mana untuk kelas Aksara. Haha terjun kelapangan untuk menemukan cinta memanusiakan manusia. Inget ye, ini jalan jalan bukan sepedaan atau motoran apalagi mobilan. :D semoga terlaksana. :”)

    ^^ Akan ada tiket berupa karya untuk setiap pertemuan. Tiket itulah yang akan mengantarkan kita masuk pada kelas Aksara selanjutnya. Tidak perlu merasa tertinggal, sebab kita akan selalu bergandengan tangan untuk mengeja kebesaran Allah Ta’ala. ^^

    ^^ Base Camp Kelas Aksara ada dua. Titik Nol pertama ada di Tiny Caffe Library Purwosari Solo. Titik Nol kedua ada di Ketiak Sekolah Alam Bengawan Solo Juwiring Klaten (sebab kontrakan saya masih disana :v )

    Sampai bertemu di Tangga Kelas Aksara Kedua ^^ ada Rindu yang butuh dijemput Temu. Mari berupaya mencipta jumpa. ^^

    Rumah Aksara, 28/2/2016
    – Nona Aksara –


  2. Bergegaslah...!! ^^

    Friday 19 February 2016

    Kepada Putri yang sedang Membangun Diri ^^

    SemangArt Pagi Putri ^^
    Apa kabar nuranimu? Masihkah kematian menjadi hayalanmu sebelum lelap? :”) Setidaknya dengan mengingat kematian,
    prioritas kehidupan fana kita akan lebih tertata. :”)

    Maafkan sikap abai saya terhadap pesan singkatmu. ^^

    Sungguh, abai saya tak senyata yang kamu rasakan. Saya membacanya lantas memerdekakan engkau menjawabnya sendiri. ^^
    Perkenalan kita memang belum lama, terhitung dari jumpa pertama di layar virtual, lantas ku jemput petemuan kita dalam aksi membersamai. :”)

                               ^O^

    Perkara benci membenci itu murni urusan nurani sendiri, Putri. :”) Sekalipun kamu sudah bertanya kesana kemari untuk mengilangkan rasa itu jika kamu tidak bertanya pada diri sendiri perihal memaafkan yang telah terjadi, niscaya dia, kebencian itu akan terus menggerogoti. :”)

    Kamu bertanya bagaimana cara menghilangkan benci. Kamu bertanya bagaimana cara melenggang pergi tanpa beban urusan hati. Kamu bertanya bagaimana cara melogikan rasa. Dan akhirnya kamu bertanya mengapa saya menjadi sebegitu sombong dihadapmu. :D

    Mari tertawa sejenak.

    Mau kopi Atau mau saya buatkan Teh?

    Dua sedok makan gula dan setengah gelas air panas yang dibauri air es hingga penuh, lantas sebagai penutup kamu memilih biji kelengkeng atau daun mint. ^^ Keduanya bisa disediakan untukmu Putri, selama hati dan ragamu bersedia hadir di bincang senja kita.

    Duduklah sejenak.

    Seperti halnya senja yang menghadirkan jingga, mengabarkan keramahan matahari pasca menyengat sepanjang siang. Di sanalah momen berdamai itu dengan jenak dapat terangkai. Bahwa segala klimaks masa ketidakmenyenangkan akan ada anti klimaksnya, meredupkan segala amarah dan dengki dengan satu kata. Damai. Iya, berdamailah dengan ekpektasimu. Berdamailah dengan realisasi semesta. Berdamailah dengan dirimu sendiri.
    Mengabaikan pesan singkatmu adalah cara saya membuatmu merdeka dalam berlaku. Kamu bisa mengambil apapun langkah yang butuh kamu ambil. Kamu bukan hamba sahaya dari sesama manusia, kamu adalah perempuan merdeka! Sekalipun engkau menghamba, menghambalah pada Allah semata.

    Ayolah, jangan mau diperbudak rasa!

                              ^O^
    Pertama. Tanyakanlah perihal kebencian itu.
    Berlandas pada apa kebencian itu kamu pupuk? Jika hadirnya sebab Illah, teruskanlah, tapi jika sebab yang lain, buanglah. Sejauh mungkin.

    Susah? Jelas, sebab kita masih dilangkah pertama. Langkah awal memang sering membuat terengah.
    Ayok, ada langkah kedua yang akan membuatmu sedikit melega.

    Tanyakanlah perihal kebencian itu.
    Bergunakah untuk terus memendam kebencian?

    Dalam sebuah tragedy, saya pernah meminta anak anak untuk mengantongi sebiji kentang yang harus mereka bawa kemana mana kapanpun dan dimanapun. Tujuh hari mereka tak terpisahkan dengan kentang itu. Ya, makhluk organic itu mulai membusuk. Menguarkan bau tak sedap dan membuat tak nyaman. Ingin rasanya lekas membuang kentang dikantong itu, aku mereka. Kentang busuk itu serupa dengan hati kita yang terserang benci. Menyebalkan dan tak berguna.

    Buang saja. Sudahi.
    Kamu mengangguk? Baiklah. Tak perlu ragu. Buang saja sekarang.
    “Caranya?”
    Minumlah dulu tehmu sebelum dingin. Aroma hangat the mint lebih menyegarkan kala hangat.
    Iklashkan apapun yang membuatmu benci.
    Perihal patah hati, kehilangan, sampai ketidakjelasan rasa. Kembalikan pada Ia yang Maha Membolak Balikkan hati.
    Kamu butuh kekuatan untuk melangkah?
    Mari, saya ajak ke rumah itu. Rumah penuh obat dan selang. Di ujung ruang anak anak, di pojok paling ceria.
    Dalam sisi pandangmu, mereka sangat berhak membenci, sangat berhak marah, sangat berhak mengadili. Tapi? Tawa mereka merekah, hati mereka berperi, ceria itu terpatri.
    Mereka adalah adik adik dengan banyak kekuatan yang diuji melalui kanker, tapi tak sedikitpun mereka menyesali suratan.Nya. setidaknya jikapun pernah, mereka berhasil melalui itu.
    Pun di ruangan ruangan sebelumnya, ada kekuatan yang tersebar disetiap penjuru rumah itu. Bangsal bangsal yang malah membuat mereka kian tangguh dalam dera kata ‘sakit’. Mungkin itu mengapa kita dianjurkan meluangkan waktu sejenak untuk membersamai mereka mengurai senyum.
    Mendekatlah pada mereka, dan kamu akan tertulari semangat kekuatan mereka. ^^
    Iya, pancaran kekuatan itu resmi menular.
    Kekuatan yang tak pernah melemahkan. Kekuatan yang datang lebih dari sekedar syukur sebab kamu bukan mereka, tapi sebab kamu paham bagaimana cara menyikapi hidup yang mungkin tidak sebentar. Bahwa beban rasa yang masih kamu biarkan teremban adalah perihal cara pandang saja. Bahwa semua uji adalah solusi yang butuh digali dan direnungi untuk lantas dijadikan refrensi menyapa hari. ^^
    “Tapi, serius. Ini bukan hal yang mudah!” alismu masih tertaut. Pipimu tersambar gravitasi dan melukiskan mendung diwajah.
    Tidak ada yang mudah untuk meraih jannah Sayang ^^ jika ingin mudah, mungkin kamu hanya akan mendapat piring pecah atau kalau sedikit lebih beruntung mendapat kipas angina ^^ lantas apakah keduanya mampu melindungimu dari panasnya api neraka? ^^
    Putri, semua bisa begitu mudah pun mampu sangat rumit. Kembali kepada diri menatap cermin. Iya, semua berawal dari diri sendiri. Insan lain hanya lalu lalang pencaci atau pembersama. Yang jelas satu, ada aku disini. ^^

    Surakarta, minggu kedua bulan penuh hujan di tahun banyak pesta penikahan.

    RisaRiiLeon


  3. Akan ku katakan kepadanya, bahwa menerima tak semata perkara bahagia. Meski aku akan selalu bahagia bersamanya, tapi berani bermimpi diluar kebanyakan manusia adalah perihal mengemas bahagia dengan cara yang berbeda.
    Meski harus tertatih dan penuh peluh, dengan semangat meraih ridho.Nya serta mengingat segala nikmat.Nya semoga selalu cukup untuk menumbuhkan kita.
    Sebab tidak ada nikmat yang lebih mulia dari segenggam cinta yang terpupuk kasih sayang Allah Ta’Alla.
    Bukankah tujuan kita surga? ^^ Maka tak perlu ragu untuk sedia.

    Akan ku katakan kepadanya, bahwa menerima tak semata perkara seorang raga tapi juga banyak raga. Iya, menerimamu berarti menerima segala manusia yang ada dihidupmu. Pun beberapa yang bersinggungan dalam langkahmu meraih cita. Perkara berbagi dengan sesamapun sudah masuk daftar citamu bukan? ^^ Toh, begitu Allah berfirman. Membersihkan amal dan mall kita melalui indahnya berbagi. ^^ Seperti katamu, memudahkan jalan orang lain adalah langkah tidak biasa untuk memudahkan jalan kita. ^^ Pun dengan perihal makan enak, bukankah kamu seorang omnifora? Pemakan segala yang hanya mensyaratkan halal, bersih, dan sehat sebagai sajian utama.
    Dan halal dan toyib bukan perkara enak bukan? ^^ Maka jenak lebih menentramkan.

    Akan ku katakan kepadanya, bahwa menerima tak semata perkara tangan dibawah beserta fasilitas mewah. Juga perihal rumah. ^^ Bukankah kita percaya, rumah kita sejati kita dalam proses pembangunan di jannah. Biarlah sepetak kecil hunian kita di dunia mampu melapangkan rumah kita disurga. Kita landasi Rumah Aksara itu dengan banyak hal yang berguna. ^^ Menjembatani banyak proses sesame untuk mulai mengeja asma.Nya di hamparan semesta. ^^ Dengan halaman penuh saung saung pengemas ragam cita anak bangsa. Rindangnya daun yang sukses mensuplay nafas potensi mereka. ^^ Ah ya, kita belajar sabar membersamai pada akhirnya. Menjadi sebaik baik hara yang menjaga mereka dari pencemaran akhlak yang kian merajalela.

    Jelas, akan ku katakan kepadanya, bahwa menerima bukan perihal harta ataupun tahta. Tapi biarlah ia menjadi pijakan anak anak tangga meraih jannah.Nya. menerima ialah perkara membersama mengibarkan kebaikan vertical dan horizontal.

    Menguatkan untuk bergantung semata pada yang Maha Besar.
    Bukankah kekuatan seseorang Nampak pada siapa ia bersandar? ^^
    Akan ku katakan padanya, bahwa  ia adalah satu rahasia yang akan ku eja. :v


  4. Setiap kelahiran menggemgam banyak rahasia dalam tangis pertamanya mengudara. Rahasia yang sejatinya sudah ditakdirkan. Banyak kitab menyatakan tiga perkara itu. Rizky, jodoh, dan ajal. Kitap siapa? Bagaimana? Allah yang Maha Tahu. Kehadiran ketiganya.pun rahasia, lantas bagaimana jika nyatanya banyak manusia lancing mengeja rahasia rahasia itu?
    Baiklah. Tidak lancang. Toh memang Tuhan mencipta hamparan semesta ini sebagai tanda tanda bagi mereka yang hendak mengeja kearifan takdir.Nya.
    Satu rahasia nyaris terbuka untuk seorang Arda. Gadis belia itu belajar mengeja perkara masa. Kisah sebentar yang akan saya coba paparkan dalam waktu yang tak kalah sebentar. Sungguh! Dengan penuh kejujuran, saya tidak mengenal baik perihal lahir batinnya. Semua perkenalan itu melalui perantara lisan lisan itu. Serupa endors di belakang sampul sampul buku, tutup buku Hidup Arda hadir seusai tanah hitam itu berguguran. Menyisakan banyak isak dan air mata mereka yang pernah tersapa.
    Menuju senja yang masih ashar, beserta gerimis yang tidak romantic sebab perjalanan kali itu melaju kencang diantara bis bis luar kota. Menempuh Solo – Klaten dengan hati berdebar. Takut terjatuh. Bukan jatuh hati tentu saja :v
    “Pelan pelan aja ya Kak.” Tawarku pada rekan seperjalanan. (Saudari kembar dihati ^^ Ukhti Shalihah Maryam)
    Bismillah…
    Aroma kehilangan itu masih terhirup. Ada kenang yang masih menggenang. Basah serupa rumput halaman terguyur hujan tadi. Gambar A3 dengan wajah ramah penuh rekahan senyum itu terduduk di depan kami. Dan seorang di sebelah kiri kami duduk bergelora menyatakan rindu pada wajah terbingkai itu.
    Rindu pada suadari penghuni Rahim yang sama meski berbeda masa. Kakak beradik yang terpisah masa mencinta.
    Mesin waktu terputar. Slide slide peristiwa terpampang bergantian. Suka duka, upaya, ikhtiar, kepasrahan, dan doa. Mereka menjadi fakta dalam cerita.
                                  ^O^
    Upaya mengeja rahasia itu terlaksana, tepat saat gadis belia itu duduk di kelas lima sekolah dasar. Bukan vonis manis, tapi cukup membuat miris bocah yang sedang optimis meraih mimpi. ya, gadis kecil itu memiliki mimpi besar.
    DM tipe 1.begitu kata mereka.

    Kata sebuah iklan resiko Diabetes itu lebih besar pada proses genetika, sayangnya kasus gadis belia ini berbeda. Diabetes Miletus tipe 1 adalah yang hadir tanpa di duga, tak melalui jalur genetika, hanya hadir begitu saja.
    Merusak autoimun pada sel beta di pancreas, membabat produksi insulin pada tubuh.
    Kepatahan itu tak hanya menyerang gadis belia itu, jelas ada keluarga yang juga merasa.
    “Bisa diganti kah peran untuk menanggungnya?” Tanya mereka retoris.
    Tanpa maksud menyalahkan suratan ataupun keadaan, mereka berikhitiar saling menegarkan. Membangun pondasi kekuatan lebih besar untuk menopang berita gusar itu.
    Ada banyak hal yang perlu dilakukan.
    Check medis, pencarian upaya penyembuhan, dan jauh sebelum itu, ada langkah mengenal DM tipe 1.
    Insulin menjadi kata kunci di sana, hingga akhirnya prosesi penyuntikan itu hadir setiap hari. Setidaknya dua kali atau lebih sehari. Dosis yang lantas disesuaikan atas dasar monitoring kadar glukosa darah. Proses penggantian shift insulin basal dan preprandial insulin. Bekerjasamalah untuk raga itu, pinta mereka penuh percaya pada Allah Ta’ala.
    Tak lagi sesuka hati menyantap, tapi dia masih dengan leluasa hati menatap.
    Matanya tak pernah kekurangan bara semangat. Menatap cerah cita citanya untuk bisa menjadi sebaik baik manusia. Ya, berguna untuk sekitarnya.
    Jalur prestasi akademik ia kejar penuh cita. Keselarasan horizontal pun enggan tertinggal, ia teman yang baik untuk banyak rekan. Sayang, kakak perempuannya kerap menjadi bahan bullyannya. Tapi percayalah, itu adalah keakraban yang akan dirindukan. Tanda sayang menyebalkan tapi kehadirannya enggan dibuang dalam kenangan. ^^
    Saya melihat, waktu gadis belia itu terlaksana penuh daya. Penuh guna untuk sesama. Tamparan cerita di waktu menuju isya.
    Lantas nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan? :”)
    Ketika sepasang mata itu masih terbangun menatap bias mentari pagi, bukan sepasang malaikat yang menanyakan siapa Rabb.mu.
    Ketika raga itu masih bebas bergerak melanglangbuana menyapa penuh ceria tanpa rambu rambu larangan atas nama kesehatan.
    Tak kenal maka tak sayang. Dan saya tak harus mengenal (nyatanya) untuk jatuh sayang. Berbusa cerita menuju isya itu membuat resmi ada cinta yang membuncah bagi seorang adik perempuan di Surga.Nya. :”) dan sebaik baik cinta adalah ia yang membawamu lebih dekat dengan Allah Ta Ala. Maka, ijinkan cinta ini berbicara dalam doa.
    Bahwa gadis belia itu tidak kemana mana, bahkan sejengkalpun tidak. Dia masih di sana. Di rumah pinggir jalan dengan penghuni tiga raga penuh ketegaran. Raga adik perempuan itu memang tak kasat mata, tapi bias keberadaannya yang penuh manfaat adalah amal bakti yang abadi. Bahasa cinta tak melulu perkara tatap mata, tapi rapal doa yang kian lirih berpasrah pada.Nya.
    Merajuklah pada.Nya untuk keterangan jalan bagi gadis belia itu.
    Merayulah pada.Nya untuk keselamatan jalan bagi gadis belia itu.
    Tidak ada yang berubah, bahkan setelah raga itu tertutup tanah merah dan basah.
    Ia ada. Nyata hadir. Di hati. Di doa. Di nafas dan paru kita menggenapi fitrah sebagai hamba.Nya.
    Hanya satu yang berbeda. Bahasa kita mencinta. Tak lagi lewat kata. Tak lagi lewat belai manja. Tak lagi lewat tatap mata. Tak lagi lewat peluk mesra. Tapi, lewat doa. :”)

    Satu nama resmi masuk dalam list doa, bersanding dengan dua insan terkasih itu… Romo, Biyung, dan Fitria Ardana Anindya Jati

    Selamat mendoa untuk ia yang tercinta. :”)
    Ya Rabbi, kasih.Mu adalah nyata. Maka dengan ridho.Mu Tuhan semesta alam. Yang Maha Satu lagi Maha Berdiri Sendiri, ijinkan kami untuk berkumpul kembali di tempat sebaik baiknya kembali. :”) Surga.Mu. Aaamiiiin…aamiiin…aaamiiin ya rabbal’alamin.
                                   ^O^
    Dan kamu, Kakak Perempuan Gadis Belia itu. Sudikah kamu melanjutkan hari bersamaku? ^^ Menggenggam tangan kecil ini untuk meneruskan apa yang kita mulai, ya, ada amanah untuk menyelsaikan hal yang satu itu. Sungguh, ini belum terlambat. ^^ Sudikah untukmu menyudahi kemanjaan rasa itu? ^^ ada langkah panjang dan hari luar biasa di depan sana. Waktu istirahatmu sudah cukup untuk membangun kekuatan. ^^
    Ujian itu resmi membuatmu menjadi perempuan tegar. Percayaalah, semua baik baik saja.
    Lakukanlah apa yang memang butuh dilakukan, tidak perlu banyak bertanya. Kita tidak akan pernah tahu sebelum mengalaminya sendiri. Hi, I’m here.
    Saya disini. Siap membersamai.