Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Minggu,
17 Agustus 2014
Dan sebagai hadiah untuk Juara, hari
ini saya memutuskan untuk menikmati sajian gambar suara 345 MB dengan durasi 1
jam 37 menit. Ayolah, setelah tiga hari tidak tidur lebih dari satu jam,
terpenjara oleh deadline dengan beberapa mie gelas dan kopi. Errrgggh! I wanna
break free.
Saya memilih..
Judul : Adriana (simple untuk isi yang kompleks)
Sutradara : Fajar Nugros
Opening scene gaya thriller yang mayan kece, hmm setidaknya
itu yang dihadirkan dalam pandang awal membuka film. Dua pemuda dengan kaki
sibuk berlari menghindari kejaran preman saat malam larut. Mamen (Adipati Dolken) dan Sobar (Kevin
Julio) terperangkap sebab aksi petualangan Mamen mempermainkan anak
perempuan si kepala preman. :D dan sisi cantik itu muncul saat keduanya lolos
dengan cara masing masing. Sobar berlari begitu ada sempat, dan Mamen menjadi
pemulung kemudian berlalu di depan mobil si pengejar. Mulai deh keliatan kalau
si Mamen ini “semau gue” alias slenge’an :D
Jujur ini terlalu klasik untuk jatuh
cinta, tapi dari sanalah cerita bergulir. Mamen si palyboy dengan kuliah tak
kunjung usai bertemu dengan sesosok gadis jelita di perpustakaan. (Yes! Hukum newton
satu versi kamu sudah terkalahkan :P bahwa perempuan cantik pasti enggak pintar),
bertemu, mengejar, dan menolong saat buku jatuh tercecer. -__- adegan yang
enggak bakal gue alamin di kehidupan nyata. Dan petualangan pencarian identitas
itu mengalir tepat saat tangan Mamen mengulur mengajak kenalan si gadis,
“Temui aku ketika karpen lift itu
berganti dua kali, aku akan menunggu di tempat dua ular saling berlilitan, saat
proklamasi dibacakan.” Ujar si Gadis yang belakangan ketahuan namanya Adriana (Eva Celia) tanpa memandang Mamen.
Hati Mamen telah berdesir, tekadnya
sudah bulat untuk melanjutkan petualangan, destinasi terakhir untuk sebuah nama
yang siap terukir di halaman persembahan skripsi. Ditemani Sobar sang kerabat,
Mamen memulai ikhtiarnya memecahkan teka-teki. Sebuah pijak yang nyata membawa
Mamen menjamah sejarah kota Jakarta. Menarik Sobar dan Mamen pada mimpi-mimpi
yang sempat terlupa. Menyibak sederet teka-teki jejak historis landmarks Jakarta, budayanya, dari
patung, monumen, museum, vihara, Pekan Raya Jakarta hingga kuburan Belanda. Dari
sejarah Fatahillah, legenda si Pitung dan Adriana Van De Bosch, perang
Diponegoro, juga tokoh-tokoh historis lainnya seperti Moh.Husni Thamrin,
perjuangan kemerdekaan hingga hubungan Soekarno-Hatta, yang kesemuanya menjadi blend menarik untuk membangun sisi adventure pemecahan teka-teki.
Mengemas sejarah dalam sebuah
tayangan fiktif, Adriana menyumbang
dunia perfilman dengan sesuatu yang beda. Bahkan dalam variasi genre yang
sempit, Film lokal jarang-jarang punya tema yang beda. But Adriana is a different case tanpa kehilangan
sisi klasik sebagai love story ala
remaja Indonesia. Meski sosok Mamen yang sudah sering ditemui, Sobar yang cupu
tapi cerdas juga tak jarang, pun dengan aksi jatuh cinta diam diam dari gadis
kuper dengan si bintang badung sekolah yang tak pintar. Saya salut dengan usaha
susah payahnya menyuntikkan sejarah dalam romantika cerita cinta remaja. Adaptasi
novel Fajar Nugros dari cerbung di
facebooknya emang udah punya konsep yang unik, yang tentu saja membedakannya
dengan novel-novel sejenis.
Sophia
Latjuba a.k.a Sophia Mueller
a.k.a Bundanya Eva Celia menggandeng
Eko Kristianto, berdua selaku
produser cukup berani memilih sang Putri yang selama ini lebih dikenal sebagai
penyanyi untuk menjadi vehicle debut peran utama layar lebarnya. Lengkap dengan
hadirnya sang Ayah, Indra Lesmana
dalam menggarap scoring and soundtracknya Adriana sukses membuat saya menyukai melodi di
balik cerita. Pemberian vibe yang
pas, pun ada warna contemporary jazz yang solid. Belum lagi suaranya Eva
muncul dibeberapa track vocals dengan
soulful voicenya dalam kombinasi jazz, pop, hingga dubstep. Di dukung juga sama tata sinematografi Om Yadi Sugandi yang fresh banget :D Gue
jatuh cinta sama Adriana.
Seperti halnya dalam jatuh cinta,
terkadang ada beberapa hal yang membuat kita tak suka, hal yang agak segan
untuk diberi pujian. Ada beberapa hal yang menurut saya agak dipaksakan. Satu yang
menjadi misteri hingga cerita berakhir, darimana Mamen mendapatkan teka-teki
kedua? Pemirsa tidak ditontonkan secara logis kenyataan itu. -_- Juga berbagai
macam flascback dan reka ulang peristiwa sejarah yang dibuat random, amm terasa
kasar dan kurang rapi. Dan dari kesemua hal yang saya tidak suka, ialah bagian
ada Badutnya. :3 Kenapa sih film sekece ini harus mengandung badut gitu. :3
Sekedar info, saya tidak menyukai badut, selucu apapun itu :3 Ah sudahlah,
cukup!
Kembali kepada Adriana, saya tetap
merekomendasikan film ini untuk ditonton :D
Terima kasih untuk Nyonya dan Tuan
History atas perekomendasiannya, kalian pasangan super kece deh pokoknya ^_^
Semoga kalian mampu menghadirkan sejarah yang tidak membosankan seperti Adriana
^_^
0 comments:
Post a Comment