Rss Feed
  1. Adriana: Cinta Klasik Yang Asik

    Sunday 17 August 2014

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)



    Minggu, 17 Agustus 2014
                


    http://www.youtube.com/watch?v=LcqYfip1_y8

                Dan sebagai hadiah untuk Juara, hari ini saya memutuskan untuk menikmati sajian gambar suara 345 MB dengan durasi 1 jam 37 menit. Ayolah, setelah tiga hari tidak tidur lebih dari satu jam, terpenjara oleh deadline dengan beberapa mie gelas dan kopi. Errrgggh! I wanna break free.
                Saya memilih..
                Judul               : Adriana (simple untuk isi yang kompleks)
                Sutradara         : Fajar Nugros
                Opening scene  gaya thriller yang mayan kece, hmm setidaknya itu yang dihadirkan dalam pandang awal membuka film. Dua pemuda dengan kaki sibuk berlari menghindari kejaran preman saat malam  larut. Mamen (Adipati Dolken) dan Sobar (Kevin Julio) terperangkap sebab aksi petualangan Mamen mempermainkan anak perempuan si kepala preman. :D dan sisi cantik itu muncul saat keduanya lolos dengan cara masing masing. Sobar berlari begitu ada sempat, dan Mamen menjadi pemulung kemudian berlalu di depan mobil si pengejar. Mulai deh keliatan kalau si Mamen ini “semau gue” alias slenge’an :D

                Jujur ini terlalu klasik untuk jatuh cinta, tapi dari sanalah cerita bergulir. Mamen si palyboy dengan kuliah tak kunjung usai bertemu dengan sesosok gadis jelita di perpustakaan. (Yes! Hukum newton satu versi kamu sudah terkalahkan :P bahwa perempuan cantik pasti enggak pintar), bertemu, mengejar, dan menolong saat buku jatuh tercecer. -__- adegan yang enggak bakal gue alamin di kehidupan nyata. Dan petualangan pencarian identitas itu mengalir tepat saat tangan Mamen mengulur mengajak kenalan si gadis,
                “Temui aku ketika karpen lift itu berganti dua kali, aku akan menunggu di tempat dua ular saling berlilitan, saat proklamasi dibacakan.” Ujar si Gadis yang belakangan ketahuan namanya Adriana (Eva Celia) tanpa memandang Mamen.

                Hati Mamen telah berdesir, tekadnya sudah bulat untuk melanjutkan petualangan, destinasi terakhir untuk sebuah nama yang siap terukir di halaman persembahan skripsi. Ditemani Sobar sang kerabat, Mamen memulai ikhtiarnya memecahkan teka-teki. Sebuah pijak yang nyata membawa Mamen menjamah sejarah kota Jakarta. Menarik Sobar dan Mamen pada mimpi-mimpi yang sempat terlupa. Menyibak sederet teka-teki jejak historis landmarks Jakarta, budayanya, dari patung, monumen, museum, vihara, Pekan Raya Jakarta hingga kuburan Belanda. Dari sejarah Fatahillah, legenda si Pitung dan Adriana Van De Bosch, perang Diponegoro, juga tokoh-tokoh historis lainnya seperti Moh.Husni Thamrin, perjuangan kemerdekaan hingga hubungan Soekarno-Hatta, yang kesemuanya menjadi blend menarik untuk membangun sisi adventure pemecahan teka-teki. 

                Mengemas sejarah dalam sebuah tayangan fiktif, Adriana menyumbang dunia perfilman dengan sesuatu yang beda. Bahkan dalam variasi genre yang sempit, Film lokal jarang-jarang punya tema yang beda. But Adriana is a different case tanpa kehilangan sisi klasik sebagai love story ala remaja Indonesia. Meski sosok Mamen yang sudah sering ditemui, Sobar yang cupu tapi cerdas juga tak jarang, pun dengan aksi jatuh cinta diam diam dari gadis kuper dengan si bintang badung sekolah yang tak pintar. Saya salut dengan usaha susah payahnya menyuntikkan sejarah dalam romantika cerita cinta remaja. Adaptasi novel Fajar Nugros dari cerbung di facebooknya emang udah punya konsep yang unik, yang tentu saja membedakannya dengan novel-novel sejenis.

                Sophia Latjuba a.k.a Sophia Mueller a.k.a Bundanya Eva Celia menggandeng Eko Kristianto, berdua selaku produser cukup berani memilih sang Putri yang selama ini lebih dikenal sebagai penyanyi untuk menjadi vehicle debut peran utama layar lebarnya. Lengkap dengan hadirnya sang Ayah, Indra Lesmana dalam menggarap scoring and soundtracknya  Adriana sukses membuat saya menyukai melodi di balik cerita. Pemberian vibe yang pas, pun ada warna contemporary  jazz yang solid. Belum lagi suaranya Eva muncul dibeberapa track vocals dengan soulful voicenya dalam kombinasi jazz, pop, hingga dubstep. Di dukung juga sama tata sinematografi Om Yadi Sugandi yang fresh banget :D Gue jatuh cinta sama Adriana.
                Seperti halnya dalam jatuh cinta, terkadang ada beberapa hal yang membuat kita tak suka, hal yang agak segan untuk diberi pujian. Ada beberapa hal yang menurut saya agak dipaksakan. Satu yang menjadi misteri hingga cerita berakhir, darimana Mamen mendapatkan teka-teki kedua? Pemirsa tidak ditontonkan secara logis kenyataan itu. -_- Juga berbagai macam flascback dan reka ulang peristiwa sejarah yang dibuat random, amm terasa kasar dan kurang rapi. Dan dari kesemua hal yang saya tidak suka, ialah bagian ada Badutnya. :3 Kenapa sih film sekece ini harus mengandung badut gitu. :3 Sekedar info, saya tidak menyukai badut, selucu apapun itu :3 Ah sudahlah, cukup!
                Kembali kepada Adriana, saya tetap merekomendasikan film ini untuk ditonton :D
                Terima kasih untuk Nyonya dan Tuan History atas perekomendasiannya, kalian pasangan super kece deh pokoknya ^_^ Semoga kalian mampu menghadirkan sejarah yang tidak membosankan seperti Adriana ^_^
     

  2. 0 comments: