Rss Feed
  1. Yoan Demes Kusumaningtyas.

    Monday 28 October 2013

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    Sabtu, 26 Oktober 2013

    yudhiardani.blogspot.com

                “Besok kalo aku punya anak, aku pengen ngasih nama Yoan!” seruku pada seseorang dan terbalas tawa renyah mewaliki ‘silahkan’. Arghh manusia ini, dia terlalu peka namun enggan acuh -_-. Selalu menggemaskan!
    ^O^
                “Risa!” Sapaku sembari mengulurkan tangan. Mengajukan proposal ta’aruf pada dia yang sedari tadi menatap saya dengan senyum manis dan malu malu.
                “Yoan!” balasnya. Menerima proposal saya.
                “Haha ternyata ada ya yang namanya Yoan. Nama lengkapnya sinten Nduk?” tanyaku berlanjut.
                “Yoan Demes Kusumaningtyas Mbak.” Jelasnya ramah dengan senyum yang masih mengembang, “Mba delegasi dari mana?”
                “Oh saya dari UKM hehe. Kamu prodinya apa?”
                “Bahasa Jawa mbak hehe.”
                Dan begitulah. Air perkenalan itu mengalir ringan. Dialog singkat pertukaran identitas. Menyapa arti namanya. Yoan ialah bukti cinta kedua orang tuanya, persatuan dua nama dalam bait buah hati pertama. Lalu Demes bahasa jawa penuh makna kebaikan. Kemudian mengekor Kusumaningtyas, bunga hati keluarga. Subhannallah, indah bukan?!
                Sempat terlintas nama Yoan menjurus pada nama nama kristiani. Yoanes misalnya, niat memberi nama buah hati dengan kata tersebutpun menguap seiring berjalannya logika. Sayangnya, perkenalan pagi ini membuat saya mengulas kembali nama itu. Haha melintaslah kalimat pujangga Eropa, Shakespheare, “Apalah arti sebuah nama jika mawar tetaplah harum wanginya!”
                Benar bukan? Namanya Yoan, namun menatapnya sungguh tak ada titis tak islami. Tatap teduh penuh penjagaan. Jilbab menjulur indah menutup aurat. Rok menambah keanggunan. “Subhanallah...!” batin saya menyeru kesucian.Nya.
                Lantas apa arti Narisa? Haryanti?
                Dua kata pemberian mendiang Biyung. Salah satu hal terindah yang beliau wariskan. Nama saya. Hmm tanpa maksud menidak-artikan nama pemberian beliau, hingga saat ini saya belum tau makna dibalik judul diri ini. Lagi lagi logika mulai bekerja, Narisa wakil atas serpihan nama dari Bunda, Nariyah. Haryanti? Bahwa saya perempuan. Haahha sesederhana mawar yang merah itu beranda rumah, sesederhana itu saya mengartikan judul diri.
                Hingga masanya saya paham. Bahwa disana, di kartu kartu identias, di baris pertama, yang jelas terpampang sebagai panggilan raga bernyawa hingg yang terpampang di papan lahat kelak, adalah percikan doa penuh cinta. Bahwa nama adalah titipan doa sepanjang masa usia. Bahwa nama selalu memiliki makna penyandangnya, entah tentang pembuktian cinta, penghidup harapan, penyemaian doa, atau sebatas pemancar keindahan. Selalu ada makna dibalik sebuah nama.
    ^O^
                “Kenapa namanya Risa Rii Leon, Ukh?” tanya seorang dalam suatu percakapan, “Leon, seperti nama laki laki.”
                Menghela nafas. Menyerap seluruh kosa kata terbaik diudara. Mentransfer makna pada ia yang disana.
                Risa Rii Leon ya?
                Jadi gini, siap mendengarkan? :D
                Risa itu bagian dari nama saya. panggilan sederhana dalam serpihan diri.
                Rii, suku kata kedua pada kata “sari”. Sa dari panggilan ringkas saya, juga dari suku kata sebelumnya. Sari, yang saya maknai sebagai inti. Pokok. Ya seperti sari pati yang mengandung banyak fungsi.
                Leon, baiklah benar memang itu beraroma gentle. Saya tidak memungkiri, jika mendengar nama itu menjurus pada kata ‘laki laki’. Leon yang terispirasi dari kartun singa. Ergghh, singa? Yups, si raja hutan yang bijak dengan tanggung jawabnya menjaga rimba. Berkeliling negeri, memastikan rakyatnya hidup dalam kesyukuran. Seperti sulung yang menjaga adik adiknya dengan keteladanan. Sulung yang menentramkan pandang orang tua. Ya, sulung yang diharap mampu menjadi panutan semua. Leon adalah doa yang melengkapi kata sari pati. Inti keberanian juga tanggung jawab seorang sulung, Risa. Doa yang kuselipkan dalam lirih pejuang pena. Tinta makna yang meninggalkan jejak dengan kata ‘ada’. Bukti eksistensi seorang anak manusia.
                Lantas, doa apa yang terselip dalam judul dirimu, kisanak?
     

  2. 0 comments: