Rss Feed
  1. (Bukan) Pura - pura !!

    Wednesday, 8 July 2015

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)

    second-island.blogspot.com


                Lagi lagi, yang tentu saja bukan pertama kalinya.
                Teguran sayang itu terlontar dari beberapa insan untuk saya.
                “Kamu itu perempuan! Bersikaplah selayaknya perempuan!”
                “Perempuan itu ketawanya enggak keras – keras, giginya enggak boleh kelihatan.”
                “Perempuan itu jalannya harus pelan, enggak cepet – cepet kaya ngejar copet.”
                “Perempuan itu enggak pake sendal gunung mulu.”
                “Perempuan itu enggak manjat pohon apalagi manjatin genteng!”
                “Perempuan itu pulangnya sebelum ashar, enggak  malem – malem.”
                “Perempuan itu harus wangi.!”
                “Mbok latian jadi perempuan anggun to Ris!”
                “Perempuan itu...tralalalala”
                Perempuan itu saya. -,-
                Saya tidak suka berpura – pura, bahkan ketika di Teater Peron saya tidak diajarkan untuk berpura – pura melainkan menjelma menjadi apa yang kamu perankan. Lakon saya saat ini adalah teman bermain anak – anak, dan untuk membersamai mereka saya tidak bisa berpura – pura.
                Anak – anak harus diajak jujur dan bangga dengan dirinya sejak dini. Agar kelak ketika telah tumbuh dewasa ia akan terbiasa mengamalkan kebenaran serta memiliki banyak kepercayaan diri atas pilihannya. Jadi saya tidak ingin mengenalkan kepura – puraan kepada mereka, biarlah saya yang menjelma sesuai kebutuhan mereka.
                Tertawa lepas, setidaknya itu selalu lebih baik dibanding menangis lepas :v Setidaknya anak – anak menikmati lingkungannya penuh ceria. Hal – hal sederhana yang entah bagaimana dimata mungil mereka itu adalah hal yang lucu.
                Belalang yang menggerak – gerakkan kakinya, semut yang menghinggapi tangan, tergelincir yang tidak sakit, bentuk paruh burung yang berbeda, cara jalan beruang, gerakan tarian yang baru, musik - musik pendek di sela film, lelarian tom and jerry, dan ragam hal yang dimata orang dewasa tidak lucu. Lambat laun anak – anak akan lebih terbiasa menertawakan kejatuhan diri dibanding meratapinya dan berputus asa. Tapi terkadang jika memang sudah sangat sakit, anak – anak tidak malu untuk menangis. Tanda bahwa dia butuh ditemani.:”)
                Sandal gunung, adalah alas kaki paling fleksibel bin casual bagi saya. Aman saat saya menemani anak lelarian, aman saat saya bepergian jauh, dan cukup kuat menampung gerak saya yang cukup banyak mobilitas. Pun cukup keras untuk menendang sikap kurang didik sebagai tindak kewaspadaan.
                Manjat pohon, naik genteng rumah? :v amm itu si emang resiko sulung perempuan dengan tiga adik laki – laki yang masih kecil dan ayah tidak di rumah. Lagian sekarang juga sudah jarang, mengingat Ksatria Pertama sudah tumbuh menjulang tinggi melebihi saya. -,-
                Perempuan anggun?!? Yang kek gimana ya?
                Yang pendiam, kalau ngomong pelan, jalannya setapak demi setapak penuh tata keseimbangan, beralas kaki high heels, kalau tertawa enggak ada suara, senyum selalu mengembang enam senti,? Aduhhh, itu perempuan atau pajangan sih? -,-
                Oke.oke. Benar itu perempuan yang layak mendapat pujian. J
                Hmm tapi setidaknya ijinkan saya jujur dengan diri saya sendiri, tanpa perlu menjaga image yang kerap membebankan. Saya ndak keberatan jika pada akhirnya terjudge perempuan urakan, atau tidak elegan. Selama saya nyaman dengan diri saya dan tidak mencelakakan teman – teman, bisakah kita tetap beriringan dalam persahabatan dan lingkup perempuan dengan keadaan diri masing – masing? :”)
                Saya tidak bisa dan tidak ingin belajar kepura – puraan.
                Serius.
                Saya hanya butuh belajar untuk tetap nyaman dengan terus meningkatkan keimanan melalui langkah perbaikan. Dan perbaikan saya bukan perkara keperempuanan sikap dalam balut kepura – puraan, tapi belajar menjadi perempuan yang membawa kebermanfaatan pada lingkungan.
                Maaf jika saya tidak anggun.
                Maaf jika ketawa saya keras.
                Maaf jika saya suka lelarian.
                Maaf jika jalan saya cepat.
                Maaf, sebab saya tidak bisa memenuhi harapanmu. :”)
                Kelak, jika niatan saya berubah. Ada keinginan anggun versimu, biarlah wujud tindak anggun itu hanya dinikmati suami saya :v sebab sepertiya kebanyakan laki – laki menyukai perempuan anggun. :v (meski saya lebih berharap suami saya adalah orang yang tidak pernah keberatan dengan ketidakanggunan saya).
                Tuh kan! -,- bahasannya sampai suami. Ah sudahlah. -,-
                Saya close mike dulu. Mau melanjutkan hidup. :v

                

  2. 0 comments: