Rss Feed
  1. Bahasa Cinta untuk Gadis Belia

    Friday 19 February 2016

    Setiap kelahiran menggemgam banyak rahasia dalam tangis pertamanya mengudara. Rahasia yang sejatinya sudah ditakdirkan. Banyak kitab menyatakan tiga perkara itu. Rizky, jodoh, dan ajal. Kitap siapa? Bagaimana? Allah yang Maha Tahu. Kehadiran ketiganya.pun rahasia, lantas bagaimana jika nyatanya banyak manusia lancing mengeja rahasia rahasia itu?
    Baiklah. Tidak lancang. Toh memang Tuhan mencipta hamparan semesta ini sebagai tanda tanda bagi mereka yang hendak mengeja kearifan takdir.Nya.
    Satu rahasia nyaris terbuka untuk seorang Arda. Gadis belia itu belajar mengeja perkara masa. Kisah sebentar yang akan saya coba paparkan dalam waktu yang tak kalah sebentar. Sungguh! Dengan penuh kejujuran, saya tidak mengenal baik perihal lahir batinnya. Semua perkenalan itu melalui perantara lisan lisan itu. Serupa endors di belakang sampul sampul buku, tutup buku Hidup Arda hadir seusai tanah hitam itu berguguran. Menyisakan banyak isak dan air mata mereka yang pernah tersapa.
    Menuju senja yang masih ashar, beserta gerimis yang tidak romantic sebab perjalanan kali itu melaju kencang diantara bis bis luar kota. Menempuh Solo – Klaten dengan hati berdebar. Takut terjatuh. Bukan jatuh hati tentu saja :v
    “Pelan pelan aja ya Kak.” Tawarku pada rekan seperjalanan. (Saudari kembar dihati ^^ Ukhti Shalihah Maryam)
    Bismillah…
    Aroma kehilangan itu masih terhirup. Ada kenang yang masih menggenang. Basah serupa rumput halaman terguyur hujan tadi. Gambar A3 dengan wajah ramah penuh rekahan senyum itu terduduk di depan kami. Dan seorang di sebelah kiri kami duduk bergelora menyatakan rindu pada wajah terbingkai itu.
    Rindu pada suadari penghuni Rahim yang sama meski berbeda masa. Kakak beradik yang terpisah masa mencinta.
    Mesin waktu terputar. Slide slide peristiwa terpampang bergantian. Suka duka, upaya, ikhtiar, kepasrahan, dan doa. Mereka menjadi fakta dalam cerita.
                                  ^O^
    Upaya mengeja rahasia itu terlaksana, tepat saat gadis belia itu duduk di kelas lima sekolah dasar. Bukan vonis manis, tapi cukup membuat miris bocah yang sedang optimis meraih mimpi. ya, gadis kecil itu memiliki mimpi besar.
    DM tipe 1.begitu kata mereka.

