Rss Feed
  1. QS An - Nuur: 26

    Tuesday, 14 July 2015

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


                Adegan tertanggal 12/07/2015 cukup membuat saya gelisah. Adegan berkunjungnya sahabat jaman aliyahnya Rumana ke rumah mewahnya bersama Robbi dalam sebuah lakon serial televisi. Hmmm berhubung sedang di rumah, dan kebiasaan Mamak nongkrong di depan tipi dengan tontonan macam itu. Jadilah saya, (Terpaksa) ikut menonton.
                Teman Rumana datang bersama anaknya. Sebagai Tuan rumah Rumana dan Robbi menyambut dengan senang hati. Bincang – bincangpun tercipta antara Rumana dan temannya itu, sementara Robi yang masih di ruangan agak risih mendengar cerita teman istrinya itu. Menjaganya dari prasangka, iapun beralasan mengajak main Habibi dan anak temannya itu bermain bola di luar. Meninggalkan dua perempuan itu berbagi cerita dengan leluasa.
                Usut di usut, ternyata temannya Rumana itu baru cerai dari suaminya. Perempuan yang dulu semasa Aliyah katanya sangat tertutup dan paling menjaga diri, lantas menikah melalui proses ta’aruf. Sekarang ternyata melepas hijabnya, sudah bercerai, dan dalam adegan itu ditunjukkan adanya niat tindak kejahatan yang berawal dari rasa cemburu sosial, betapa beruntungnya Rumana. Menikah dengan lelaki sebaik Robi, kaya, dan tampan. Hal yang juga dulu sempat menjadi impian teman Rumana itu. Tapi, takdir membawanya bertemu suami yang keji dan ringan tangan. Perasaan ingin diayomi dan dibimbing tidak terpenuhi. Seratus delapan puluh derajat dari Rumana.
                Adegan di meja makan saat berbuka puasa lah yang paling mengganjal untuk saya. Saat temannya Rumana meluapkan ketidakadilan yang dirasanya. Ketika dia sudah berusaha menjadi yang terbaik namun dipertemukan dengan seorang yang keji.
                Robbi dengan tenang lantas menuturkan QS. An – Nuur ayat 26. Ya, motivator terbaik untuk para single (yang terus memperbaiki diri) bertemu dengan pasangannya.
                “Perempuan – perempuan keji untuk laki – laki yang keji. Laki – laki yang keji untuk perempuan – perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan – perempuan yang baik untuk laki – laki yang baik, dan laki – laki yang baik untuk perempuan – perempuan yang baik (pula). Mereka itu dibersihkan dari yang  dituduhkan orang. Mereka mendapat ampunan dan rizki yang mulia dari surga.”
                “Jadi menurutmu saya tidak baik? Perempuan keji?!” teriak temannya, tidak terima.
                “Yang tahu baik atau tidak baiknya kita itu hanya kita sendiri.” Jelas Rumana.
                “Tapi ayat itu sangat memojokkan saya.” lirih temannya sedih.
                “Tapi ayat itu sangat sesuai denganku.” Sahut Rumana sambil menatap Robi. Mata mereka beradu. Tersenyum. Ahhh! Menyebalkan.
    ^O^
                Hmmm dan yang membuat saya resah adalah jawaban Rumana yang amm katakanlah sedikit sombong dan kurang meneduhkan. :3 Untuk ukuran ditonton orang banyak, yang kebanyakan ibu – ibu menengah kebawah, dan sangat mungkin ada diantara mereka yang bernasib kurang menyenangkan dengan suaminya. (terlepas dari rasa syukur dan kufur yang menghiasi hati) adegan seolah membangun opini bahwa pasangan kita buruk itu karena kitanya juga buruk. (yang semoga kita, para pejuang yang sedang berproses memperbaiki diri terjaga dari hal tersebut.) Lantas dimana kita letakkan ingat pada istri Firaun yang ketaatannya tidak diragukan? Lantas dimana kita letakkan ingat pada kisah mbak Hana yang baik hatinya sudah kurang manusiawi (terlalu baik maksudnya). :3
                Ayolah! Sekalipun kisah Mbak Hanna itu hanya coretan pena Teh Asma Nadia yang sudah dikontaminasi dengan kebutuhan sutradara dan para krunya. Tapi itu adalah visualisasi yang tidak bisa dipungkiri keberadaanya di lingkungan globalisasi sekarang ini. :3 Ketidaksetiaan tetap kejahatan tak termaafkan (Allah saja tidak mau diduakan.)  -,-. Sebab saya yang sudah menyusuri CHSI (Catatan Hati Seorang Istri) dalam versi literasinya, dan mengakui kekecewaan saya pada pengemasan visualnya. Hmm setidaknya kita belajar menyimak deh ya :3


                Dalam novel yang merupakan kumpulan beragam curahan hati seorang istri ini (yang belakangan seusai membaca saya tahu, itu adalah kisah nyata yang dimetaforakan untuk kepentingan kejelasan penyampaian) saya menemukan bahwa terkadang, lelaki yang baik berjodoh (baca: menikah) dengan perempuan yang kurang baik, atau perempuan yang baik tidak menikah dengan lelaki yang baik.
                Baik di sini baik hanya hanya sinawang oleh manusia lain, kacamata luar. Tidak menjamin hati memang, tapi setidaknya ikhtiar itu nyata :”)

                Bismillah,
             
       Bagi saya, kisah – kisah memilukan perempuan – perempuan yang dipenuhi lara oleh kaum Adam, imamnya itu bukanlah satu hal yang harus dipojokkan dengan QS An – Nuur. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Bukan surat yang tidak sesuai atau pribadi yang tak layak mendapat kebaikan.
                Surat itu benar nyatanya, sebab memang diturunkan untuk menjaga Aisyah r.a dari fitnah sahabat yang melihatnya berjalan dengan lelaki lain, yang bukan mahramnya. Menjaga hati Rosulallah SAW dari buruk sangka pada perkara tersebut juga menjaga Rosulallah SAW dari cemburu yang tidak perlu. Meyakinkan beliau bahwa Aisyah r.a masih untuh miliknya tanpa sempat tersentuh selain mahramnya.
                Pribadi itu pun tak sepenuhnya salah. Ikhtiar para perempuan itu bukan satu hal yang butuh diragukan. Mereka, perempuan – perempuan itu sudah menjalankan fitrahnya untuk memantaskan diri. Barangkali serupa Aisha istri Fir’aun itu, menjaga ketaatannya dengan harap Fir’aun akan turut taat bersamanya.
                Tapi kembali pada kuasa.Nya. Manusia hanya berkewajiban berupaya, berusaha, berikhtiar. Percaya bahwa akan ada bahagia di ujung kesabaran pada ketaatan meski banyak sayatan luka dalam perjalanan.
                Kenapa harus seribut ini? itu kan hanya sinetron picisan.
                Ahhh bukan perkara pada seberapa picisannya sinetron itu. Kan sudah saya bilang, ini lebih pada siapa, dan seberapa banyak massa yang menatapnya penuh penghayatan. Rekayasa sosial. Membangun opini. Dan kepentingan – kepentingan lainnya. (Kamu benar Seno! Media kita sedang mengalami pembusukan :3 sayangnya, banyak orang yang senang menjadi tikus. Menikmati kebusukan. :3 Ratatouille hanya animasi disney).
                Diceritakan bahwa temannya Rumana itu menikah melalui jalur Ta’aruf. Jalur halal untuk meminang ia yang diharapkan mampu menggenapi. Kita sama – sama belajar ini kan? Setidaknya pernah menjadi topik permbahasan di satu sesi kelas Sekolah Pra Nikah. Prosesi saling mengenal untuk menciptakan kebaikan dan mencegah keburukan di masa mendatang. Ikhtiar menjemput yang sangat dianjurkan. Tapi, oleh sinetron itu malah dihadirkan sebagai kesalahan (terlihat dari akibat yang terjadi pada temannya Rumana). Jujur, saya sebenarnya sedih.
                Baiklah, saya akan mencoba paham. Berbaik sangka. Bahwa itu adalah kebutuhan Sutradara untuk menjaga cerita. Tapi, bisakah menjaga keutuhan cerita tanpa merancukan kebenaran dan mengaburkan kebaikan?
                Sungguh saya senang, sekarang sudah banyak sinetron / tontonan yang berlatar islam dan pertaubatan. Manis. Tapi akan lebih manis jika dakwah/ syiar ini tidak nanggung. Menyampaikan kebaikan tanpa setengah – setengah, hadirkan secara utuh. Islam itu kaffah kan? :”) Iya berlahan, proses. Tapi harus menunggu episode ke berapa? Menunggu sampai ketersesatan sejauh apa? Banyak perdebatan dimana mana, media yang hanya menyampaikan kebenaran tanpa paket utuh. Setengah setengah yang menimbulkan banyak langkah prasangka. Tidak selaras dengan lancarnya masyarakat yang berlomba – lomba menyampaikan tanpa mengonfirmasi keutuhan berita. Semangat syiar yang tidak tercontrol dengan bijak. :”( Sedihnya itu disitu.
                Kembali pada perempuan – perempuan tadi,
                Saya pertegas bukan sebab kamu bukan perempuan baik – baik. Kamu sudah baik. Penjagaanmu pada pergaulan, penjagaanmu pada diri, kasihmu pada sesama, pengabdianmu pada keluarga, pun dengan tidak sungkannya peluhmu bersuara. Teruslah melangkahkan perbaikan. Ketika pada ujung jalan pemantasan dirimu bertemu dengan seorang yang kamu anggap tidak pantas untukmu, entah sebab apa dan bagaimana jalan itu akhirnya mengarah padamu. Bersabarlah, jagalah ketaatan pada.Nya dan ridhanya. Tuhan sedang jatuh cinta padamu. Ia ingin engkau mengajak seorang itu untuk mencintai.Nya sepenuh nyawa. Ya, engkaulah bidadari penyelamat lelakimu kini. Engkaulah media perantara turunnya hidayah.Nya. Insya Allah. Banyak yang akan sedia berbagi beban denganmu, menyediakan waktu dan telinga seumpama kamu membutuhkan keduanya. :”) saya siap menjadi salah satuyang sedia membersamaimu.
                Namun jika nyata, kaidahmu mulai terusik, ibadahmu mulai diganggu, hingga percayamu dipaksa gulung tikar olehnya. Bergegaslah! Kemas semua kesabaranmu untuk meninggalkannya. Tuhan memang membenci perceraian, namun ia paling murka jika diduakan. Tak rela jika ciptaan.Nya lebih diutamakan dibanding kuasa.Nya. barangkali, bukan melalui kamu hidayah itu turun. Pergilah setelah berjuang dalam kehakikian! Pergilah tanpa menyerah pada keputusaasaan. Semoga langkah dan hatimu kian dilapangkan guna menampung kesabaran. :”)
                Allah mencintaimu. Insya Allah.
                Banyak saudari yang peduli denganmu, Saudariku ...
               Dan untuk kita yang masih saling mengikhtiarkan menjadi versi terbaik untuk masing - masing. Tak apa jika sesekali kamu ingin berhenti sejenak, lepaslah lelah dan penatmu. Bahkan untuk mampu berlari lebih kencang, terkadang kita butuh mundur beberapa langkah bukan? Yang penting, teruslah berusaha bergerak. Bekerjasamalah dengan alam, untuk membuatnya tidak berhenti sebab menyeimbangkan langkah dengan kita. Saling memperbaiki meski wujud seorang itu masih misteri.Intinya, tak perlu minta dikasihani semesta untuk bisa meraih dia yang istimewa. Terus menuju sembari merayu Dia saja, insya Allah kelak disatukan dengan ia yang namanya selalu terapal dalam doa. :")
                Semangat berupaya ya ^^
               

    *NB Bagi teman – teman yang mau e -  book Catatah Hati Seorang Istri By Asma Nadia, bisa inbox di FB saya (Narisa Haryanti) atau inbox ke email saya chi_tiramisucoklat24@yahoo.co.id



  2. 0 comments: