Rss Feed
  1. Sticth Datang!

    Wednesday 8 July 2015

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)

    google search

    Minggu, 11 Mei 2014
                Baiklah, boleh saya marah? Tentang temu kita yang saya rasa jauh dari kata ‘mutu’.
                Seminggu yang lalu kamu mengabarkan kedatanganmu dengan sangat rapi. Seusai ijin tidak masuk kerjamu diurus, kamu akan berangkat ke stasiun dengan bis, lantas membeli tiket kereta Prameks dan turun di Stasiun Purwosari Solo, menemui saya yang sudah menunggu di gerbang stasiun, kemudian tatap kita saling beradu dan tentu saja hanya senyum rindu yang terukir disitu. Istirahat dengan saling bersisihan, menghabiskan malam dengan cerita panjang atas lamanya waktu tak jumpa. Dan menyambut esok dengan nasi kuning yang sudah saya rencanakan sebelumnya, sarapan bersama dan ya kita bisa berkeliling Solo sebentar, putaran manahan, taman Sriwedari, Mangkunegaran, Balai Kambang, sudah menjadi destinasi rencana saya menghabiskan hari kita.
                Nyatanya, entah sebab saya yang terbutakan kata rindu hingga tak menyadari adaya kalimat “aku sama temenku” yang katanya kamu suratkan dalam pesan singkatmu sebelumnya atau memang kalimat itu tak pernah ada, nyata saya terkaget dengan kehadiran rekanmu itu. Harus cepat adaptasi! Sergahku mengusir ketidaknyamanan. Dan rencana untuk saling bercerita pun menguap begitu saja. Nyata kasurku hanya cukup untuk kamu dan rekanmu, saya diharuskan mengungsi ke kamar sebelah menyelsaikan beberapa deadline yang disponsori secangkir gooday vanilla latte. Hingga pukul dua dini hari, saya pun lelah penuh lelah. Sayangnya saya bahkan melihat pergantian waktu malam tadi, bagaimana detik angka di layar nokiaku berganti hingga menujuk di angka 05.00 WIB.
                “Bangun Ris! Setidaknya kamu masih punya kesempatan hari ini untuk sekedar mengobati rindu!” bisikku pada diri sendiri.
                Empat rekaat mengawali hari, ku cantumkan kita untuk kelancaran agenda hari ini. menggandeng Vio, ku kayuh ia menuju Pasar Jongke, membeli dua bumbu pengaroma nasi kuning, sereh dan daun salam ditambah sekantong rambak kesukaanmu.
                “Ayoo sarapan!” seruku tepat pukul 06.45 WIB.
                Magicom yang telah berubah warna dengan aroma gurih yang mengudara belum lagi sepiring orek tempe dari warung pagi, kehangatan teh manis, rambak. Lantas apa yang membuatmu enggan sarapan bersama? Bahkan kamu hanya meyendok beberapa suap dari piring kita. :’( Saya ingat benar, kamu menyatakan kerinduan masakan saya, dengan rasa yang sok manis dan sok asin, tapi setidaknya kamu selalu suka, satu hal yang membuatku lega.
                Ingat kali pertama saya memasakanmu?
                Kunjungan malam yang membuat ramai atap rumahmu. Bersama Budhe, Pakdhe, Bang Afan yang kebetulan sedang mudik, Mas BB *Botak Bawel (saya selalu lupa nama mas yang satu itu :v) kita berbincang di ruang utama. Televisi yang sibuk dengan tayangan Ipin Upin, Bang Afan, Mas BB dan kamu yang sibuk mencari cela membully saya, Budhe dan Pakdhe yang saya sibukkan dengan celotehan saya dan tentu saja mereka ada dua pembela saya disaat kalian membully.
                “Enyong laper!” celetukmu tiba tiba. Disambut tawaran Budhe untuk makan nasi hajatan di dapur, kamu malah meminta dimasakan nasi goreng. -_-
                “Icha dikon masak kue. Bisa kan cha?”
                Saya yang hanya mampu tersenyum. Tantangankah ini? :v Ah Budhe, saya kan belum mendaftar jadi calon mantu. :v
                Dan ya, nasi goreng itupun jadi. Memadamkan kelaparan enam orang malam itu. Gurih! Aku semuanya. Testimoni manis.
                Kembali pada hari ini.
                “Nduk ngebis nunggunya dimana? Deket sini enggak?”
                “Di depan itu kok Mbak. Pripun?”
                Tiga puluh menit berlalu tanpa mutu. Kamu yang bersiap pulang, dan saya yang masih mencerna deadline review sebuah kegiatan. Kitapun melenggang meninggalkan asrama. Bertiga menyusuri jalan setapak.
                Arrrghhh! Mengapa kamu tak memberiku kesempatan menjadi tour guard yang baik? :”( Saya sedih. Benar benar sedih, seolah kedatanganmu ke Solo tak ada kesan kunjung sama sekali. Membayangkan jika Budhe dan Pakdhe bertanya, “Di Solo kemana aja Lin?” lantas dengan penuh duka kamu menjawab, “Ke Kamar, ke depan tivi, ke kamar mandi, ke terminal.”
    Rabu, 08 Juli 2015

                Hmmm sekarang, satu setengah tahun saya membaca tulisan ini, saya cukup menyesal mengabarkan bahwa saya tidak lagi di Solo, saya sudah berpindah ke Klaten. :”( Tapi sungguh, saya masih dengan senang hati menyambut kabarmu jika ingin berkunjung. :”) Setidaknya kali ini saya tidak harus menjemputmu dengan Vio, saya sudah bersama Flipper sekarang jadi kita bisa bermain cukup jauh. Semoga lebaran kali ini, saya bisa berkunjung ke rumah :”)  atau mendapat kabar bahagia bahwa kamu akan menikah :”). Semoga....

  2. 0 comments: