Rss Feed
  1. Terima Kasih Ksatria Kedua ^_^

    Tuesday 26 August 2014

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)



    Jumat, 22 Agustus 2014


                Masih setia dibalik punggung saya, kamu duduk menikmati slamet riyadi dalam apitan dua perempuan. Bertiga menghampiri Kampus Pusat, menunaikan janji pun menunaikan hasrat kuliner khas ‘warga graha’.  Ku tinggalkan kamu di sisi Nurul Huda bersama Kak Ismi, sementara saya menemui dua rekan yang sedari tadi menunggu saya. Ah Rabu memang selalu menyebabkan menunggu. Kamu yang menunggu jemputan saya tiga jam dari jam kepulanganmu, dan dua rekan yang menunggu tiga puluh menitan perjalanan Klaten-Solo dipetang hari. Hehe maaf yaa :”)
                Berhubung menjadi pihak yang datang terlambat, jadilah saya harus sadar diri untuk segera menyesuaikan diri, beruntungkah kedua rekan saya itu (Hai Rina, Mas Heri ^_^) masih memiliki cukup banyak kesabaran menanggapi permintaan saya untuk membahas sejauh mana obrolan itu. Dan nyata bincang masih masih terdampar pada sosok Mega yang menghilang dari ruang kabar. Telfon dan sms yang tidak mendapat respond menuntun kami untuk segera berbenah menemuinya.
                Menuju asrama Mega kamu masih terjaga meski beberapa kali menguap. DuhDek! Sabar ya abis ini pulang kok :”) Jadi kamu bisa rehat :”)
                Dan di sana, di kursi panjang asrama Mega beserta rekan istimewa lainnya, kamu menatapku dalam tanya. Siapa mereka? Ada apa dengan mereka? Pun dengan bagaimana langkah mereka tak tergagap meski dalam gelap?
                Tatap yang kemudian kamu luncurkan begitu pulang dari sana, seolah paham bahwa ada kepentingan yang harus kami selesaikan tanpa terganggu rasa ingin tahumu,
                “Yu, siapa mereka?” pertanyaan yang sebenarnya retoris mengingat kamu sudah saya kenalkan dan bersalaman dengan mereka.
                “Mereka itu ya kita :D hanya saja memiliki keistimewaan untuk dimudahkan menjaga amanah mata.”
                “Ih kan enggak bisa lihat?!”
                “Hla iya! Dengan mereka ndak bisa melihat kan berarti mereka dimudahkan sama Allah biar enggak menyia-nyiakan manfaat mata. Biar enggak melihat televisi sampai lupa mandi. Enggak main game sampai lupa PR. :P”
                Lantas kamu terdiam, entah paham entah bingung. Kelak kamu akan paham Nak :v
                Pertanyaan masih berlanjut hingga lampu lalu lintas pengemas perempatan Panggungrejo. Melalui sepasang tangan dibawah milik gadis bertubuh besar kamu bertanya, “Yu, kok kamu enggak ngasih?”
                Tanya yang saya jawab dengan tanya, “Kamu lihat dia? Kakinya bahkan sehat sayang. Lihat tangan dan beberapa bagian tubuhnya , lengkap bukan?”
                “Iya sih.” Kamu mengiyakan dengan sedikit ganjalan.
                “Yang tadi aja enggak mengemis. Si Ira bahkan sekolah, Mbak Sri yang tadi juga sekolah. Belajar buat enggak mengemis. Mbak Mega yang tadi cerewet itu malah jadi penyanyi hloo Le...”
                “Hla pergi-perginya gimana?” kejarmu masih bersambung.
                “Kandani sebab mereka sudah terbiasa seperti itu. Kan mereka juga masih bisa jalan, masih bisa mendengar, masih bisa membuat keterampilan, dan membuat hal-hal lainnya. Mereka itu bersyukur Le..”
                “Apa iya Yuuu?” tanyamu menggoda, errrgh menyebalkan.
                “Iyaaaa Sayaaang! Mulo kudu bersyukur! Enggak boleh malas-malasan :P” godaku enggan kalah. Menekan hidung peseknya agar bertambah beberapa mili :D
                Terima kasih :”) untuk tidak memburu cepat pulang meski lensamu memerah menahan kantuk. Terima kasih untuk setiap tanya yang membuatku kian banyak belajar menjelaskan apapun dalam bahasa yang kamu pahami. Terima kasihhh :*
     

  2. Agar Perca Lebih Berguna.

    Friday 22 August 2014

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    Jumat, 22 Agustus 2014
                Memanfaatkan kain perca menjadi sesuatu yang indah dimata itu seperti memberi kesempatan kedua agar si perca menjadi lebih berguna :”) Dan masih memegang prinsip “kalau bisa buat kenapa harus beli?” :P saya mencoba membuat jarum bunga :D
                Potong kain perca menjadi ukuran kecil memanjang, untuk ukuran lebar disesuaikan dengan kebutuhan dan selera. Berhubung saya akan membuat jarum bunga untuk lebar saya memilih 2-3 cm sebagai ukurannya, lain lagi kalau untuk bros biasa (4-5 cm).
                Kain kecil memanjang sudah siap dijahit jelujur ^_^ Jika sudah sampai ujung kain, tarik benang hingga kain akan berkerut, lantas bentuk menjadi lingkaran ^_^ Duh agak susah nih bilangnya, biarlah gambar yang menjelaskannya :v
                Kalau bunganya sudah jadi, tambahkan kancing baju sesuai selera sebagai putik bunganya. Udah? Siap deh ditempel jarum pentul :D






    Alat dan bahan yang dibutuhkan


                




     Potong kain menjadi bentuk persegi atau persegi panjang, kemudian tentukan bagian tengah kain tersebut,terapkan tusuk jelujur. Tarik benang seperti saat membuat bunga lingkaran tadi :”) jadi deh pitanya :D







     

  3. Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    Jumat, 22 Agustus 2014

                Belajar semalam dengan Kakak Ismi, menggulung-gulung kertas menjadikannya benda 3D :D ah yaa, malam ini berlalu tanpa ditunggu. :”) So. To the point yak :D Alat dan bahan yang dibutuhkan :D
                Berhubung kami benar-benar hanya memanfaatkan apa yang tersedia, kami membuat kertas quiling secara manual, caranya memotong kertas lipat berbagai warna menjadi kertas dengan ukuran kecil memanjang, lebarnya 3-6 mm atau sesuai kebutuhan saja. Tapi, ingat! Tidak semua kertas lipat bisa digunakan. Kami menggunakan kertas lipat yang seratnya bukan putih, jadi semua kertas yang dilihat dari berbagai sisi itu warnanya sama. :D
                Seusai membuat kertas quilingnya, kami menggulung secara manual tanpa menggunakan jarum quiling ataupun quiling mate.nya :D lantas sesudah menggulung kertas tersebut kami bentuk dan susun sesuai selera dengan menggunakan lem kayu :v Lem kertas kurang rekat di bahan kami :D
                So, inilah bentuk susun kertas quiling kami ^_^
                *newbie :D


















      *yang ada kata ISMI nya itu punya Kak Ismi :D Keren kan ^_^ itu belum kelar tapi :D kalau udah kelar, insya Allah saya share deh :)

  4. Bismillaahirrahmaanirrahiim :)



                Berangkat dari ragam tanya rekan rekan mengenai potensi alam Kota Kebumen, saya melaju bersama Flipper (nama motor saya :v). Menyapa panaroma asri khas Kebumen. Potensi endemik asli Kota Beriman. Juga terima kasih untuk rekan tersayang yang sedia menemani perjalanan saya. (Peluk Cium untuk Hanna, Nduk Tiwi, Yayu Pi, Teh Intan, Jeng Ayu ^_^ juga Bang Tomi, abang gue yang paling pesek). Dan mari saya kenalkan pada mereka yang membuat saya jatuh cinta setiap hari pada satu kota sederhana ini. Kota tanpa Mall bertingkat atau Hotel Bintang Lima.
                Menyusuri Jalan Lingkar Selatan dengan label Jalan Deandles dari arah timur (Yogya), inilah wisata Bahari Kebumen #PartOneJilidSatu^_^




    1.      Pantai Pasir (Kecamatan Ayah, Gombong)

    Tak sesuai namanya Pantai Pasir dominan terisi oleh kerikil dan baru koral kemudian jajaran perahu nelayan. Pantai balik bukit dengan mengambil sisi kiri dari arah belokan sebelum menuju Pantai Karangbolong (kalau ke kanan ke Karangbolong, ke kiri ke Pantai Pasir dan Menganti), perjalanan masih  tentang menyusuri jalur selatan. Mengabaikan laju kanan di ujung percabangan arah Cilacap.
    Menikmati topografi dan jalan yang kian romantis, Pantai Pasir layak ditembus dengan decak kagum. Ikuti saja kelak-kelok jalannya, bersiap dengan tanjakan, turunan, pun dengan tikungan, lantas jika bertemu dengan pertigaan di kiri jalan. Dengan papan kayu yang mengarahkan ke Pantai Pasir, Pantai Ayah, Pantai Menganti. Tinggal pilih destinasi ^_^
    Berdampingan dengan area Tempat Pelelangan Ikan dengan nama serupa, mengunjungi Pantai Pasir masih belum berbayar dan berfasilitas wisata. Parkir di area parkir pelelangan ikan, berjalan sekitar lima puluh meter ditengah pematang ikan, dan disanalah debur pantai bersembunyi dibalik jajaran biru perahu-perahu kayu nelayan aktif.
    Bibir pantai yang kasar, serta kanan-kiri tebing adalah fenomena unik yang tak ada di pantai lain sepanjang Kebumen. Endemik Kebumen. Kunjungan ke pantai pasir adalah tentang kunjungan menikmati keheningan hidup. Bercengkrama dengan diri bersama lagu latar nyanyian angin. Tanpa perlu mengejar angin, kita merdeka di sana.

    Foto By RisaRiiLeon
























    2.      Pantai Menganti (Kecamatan Ayah, Gombong)
    Membawa kekhasan dari bukit karst, pantai ini resmi menjadi satu-satunya si pasir putih dalam jajaran pasir hitam pantai selatan. Terletak di balik bukit tinggi, Menganti memiliki jalur tuju yang menikam. Saya sudah sangat berani untuk menjajalnya, sayang bahkan Flipper dengan gigi satunya tak mampu menanjak di jalan cabang pertama itu. Resmilah, Pantai Menganti masih menjadi destinasi lokal idaman saya. :”( Seseorang ayooo ajak saya kesana :”)
    Katanya seperti lekukan teluk, pantai Menganti masih ramah dengan deburan halus ombaknya, dengan bukit mercusuar di atasnya, dengan karang-karang gigih rata sepanjang jalunya, pun dengan pasir putih sisi barat yang nampak selalu perawan. Sayangnya, aroma amis sisa ikan nelayan kadang masih tercium.
    Beberapa fasilitas yang sudah disediakan cukup beragam, dari sekedar kamar mandi juga tempat makan. Semuanya ada.


    3.      Pantai Ayah (Gombong)
    Selamat datang di pantai penuh kenangan :D haha Ayah. Setidaknya Pantai Ayah adalah saksi atas putusnya saya dengan putus asa kala mengikuti diksar Pecinta Alam semasa SMA :P Enggan merengek meski kaki sudah penuh lecet. Enggan merajuk meski wajah sudah nyaris tak berbentuk. Juga tentang kunjungan kelas Gethukers kala liburan semester dulu.  Huwaaa rabakal lali pokokmen.
    Terletak di Kecamatan Ujung Kulon Kebumen dengan nama Kecamatan Ayah, pantai ini layak menjadi tujuan wisata peretas gundah. Ambil laju kiri di belokan arah Rowokele sebelum perbatasan Kebumen Banyumas di Gombong, kemudian mengikuti jalan terus saja hingga bertemu dengan papan tunjuk jalan. Menuju Goa Jatijajar, Goa Petruk, Pantai Ayah atau Cilacap. Ambil arah Goa Petruk untuk merangkul arah Pantai dan Cilacap.
     
    Masjid dekat perbatasan Kebumen-Banyumas, saya sarankan untuk shalat disini sebelum ke pantai :D

    Perbatasan Kebumen-Banyumas, nah sebelum perbatasan ada jalan ke selatan, arah ke Pantai Ayah, Goa Petruk, sama Goa Jatijajar