Rss Feed
  1. Open Endorse!

    Sunday 21 January 2018

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)

    Taken by RisaRiiLeon
    Kolaborasi secercah langit jingga dengan luka itu bukan sesuatu yang bagus. Tentu. Tapi, selepas ashar itu membawa kami pada perkara luka.
    Setidaknya sepiring Mochi pandan isi pisang menjadi saksi betapa proses penyembuhan itu tidak semudah mengolah mie instan.
    “Kok bisa sih, laki laki semudah itu menyabangkan hati. Bersamaan menyayangi dua hati?” dengusku dengan ingat melayang pada pengalaman teman.
    Yang ditanya hanya melirik “Meh ngomong opo Nduk?” sambil menyeruput teh kelengkengnya.
    “Itu hlo Mak, temenku.”
    Angin menjadi perantaraku mengenang. Ketika sepasang yang telah lama bersama harus berakhir hanya sebab ada pihak ketiga yang datang. Jahatnya, mereka masih dalam satu lingkaran. Beruntungnya kedua perempuan itu adalah perempuan baik-baik, yang tidak akan saling jambak jambakan hanya sebab laki-laki. Lelaki itu pun tidak jahat-jahat amat, sebab akhirnya dia mau berbicara pada kedua perempuan itu. Mengomunikasikan apa yang menjadi kegelisahan diantara mereka, lantas mereka bertiga bersama mengunduh hikmah.
    Sedikit berakhir bahagia memang, namun tetap saja. Ada drama, air mata, juga asa yang tergadaikan untuk bisa memanen hikmah.
    Lantas apa kabar, jika lelaki itu hanya memilih salah satu dari dua perempuan yang sudah berteman itu lantas mengandengnya dengan lenggang kangkung. Menyudahi semuanya tanpa menengok lagi, bagaimana seorang dari mereka membangun pondasi kembali, seorang diri. Pondasi atas keyakinannya yang sudah berkeping – keeping.
    “Takdir itu ada Nduk. Sampai hari ini. Pun keterlibatan.Nya, tidak hanya perkara hati, bahkan daun mangga depan rumah yang jatuh barusan juga karena Allah sudah menghendaki. Allah selalu maha Terlibat.” Ucapnya tenang, dengan mata terpejam dan hidung menghirup aroma kelengkeng dalam-dalam.
    Iya sih Mak, memang demikian. Batinku.
    Jika Allah sudah menitahkan suatu perkara untuk terjadi, maka tak ada perkara yang dapat mencegahnya. Tak ada yang dapat memajukan atau menunda-nunda. Bukankah takdir yang telah digariskan Allah Azza Wa Jalla itu mengikat setiap makhluk.Nya? Sehingga seandainya seluruh tenaga kita kerahkan dan segenap kemampuan yang kita gunakan, tak akan pernah sanggup menggeser takdir itu dari keputusan.Nya. Lantas, apakah ada yang mampu kita lakukan untuk menolak takdir?
    Tetapi,
    Bukankah, Allah dan Rosul.Nya pun telah memberikan petunjuk kepada kita. Segala sesuatu ada hukum yang telah Allah Ta’ Alla untuk mengaturnya. Maka hukum itulah yang perlu kita ketahui. Pahami dan patuhi.
    Berkenaan dengan takdir nasehat Rosulallah saw kepada Ibnu Abbas ra perlu direnungkan kembali,
    “Wahai Anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai naseat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah niscaya Allah akan selalu berada dihadapanmu.”
    Lalu, sudahkah kita menyikapi takdir dengan bijak? Meramahi setiap sisi takdir yang mungking bersinggungan dengan syahwat atau egoisme kita sebagai manusia?
    Setidaknya, ketika pena takdir belum terlalu kering, kita masih memiliki beberapa “pilihan takdir”. Atau saat kita menapak tilas takdir takdir yang sudah terjadi. Tinta yang sudah terlanjur kering. Tidakkah kita berfikir akan ada semacam upaya memperbaiki sedikit langkah yang masih bisa direnovasi. Perbaikan tersebab sadar akan kesalahan. Remidi atas nama kesadaran diri.
    Kemudian, pernahkah kita memikirkan dia atau mereka yang menjadi kesalahan? Memikirkan dia atau mereka yang terdzolimi oleh kita? Bagaimana dia atau mereka menyembuhkan diri usai kita sakiti?
    Tidak pernah?
    Hmmm belilah es kucir. Minumlah dari salah satu ujungnya. Nikmati dan pikirkan. Sebab, percuma menjadi baik jika hanya tentang diri sendiri.
    Sebab, mudah bagi kita untuk melontarkan nasehat (semacam kalimat penghibur, mungkin) “Coba ubah sudut pandang. Ambil hikmahnya aja. Keep positive thinking!!!”
    Jujur. Itu agak naif (menurut saya).
    Lantas bagaimana dengan kita yang menyakiti? Bukankah akan lebih baik jika kita, sedikit agak lebih tahu diri? Agar paham ini kesalahan. Segeralah melakukan perbaikan! Evakuasi korban (mu).
    “Sudah minta maaf, yo!”
    Lalu? Apakah dengan meminta maaf semua akan kembali normal? Bagi kita yang melakukan kesalahan, mungkin ya! (Paling rasa bersalah yang masih ada.)
    Bagi dia yang disakiti, terdzolimi? Apa semudah itu?
    Kita minta maaf seringnya untuk sekedar melegakan hati (kita sendiri.)
    Akuilah, kita jarang bahkan hampir tidak pernah memikirkan cara dia atau mereka berdamai dengan luka (dari kita).
    Kita merasa bersalah lalu minta maaf, agar dosa kita terampuni. Agar kita merasa lega, agar kita merasa sebagai orang baik.
    “Nduk kok melamun?!? Es kucirmu mencair itu! Gage dimimik!”
    “Mak…….?” Panggilku ke Perempuan Tertangguh disampingku.
    Bukannya menjawab, malah menunjuk siluet matahari yang siap menuju ke peraduannya. Indah. Jingga yang merona menyala.
    Jadi harus bagaimana? Batinku masih bertanya.
    Entahlah. Saya sendiri tidak tahu harus bagaimana.
    Iya. Kita harus memaafkan. Kita harus meminta maaf. Kita harus positive thinking. Kita harus menjadi lebih baik.
    Hanya saja, sudah tepatkah kaki kita dalam menapaki takdir suratan.Nya? sudah sesuai tuntunan.Nya kah? Tidak menyakiti.Nya, dia atau mereka yang masih saudara seiman kita?
    Kelak, di penghujung hari, saya ingin mengetuk pintu rumahmu. Menunggumu membukakan pintu. Lantas ketika tatap kita sudah bertemu. Mari….. duduk diteras rumahmu berbincang sembari menanyakan satu hal.
    “Bagaimana perasaanmu setalah ku sakiti? Boleh aku peluk kamu agar perasaanmu lebih baik? kamu tidak perlu buru – buru memaafkanku, yang ku mau adalah perasaanmu menjadi lebih baik.”
    Sebab, memperbaiki diri terkadang bukan hanya perkara tentang diri sendiri (saja) tapi juga apa yang orang lain ikut nikmati (Ya, sebut saja semacam testimoni.)
    Karena open endorse tidak melulu perkara produk yang laku di pasaran, tapi juga mengenai cara kita saling menjaga perasaan saudara :”)
    Happpy Open Endorse! :D




  2. Bismillaahirrahmaanirrahiim :) 
     
    Rawa  Kebumen
      

    Kebumen, siapa sangka kota kecil di pesisir Pantai Selatan ini memiliki banyak destinasi wisata menarik. Kota yang kabarnya memiliki luas daerah setara dengan Singapura ini layak masuk sepuluh daftar kunjung di list kamu yang ingin #JelajahNusantara.  Nah, seklumit cerita tentang Kebumen Beriman ini ada satu tempat yang eksotisnya bikin romantis. Bukan karena tempat ini asik buat ng-date, tapi lebih karena betapa Allah itu Maha Kreatif dengan segala ciptaan.Nya.

    Rawa Kebumen

    Rawa. Berwujud cekungan yang agak dalam dan terisi air dengan dikeliling gumuk gumuk pasir dan bertetangga dengan pantai selatan. Yups, Rawa eksotis dengan gumuk pasir sebagai gerbang panorama kemudian debur pantai setelahnya adalah bukti bahwa Tuhan tak pernah main main menciptakan keindahan alam. Menempuh jarak ±10 km dari rumah (Pagedangan, Ambal, Kebumen), yang memakan nyaris lima puluh menit perjalanan (Ok. Kecepatan rata – rata perjalanan motor saya hanya setara dengan kupu – kupu terbang ) pemandangan Rawa lunas membayar kelelahan saya menyambangi Deandles  yang penuh lubang :3 (Peringatan: Bahwa jalan Deandles jauh dari kata mulus, jadi waspadalah!). Jika dari Jalan provinsi arah timur, masuk jalan aspal kecil sebelum Pasar Prembun, warga menyebutnya daerah Dadaptulak, terus saja ke selatan mengikuti jalan yang berkelok serta melewati perumahan penduduk hingga bertemu perempatan (Jalan Deandles, Ambal) itu masih luruuuuuus saja ke selatan daaaan sampailah. :D Untuk transportasi kesana sampai saat ini belum ada transportasi umum, sebab memang sepertinya masih jadi pemandangan turis lokal, jadi yaa bersiap-siap dengan kendaraan pribadi (kalau mau naik sepeda gowes juga enggak papa, sebab selain lebih go green,  jalanpun tidak ada tanjakan berarti).
    Rawa Kebumen
    Tidak ada gerbang pembelian tiket. Dan sepertinya tiket dijual bebas oleh para pemilik tempat parkir (yang kadang antara ada dan tiada). Sejauh yang saya tahu ada dua parkiran kendaraan. Pertama yang dekat dengan pantai (Parkir Selatan) dan yang jauh dari pantai (Parkir Utara). Kalau saya seringnya di Parkir Selatan, sebab untuk sampai Rawa lebih dekat sehingga hanya jalan kaki beberapa meter sudah sampai Gumuk Pasir lantas kemudian disambut bias tenang permukaan air Rawa.
    Ada event langganan yang dinamakan Grebek Rawa, dilabeli demikian sebab dibeberapa tanggal tertentu kerap diadakan Pasar dadakan (Grebek), semacam Sunmor di Manahan (Solo). Event Grebek ini biasaya diadakan saat perayaan hari besar Islam ex: Idhul Fitri. Jadi, kalau di Jika di Solo atau Yogya ada sekatenan di Kebumen ada Grebek. Saya belum pernah ke sana, hanya saja telinga saya kerap menerima suara cerita dari tetangga saya yang pernah ke sana. Iyes, seringnya Ayah sama Bunda yang kesana, dan saya hanya dioleh-olehi cerita betapa ramainya Grebek Rawa kala itu (Harap maklum, kendaraan kami haya satu, jadi harus bergantian ketika hendak bepergian berbanyak).
    Selayaknya pasar – pasar dadakan lainnya, Grebek juga dipenuhi aneka penjual dengan ragam
    Rawa Kebumen
    tawarannya. Ada segala model baju dari batik sampai polosan, celana luar dalam hingga jeans, baju berlengan atau tanpa lengan. Tidak ketinggalan pernak – pernik mainan bocah. Bahkan bianglala, komedi putar, dan odong – odong turut serta meramaikan event Grebek Rowo ini. Untuk varian harga tidak beda jauh dengan kebanyakan pasar – pasar tradisional (pandai – pandailah menawar barang yang kamu taksir :v ).
    Tipsnya biar dapet harga miring tiga puluh derajat : Gunakanlah bahasa lokal ! Nah berhubung Kebumen itu NGAPAKERS. Kowe kudu bisa ngapak yah! (Kamu harus bisa ngapak ya.red). So, mulailah belajar Enyong Kowe ketika kamu memilih Kebumen sebagai salah satu destinasi dolanmu. ^^
    Kembali ke panorama alamnya ya,
    Rawa Kebumen
    Sesuai namanya, pusat gravitasi keindahan Rawa memang di rawanya. Lebih tepatnya ada pada keheningan Rawa yang menikah syahdu dengan ramai debur ombak sekaligus. Begitulah, terkadang sesuatu yang berlawanan ketika disandingkan akan menghasilkan hal yang menakjubkan. Rawa adalah contoh nyata. :D Kamu bisa merendamkan kaki di ketenangan Rawa sembari menikmati music of sea (music samudera.red). Atau berselfie di Gumuk Pasirnya sambil berpura-pura sedang di gurun pasir. So, enggak usah jauh – jauh naik pesawat ngurus passport buat ke luar negeri nyari gurun :D Kebumen punya hlo :D
    sate ambal.google search
    Soal kuliner khas atau sekedar jajanan derah setempat memang jauh dari area Rawa, kecuali hari libur besar tentunya. Kebanyakan pedagang hanya menawarkan jajanan jajanan itu ketika libur hari raya saja. Solusi berkunjung ke Rawa tanpa kelaparan dan kekeringan kantong adalah BAWA BEKAL MAKANAN. Yoi, biar kamu enggak keburu jadi ‘beda’ karena lapar, mending bawa jajan jajan gitu dari rumah. Atau ketika kamu melewati sepanjang Jalan Deandles mampirlah ke salah satu kedai SATE AMBAL. Beli secukup porsiperut dan kantongmu, bungkus dan nikmatin pas leha – leha di pantai. Biar makin yakin, buat mampir. Saya ceritakan rasa SATE AMBAL deh ya.
    Rawa Kebumen
    SATE AMBAL adalah sate ayam yang berasal dari daerah Ambal. Yosh, ambal merupakan nama daerah asal si sate. Perbedaan sekaligus kekhasan dari SATE AMBAL terletak pada pengolahan ayam sebelum di bakar dan sambal tempenya yang Nikah Banget! Untuk rasa sate ayamnya itu manis manis gurih, di padu dengan  bumbu tempe yang agak berkuah kental rada asin dan sedikit pedes merica sama Lombok. Penyajiannya selalu hangat guys, karena si Sate baru akan dibakar ketika ada yang pesan, apalagi di makannya sama sepiring kupat janur. Masha Allah, lantas nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? Tips lagi nih, kalau kamu punya calon mertua yang jarang senyum, bawain deh seporsi hangat sate ambal, dengan ijin Allah beliau bakal senyum-senyum penuh arti ke kamu. Trust me! Its work! (Saya udah nyoba ke mertua saya :v)
    Gumuk Pasir, Rawa Kebumen
    Dan jangan lupa bawa pulang sampahmu kembali ketika jelajahmu menghasilkan sampah :P Fasilitas tempat sampah yang sesuai SNI belum ada, hanya ada beberapa gudukan sampah dibeberapa area Rawa. Mungkin ada orang yang inisiatif nyapuiin ketika hidupnya selo banget :v.So, sebagai #turislokal selalu-lah mawas diri. Kalau mau buang sampah sembarangan, ga perlulah harus sampai #JelajahNusantara :P
    Fyi,fasilitas toilet umum juga belum ada. Jadi untuk mengantisipasi biar enggak pipis sembarangan kamu pipis dulu di SPBU yang kamu lewati selama perjalanan menuju Rawa :v atau boleh juga sih nembung ke penduduk lokal. Karena Kebumen masih IndonesiaBanget jadi jangan khawatir permintaan tolongmu ditampik dengan tak acuh, ketika kamu memasang wajah senyum dan memelas butuh tempat pipis :v meski dengan bahasa yang belepotan, warga akan segera menyambutmu dengan hangat. “Monggo Mas…monggo Mbak, pinarak rumiyin ^^”. Semacam kalimat, silahkan mampir sebentar. Dan saking hangatnya warga, mereka tidak sungkan menyediakan segelas teh hangat beserta temannya (gorengan.red).
    Gumuk Pasir, Rawa Kebumen
    Buruan, enggak perlu mikir banyak – banyak deh buat memilih Kebumen sebagai destinasi pijakanmu di bumi jelajahmu. Akan ada banyak panorama indah siap membersamai piknikmu. Kebumen Beriman. Kebumen pangkal Keindahan. ^^






    Rawa Kebumen

    #VisitKebumen #TurisLokal #KebumenBeriman #JelajahBumi #DolanGramedia #GramediaHolidaySeason