    Kata sebuah iklan resiko Diabetes itu lebih besar pada proses genetika, sayangnya kasus gadis belia ini berbeda. Diabetes Miletus tipe 1 adalah yang hadir tanpa di duga, tak melalui jalur genetika, hanya hadir begitu saja.
    Merusak autoimun pada sel beta di pancreas, membabat produksi insulin pada tubuh.
    Kepatahan itu tak hanya menyerang gadis belia itu, jelas ada keluarga yang juga merasa.
    “Bisa diganti kah peran untuk menanggungnya?” Tanya mereka retoris.
    Tanpa maksud menyalahkan suratan ataupun keadaan, mereka berikhitiar saling menegarkan. Membangun pondasi kekuatan lebih besar untuk menopang berita gusar itu.
    Ada banyak hal yang perlu dilakukan.
    Check medis, pencarian upaya penyembuhan, dan jauh sebelum itu, ada langkah mengenal DM tipe 1.
    Insulin menjadi kata kunci di sana, hingga akhirnya prosesi penyuntikan itu hadir setiap hari. Setidaknya dua kali atau lebih sehari. Dosis yang lantas disesuaikan atas dasar monitoring kadar glukosa darah. Proses penggantian shift insulin basal dan preprandial insulin. Bekerjasamalah untuk raga itu, pinta mereka penuh percaya pada Allah Ta’ala.
    Tak lagi sesuka hati menyantap, tapi dia masih dengan leluasa hati menatap.
    Matanya tak pernah kekurangan bara semangat. Menatap cerah cita citanya untuk bisa menjadi sebaik baik manusia. Ya, berguna untuk sekitarnya.
    Jalur prestasi akademik ia kejar penuh cita. Keselarasan horizontal pun enggan tertinggal, ia teman yang baik untuk banyak rekan. Sayang, kakak perempuannya kerap menjadi bahan bullyannya. Tapi percayalah, itu adalah keakraban yang akan dirindukan. Tanda sayang menyebalkan tapi kehadirannya enggan dibuang dalam kenangan. ^^
    Saya melihat, waktu gadis belia itu terlaksana penuh daya. Penuh guna untuk sesama. Tamparan cerita di waktu menuju isya.
    Lantas nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan? :”)
    Ketika sepasang mata itu masih terbangun menatap bias mentari pagi, bukan sepasang malaikat yang menanyakan siapa Rabb.mu.
    Ketika raga itu masih bebas bergerak melanglangbuana menyapa penuh ceria tanpa rambu rambu larangan atas nama kesehatan.
    Tak kenal maka tak sayang. Dan saya tak harus mengenal (nyatanya) untuk jatuh sayang. Berbusa cerita menuju isya itu membuat resmi ada cinta yang membuncah bagi seorang adik perempuan di Surga.Nya. :”) dan sebaik baik cinta adalah ia yang membawamu lebih dekat dengan Allah Ta Ala. Maka, ijinkan cinta ini berbicara dalam doa.
    Bahwa gadis belia itu tidak kemana mana, bahkan sejengkalpun tidak. Dia masih di sana. Di rumah pinggir jalan dengan penghuni tiga raga penuh ketegaran. Raga adik perempuan itu memang tak kasat mata, tapi bias keberadaannya yang penuh manfaat adalah amal bakti yang abadi. Bahasa cinta tak melulu perkara tatap mata, tapi rapal doa yang kian lirih berpasrah pada.Nya.
    Merajuklah pada.Nya untuk keterangan jalan bagi gadis belia itu.
    Merayulah pada.Nya untuk keselamatan jalan bagi gadis belia itu.
    Tidak ada yang berubah, bahkan setelah raga itu tertutup tanah merah dan basah.
    Ia ada. Nyata hadir. Di hati. Di doa. Di nafas dan paru kita menggenapi fitrah sebagai hamba.Nya.
    Hanya satu yang berbeda. Bahasa kita mencinta. Tak lagi lewat kata. Tak lagi lewat belai manja. Tak lagi lewat tatap mata. Tak lagi lewat peluk mesra. Tapi, lewat doa. :”)

    Satu nama resmi masuk dalam list doa, bersanding dengan dua insan terkasih itu… Romo, Biyung, dan Fitria Ardana Anindya Jati

    Selamat mendoa untuk ia yang tercinta. :”)
    Ya Rabbi, kasih.Mu adalah nyata. Maka dengan ridho.Mu Tuhan semesta alam. Yang Maha Satu lagi Maha Berdiri Sendiri, ijinkan kami untuk berkumpul kembali di tempat sebaik baiknya kembali. :”) Surga.Mu. Aaamiiiin…aamiiin…aaamiiin ya rabbal’alamin.
                                   ^O^
    Dan kamu, Kakak Perempuan Gadis Belia itu. Sudikah kamu melanjutkan hari bersamaku? ^^ Menggenggam tangan kecil ini untuk meneruskan apa yang kita mulai, ya, ada amanah untuk menyelsaikan hal yang satu itu. Sungguh, ini belum terlambat. ^^ Sudikah untukmu menyudahi kemanjaan rasa itu? ^^ ada langkah panjang dan hari luar biasa di depan sana. Waktu istirahatmu sudah cukup untuk membangun kekuatan. ^^
    Ujian itu resmi membuatmu menjadi perempuan tegar. Percayaalah, semua baik baik saja.
    Lakukanlah apa yang memang butuh dilakukan, tidak perlu banyak bertanya. Kita tidak akan pernah tahu sebelum mengalaminya sendiri. Hi, I’m here.
    Saya disini. Siap membersamai.


  2. 0 comments: