Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Bagi
saya, kisah – kisah memilukan perempuan – perempuan yang dipenuhi lara oleh
kaum Adam, imamnya itu bukanlah satu hal yang harus dipojokkan dengan QS An –
Nuur. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Bukan surat yang tidak sesuai atau
pribadi yang tak layak mendapat kebaikan.
Adegan tertanggal 12/07/2015 cukup
membuat saya gelisah. Adegan berkunjungnya sahabat jaman aliyahnya Rumana ke
rumah mewahnya bersama Robbi dalam sebuah lakon serial televisi. Hmmm berhubung
sedang di rumah, dan kebiasaan Mamak nongkrong di depan tipi dengan tontonan
macam itu. Jadilah saya, (Terpaksa) ikut menonton.
Teman Rumana datang bersama anaknya.
Sebagai Tuan rumah Rumana dan Robbi menyambut dengan senang hati. Bincang –
bincangpun tercipta antara Rumana dan temannya itu, sementara Robi yang masih
di ruangan agak risih mendengar cerita teman istrinya itu. Menjaganya dari
prasangka, iapun beralasan mengajak main Habibi dan anak temannya itu bermain
bola di luar. Meninggalkan dua perempuan itu berbagi cerita dengan leluasa.
Usut di usut, ternyata temannya Rumana
itu baru cerai dari suaminya. Perempuan yang dulu semasa Aliyah katanya sangat
tertutup dan paling menjaga diri, lantas menikah melalui proses ta’aruf. Sekarang
ternyata melepas hijabnya, sudah bercerai, dan dalam adegan itu ditunjukkan
adanya niat tindak kejahatan yang berawal dari rasa cemburu sosial, betapa
beruntungnya Rumana. Menikah dengan lelaki sebaik Robi, kaya, dan tampan. Hal
yang juga dulu sempat menjadi impian teman Rumana itu. Tapi, takdir membawanya
bertemu suami yang keji dan ringan tangan. Perasaan ingin diayomi dan dibimbing
tidak terpenuhi. Seratus delapan puluh derajat dari Rumana.
Adegan di meja makan saat berbuka
puasa lah yang paling mengganjal untuk saya. Saat temannya Rumana meluapkan
ketidakadilan yang dirasanya. Ketika dia sudah berusaha menjadi yang terbaik
namun dipertemukan dengan seorang yang keji.
Robbi dengan tenang lantas
menuturkan QS. An – Nuur ayat 26. Ya, motivator terbaik untuk para single (yang
terus memperbaiki diri) bertemu dengan pasangannya.
“Perempuan – perempuan keji untuk
laki – laki yang keji. Laki – laki yang keji untuk perempuan – perempuan yang
keji (pula). Sedangkan perempuan – perempuan yang baik untuk laki – laki yang
baik, dan laki – laki yang baik untuk perempuan – perempuan yang baik (pula).
Mereka itu dibersihkan dari yang dituduhkan
orang. Mereka mendapat ampunan dan rizki yang mulia dari surga.”
“Jadi menurutmu saya tidak baik? Perempuan
keji?!” teriak temannya, tidak terima.
“Yang tahu baik atau tidak baiknya
kita itu hanya kita sendiri.” Jelas Rumana.
“Tapi ayat itu sangat memojokkan
saya.” lirih temannya sedih.
“Tapi ayat itu sangat sesuai denganku.”
Sahut Rumana sambil menatap Robi. Mata mereka beradu. Tersenyum. Ahhh! Menyebalkan.
^O^
Hmmm dan yang membuat saya resah
adalah jawaban Rumana yang amm katakanlah sedikit sombong dan kurang
meneduhkan. :3 Untuk ukuran ditonton orang banyak, yang kebanyakan ibu – ibu menengah
kebawah, dan sangat mungkin ada diantara mereka yang bernasib kurang
menyenangkan dengan suaminya. (terlepas dari rasa syukur dan kufur yang
menghiasi hati) adegan seolah membangun opini bahwa pasangan kita buruk itu
karena kitanya juga buruk. (yang semoga kita, para pejuang yang sedang
berproses memperbaiki diri terjaga dari hal tersebut.) Lantas dimana kita
letakkan ingat pada istri Firaun yang ketaatannya tidak diragukan? Lantas
dimana kita letakkan ingat pada kisah mbak Hana yang baik hatinya sudah kurang
manusiawi (terlalu baik maksudnya). :3
Ayolah! Sekalipun kisah Mbak Hanna
itu hanya coretan pena Teh Asma Nadia yang sudah dikontaminasi dengan kebutuhan
sutradara dan para krunya. Tapi itu adalah visualisasi yang tidak bisa dipungkiri
keberadaanya di lingkungan globalisasi sekarang ini. :3 Ketidaksetiaan tetap
kejahatan tak termaafkan (Allah saja tidak mau diduakan.) -,-. Sebab saya yang sudah menyusuri CHSI (Catatan
Hati Seorang Istri) dalam versi literasinya, dan mengakui kekecewaan saya pada
pengemasan visualnya. Hmm setidaknya kita belajar menyimak deh ya :3
Dalam novel yang merupakan kumpulan
beragam curahan hati seorang istri ini (yang belakangan seusai membaca saya
tahu, itu adalah kisah nyata yang dimetaforakan untuk kepentingan kejelasan
penyampaian) saya menemukan bahwa terkadang, lelaki yang baik berjodoh (baca:
menikah) dengan perempuan yang kurang baik, atau perempuan yang baik tidak
menikah dengan lelaki yang baik.
Baik
di sini baik hanya hanya sinawang oleh manusia lain, kacamata luar. Tidak
menjamin hati memang, tapi setidaknya ikhtiar itu nyata :”)
Bismillah,
Surat
itu benar nyatanya, sebab memang diturunkan untuk menjaga Aisyah r.a dari
fitnah sahabat yang melihatnya berjalan dengan lelaki lain, yang bukan
mahramnya. Menjaga hati Rosulallah SAW dari buruk sangka pada perkara tersebut
juga menjaga Rosulallah SAW dari cemburu yang tidak perlu. Meyakinkan beliau
bahwa Aisyah r.a masih untuh miliknya tanpa sempat tersentuh selain mahramnya.
Pribadi
itu pun tak sepenuhnya salah. Ikhtiar para perempuan itu bukan satu hal yang
butuh diragukan. Mereka, perempuan – perempuan itu sudah menjalankan fitrahnya
untuk memantaskan diri. Barangkali serupa Aisha istri Fir’aun itu, menjaga
ketaatannya dengan harap Fir’aun akan turut taat bersamanya.
Tapi
kembali pada kuasa.Nya. Manusia hanya berkewajiban berupaya, berusaha,
berikhtiar. Percaya bahwa akan ada bahagia di ujung kesabaran pada ketaatan
meski banyak sayatan luka dalam perjalanan.
Kenapa
harus seribut ini? itu kan hanya sinetron picisan.
Ahhh
bukan perkara pada seberapa picisannya sinetron itu. Kan sudah saya bilang, ini
lebih pada siapa, dan seberapa banyak massa yang menatapnya penuh penghayatan.
Rekayasa sosial. Membangun opini. Dan kepentingan – kepentingan lainnya. (Kamu
benar Seno! Media kita sedang mengalami pembusukan :3 sayangnya, banyak orang
yang senang menjadi tikus. Menikmati kebusukan. :3 Ratatouille hanya animasi
disney).
Diceritakan
bahwa temannya Rumana itu menikah melalui jalur Ta’aruf. Jalur halal untuk
meminang ia yang diharapkan mampu menggenapi. Kita sama – sama belajar ini kan?
Setidaknya pernah menjadi topik permbahasan di satu sesi kelas Sekolah Pra
Nikah. Prosesi saling mengenal untuk menciptakan kebaikan dan mencegah
keburukan di masa mendatang. Ikhtiar menjemput yang sangat dianjurkan. Tapi,
oleh sinetron itu malah dihadirkan sebagai kesalahan (terlihat dari akibat yang
terjadi pada temannya Rumana). Jujur, saya sebenarnya sedih.
Baiklah,
saya akan mencoba paham. Berbaik sangka. Bahwa itu adalah kebutuhan Sutradara
untuk menjaga cerita. Tapi, bisakah menjaga keutuhan cerita tanpa merancukan
kebenaran dan mengaburkan kebaikan?
Sungguh
saya senang, sekarang sudah banyak sinetron / tontonan yang berlatar islam dan
pertaubatan. Manis. Tapi akan lebih manis jika dakwah/ syiar ini tidak
nanggung. Menyampaikan kebaikan tanpa setengah – setengah, hadirkan secara
utuh. Islam itu kaffah kan? :”) Iya berlahan, proses. Tapi harus menunggu
episode ke berapa? Menunggu sampai ketersesatan sejauh apa? Banyak perdebatan
dimana mana, media yang hanya menyampaikan kebenaran tanpa paket utuh. Setengah
setengah yang menimbulkan banyak langkah prasangka. Tidak selaras dengan
lancarnya masyarakat yang berlomba – lomba menyampaikan tanpa mengonfirmasi
keutuhan berita. Semangat syiar yang tidak tercontrol dengan bijak. :”(
Sedihnya itu disitu.
Kembali
pada perempuan – perempuan tadi,
Saya
pertegas bukan sebab kamu bukan perempuan baik – baik. Kamu sudah baik. Penjagaanmu
pada pergaulan, penjagaanmu pada diri, kasihmu pada sesama, pengabdianmu pada
keluarga, pun dengan tidak sungkannya peluhmu bersuara. Teruslah melangkahkan
perbaikan. Ketika pada ujung jalan pemantasan dirimu bertemu dengan seorang
yang kamu anggap tidak pantas untukmu, entah sebab apa dan bagaimana jalan itu
akhirnya mengarah padamu. Bersabarlah, jagalah ketaatan pada.Nya dan ridhanya.
Tuhan sedang jatuh cinta padamu. Ia ingin engkau mengajak seorang itu untuk
mencintai.Nya sepenuh nyawa. Ya, engkaulah bidadari penyelamat lelakimu kini. Engkaulah
media perantara turunnya hidayah.Nya. Insya Allah. Banyak yang akan sedia
berbagi beban denganmu, menyediakan waktu dan telinga seumpama kamu membutuhkan
keduanya. :”) saya siap menjadi salah satuyang sedia membersamaimu.
Namun
jika nyata, kaidahmu mulai terusik, ibadahmu mulai diganggu, hingga percayamu
dipaksa gulung tikar olehnya. Bergegaslah! Kemas semua kesabaranmu untuk
meninggalkannya. Tuhan memang membenci perceraian, namun ia paling murka jika
diduakan. Tak rela jika ciptaan.Nya lebih diutamakan dibanding kuasa.Nya.
barangkali, bukan melalui kamu hidayah itu turun. Pergilah setelah berjuang
dalam kehakikian! Pergilah tanpa menyerah pada keputusaasaan. Semoga langkah
dan hatimu kian dilapangkan guna menampung kesabaran. :”)
Allah
mencintaimu. Insya Allah.
Banyak
saudari yang peduli denganmu, Saudariku ...
Dan untuk kita yang masih saling mengikhtiarkan menjadi versi terbaik untuk masing - masing. Tak apa jika sesekali kamu ingin berhenti sejenak, lepaslah lelah dan penatmu. Bahkan untuk mampu berlari lebih kencang, terkadang kita butuh mundur beberapa langkah bukan? Yang penting, teruslah berusaha bergerak. Bekerjasamalah dengan alam, untuk membuatnya tidak berhenti sebab menyeimbangkan langkah dengan kita. Saling memperbaiki meski wujud seorang itu masih misteri.Intinya, tak perlu minta dikasihani semesta untuk bisa meraih dia yang istimewa. Terus menuju sembari merayu Dia saja, insya Allah kelak disatukan dengan ia yang namanya selalu terapal dalam doa. :")
Semangat berupaya ya ^^
Dan untuk kita yang masih saling mengikhtiarkan menjadi versi terbaik untuk masing - masing. Tak apa jika sesekali kamu ingin berhenti sejenak, lepaslah lelah dan penatmu. Bahkan untuk mampu berlari lebih kencang, terkadang kita butuh mundur beberapa langkah bukan? Yang penting, teruslah berusaha bergerak. Bekerjasamalah dengan alam, untuk membuatnya tidak berhenti sebab menyeimbangkan langkah dengan kita. Saling memperbaiki meski wujud seorang itu masih misteri.Intinya, tak perlu minta dikasihani semesta untuk bisa meraih dia yang istimewa. Terus menuju sembari merayu Dia saja, insya Allah kelak disatukan dengan ia yang namanya selalu terapal dalam doa. :")
Semangat berupaya ya ^^
*NB Bagi teman – teman yang mau e
- book Catatah Hati Seorang Istri By
Asma Nadia, bisa inbox di FB saya (Narisa Haryanti) atau inbox ke email saya
chi_tiramisucoklat24@yahoo.co.id
0 comments:
Post a Comment