Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
“Bisa minta tolong buat bantuin ........” sebuah pesan
meluncur ke banyak nomer. Mengabarkan kebutuhan uluran tangan guna sebuah
keberjalanan proses bersama.
“Duh yang lain dulu ya, sibuk nih.” Jawab salah satu
nomor.
“Aku lagi ada agenda dan diluar kota.” Yang lain merespon
nyaris sama. Sisanya? Mengisi kekosongan pesan masuk dengan banyak tanya,
kemana? :D ah sudahlah, hipotesis itu nyata telah berlaku. Bahwa berurusan
dengan orang-orang sibuk itu selalu meminum peluh sendiri. Asin nan getir
menapak di jalan sepi.
Kata “sibuk” kerap menjadi latar belakang kealpaan hadir
seorang dalam forum koordinasi. Sibuk adalah ‘nihil’ yang selalu hadir. Sibuk
itu yang seperti apa? Hh saya saja tidak terlalu paham. Lantas jika sibuk
dikaitkan dengan managemen waktu? Selaraskah? Bukankah pasti bahwa setiap insan
memiliki ragam amanah, peran-peran double cast yang harus tetap
dilakoni. Penulis yang tak hanya harus menyusun paragraf namun juga meracik
bumbu untuk keluarga, blogger yang tepat menutup deadline disamping melunasi
bakti pada ayah-bunda, pelajar yang tetap harus belajar dan membahagiakan
orangtua. Hmm bukankah peran dan amanah adalah saudara yang saling terhubung
satu sama lain? Lalu adakah manusia yang hanya mempunyai satu amanah?
Maka sibuk adalah ketimpangan antara managemen waktu dan
agenda yang harus dijalani. Yups, sibuk itu tentang managemen waktu. Kebijakan
mengatur waktu itu murni urusan setiap pribadi. Beberapa insan berikhtiar bijak
waktu dengan nyemplung pada kesibukan sebanyak-banyaknya hingga ia merasa
kewalahan membagi waktu lantas menemukan cara efektif nan bijak membagi waktu
dengan seambreg kegiatan akademis maupun non akademisnya. Beberapa insan
berikhitiar bijak namun terjebak oleh kesibukan itu sendiri. Ada yang nyata
sibuk sekali namun terlihat sangat tenang. Ada pula yang enggak ngapa-ngapain
tapi nampak sangaaaat sibuk. Ada yang namanya tercantum dibanyak instansi
sebagai pengurus maupun anggota namun nol kontribusi dan sibuk wira-wiri tanpa
arti. Ada yang namanya hanya tercantum disatu instansi sebagai pengurus maupun
anggota namun banyak kontribusi dan berlari kesana kemari meski jalannya sepi.
Dalam beberapa proses tentu pernah dihadapkan untuk
berkoordinasi dengan mereka yang terkenal sibuk, namanya terpampang di mana-mana
sebagai seorang aktivis kancah nasional hingga internasional. Sebagai orang
lokal, jelas ada kebahagiaan. Bertemu dengan ruang belajar yang luas itu adalah
emas. ^_^
Nyatanya melalui sebuah pesan berikut:
“Kak kita di sponsorship hlo, ayok kapan mulai beraksi?”
Kalau dibalas jawaban tidak jauh dari “Nanti dulu ya Dik,
ini masih sibuk diagenda lain” kalau enggak dibalas ya nyata sibuk sekali
sampai tidak menyempatkan diri membalas pesan konfirmasi. :D
Akan muncul hipotesa sebagai berikut:
1.
Urusan dengan orang sibuk itu makan ati dan minum
peluh sendiri.
2.
Selalu ada pihak yang terkorbankan untuk
berkoordinasi dengan orang sibuk, pihak yang total menghandle rekan
sibuknya diamanah yang sama. Semisal si Aktivis banyak organisasi dengan si
Biasa Satu Organisasi, sama-sama mendapat amanah di Center. Si B akan berusaha
menotalkan diri untuk merangkap kerja si A sebab kondisi si A yang SIBUK versi
A.
3.
Sibuk itu kegiatan atau alasan, kembali pada siapa
yang memerankan. :D
Dan mengenai kesibukan, jelas! Saya bukanlah seorang yang
sibuk. Ya mengingat kegiatan saya hanya berkutat pada hal-hal itu saja, hal hal
biasa saja. Kuliah (jelas), kadang ikut kajian, kadang, Cuma mendengarkan
cerita adik-adik, kadang Cuma bermain dengan anak-anak, kadang Cuma
nganter-jemput adik disekolah, kadang Cuma nulis sesuai mood, kadang Cuma ikut
rapat dan ngoceh di forum, kadang Cuma nemenin prosesnya adik-adik, kadang Cuma
mendengar wejangan dari ibu-ibu di chatting :v. Ya, semua aktivitas itu Cuma
kadang-kadang yang malah jadi pembiasaan dan berkembang menjadi kebutuhan. :v kemudian
dengan kegiatan terkadang itu saya berjanji untuk tidak menjadi orang sibuk,
namun tetap mencari kesibukan. :D
Hei, bukankah orang yang mencari kesibukan pada akhirnya
menjadi orang yang sibuk? :D tentu tidak. Kembali kepada siapa yang menjalani
dan bagaimana itu berimbas pada lingkungannya.
Kalau diajak proses, jawaban mereka adalah:
A.
Orang sibuk :
Sama yang lain dulu ya, sibuk nih :D
Orang yang mencari kesibukan: Ayo, mau kapan?
(Menyatakan waktu dengan kemungkinan banyak bisanya) insya Allah longgar dan
bisa.
B.
Orang sibuk :
Diajak ngobrol ngadepnya hape, diajak jalan ngadepnya hape, diajak duduk
ngadepnya hape. Beda tipis sama powerbank. -_-
Orang yang mencari kesibukan : Ngadep hape seperlunya, liat kebutuhan sekitar yang nyata di
depan mata.
C.
Orang sibuk :
Banyak ngomong dan maunya di dengarkan, yang sama saja artinya maunya
dipahamin.
Orang yang mencari kesibukan : Banyak sedia telinga, ngomong seperlunya tapi ngena.
D.
Orang sibuk :
Kalau ditanya kapan bisa hadir jawabannya rundown acara lain yang sedang
dijalani atau curhat kegiatan yang ada dijadwalnya dia. Kerap PHP kehadiran.
Orang yang mencari kesibukan : Kalau ditanya kapan bisa hadir jawabannya waktu, kalau ndak
bisapun bilang enggak bisa. Anti PHP kehadiran.
Dan
teruntuk kamu yang sibuk, sudahkah berterimakasih kepada ia yang sedia
menyediakan banyak ikhlas atas sikapmu menduakan amanah tanpa keseimbangan
managemen waktu? Bukan semacam terima kasih via sms atau ucapan ala kadarnya,
namun sebuah SIKAP berterima
kasih berlandas ketulusan. :”)
Gitu sih, selamat menjalani hari Kamu yang SIBUK! :P
0 comments:
Post a Comment