Rss Feed
  1. Terima Kasih Yang Terlupa

    Tuesday 24 February 2015

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)




                Perasaan ‘Diterima’ adalah keniscayaan seorang untuk mampu memulai sebuah kisah pun dengan bertahan dalam sebuah kisah. Dan itu hal yang lupa saya ucapkan terima kasih untuk seorang Hammam. Hi Hammam, terima kasih untuk sejumput tanda terima diawal ramadhan perjumpaanmu dengan Ksatria Kedua. Membuka lebar pintu pertemanan diawal perjumpaan kalian. Berawal dari sana, Ksatria Kedua kian yakin akan putusannya belajar di sekolah alam. Terima Kasih Hammam, untuk suntikan keberaniannya. ^_^
    ^O^
                Membawa Ksatria Kedua ditanah rantau bersama saya diusianya yang masih belasan, tak banyak fikir selain pertimbangan memberinya kesempatan belajar (lagi). Konsentrasinya yang mudah teralihkan dan kekurangsukaannya dengan hal administratif (hla dia yang nulis pengalamannya ke gunung Ungaran itu? Itu lain soal -_-) membuatnya enggan meneruskan proses belajarnya di sekolah dasar dekat rumah.
                Dan inspirasi bonus motivasi itu datang dalam “Sejenak Hening” dari Sekolah Alam Bengawan Solo. Dibawaserta oleh Kak Oktina dan Kak Rini serta obrolan lewat tengah malam dengan Pak Yudi, niat itu muncul.
                “Ksatria Kedua harus saya ajak kesini!”  batinku berseru empat lima. Hal lain? Pikir nanti. :v
    ^O^
                Saya ingat benar. Pertemuan saya dengan seorang MasDi pun berlanjut kedua pada event tersebut. Dan efek samping itu muncul dengan gejala serupa pertemuan awal saya dengan Nduk Sesty (Pekan Seni Tidar dari Bengkel Seni UNTidar), MasDi resmi dibuat banyak tertawa oleh saya. Jadilah kesan dia sebagai perempuan Anggun di jumpa awal menguap seketika. Saya, MasDi, dan Ksatria Kedua bertiga menuju SABS dengan Revo Merah.
                Canggung dan penuh kesungkanan adalah hal pertama yang nampak diwajah Ksatria Kedua kala pertama bertemu cahbocah SABS. Saya tidak banyak mencampuri atau mengarahkan bagaimana ia bersosialisasi dengan temannya. Saya membiarkannya menemukan caranya sendiri, menatapnya dari jauh serta memastikan dia dan teman-temannya baik-baik saja, itu sudah cukup. And then? Voilaaa, meski beberapa kali di goda cah-bocah sebab logat bicaranya yang masih NGAPAK banget plus belum NYOLO atau berantakan bahasa Indonesianya, Ksatria Kedua nampak bahagia dan diterima.
                “Mas, aku sayaaang kamu!”Teriak Hammam dari balik jendela mobil yang kian menjauh, melaju menuju Wonogiri.
                Jujur, batin saya malah gerimis. Entah magnet apa yang dimiliki Ksatria Kedua sampai mendapat pengakuan sayang dihari pertamanya. Jujur, saya merasa rugi jutaan sebab tidak paham bagaimana proses interaksi mereka diawal. Hmm setidaknya kalau saya tahu itu bisa jadi bekal saya untuk kelak :v benar-benar rugi, pemirsa. -__- Tapi disamping itu saya memiliki banyak keuntungan, fakta Ksatria Kedua bisa diterima dan mampu membaur sudah menutup rugi jutaan saya itu :”) Hammam, terima kasih untuk kata sayang itu :”)
    ^O^
                Dan ucap terima kasih kian berlanjut pada sosok Abi :D Hi Abi ^_^
                Berangkat dari Solo pukul 06.00 WIB (jam 5 air wudhu harus sudah menempel dipelupuk mata, sejauh ini itu cara ampuh untuk membangunkannya subuhan lantas membisikan, sudah siang sebentar lagi mbak-mbak yang lain bangun, mandi, shalat subuh, sarapan dengan telur asin atau orek tempe) dengan tangan kanan menenteng bekal yang saya siapkan (bekal sederhana serupa biskuit atau jelly yang saya tata sebelum tidur). Bismillah, kami berangkat.
                “Bekalnya dimakan ndak tadi?” tanyaku dalam perjalanan pulang.
                “Aku enggak suka bekalnya, yang suka malah Abi.” Jelas Ksatria Kedua.
                “Hahaha jadi yang habisin Abi?”
                “Iya dihabisin Abi.”
                Bagi saya bekal tak hanya tentang tatanan jajan atau makanan yang dibawa anak ke sekolah, lebih dari sekedar makanan ada keajaiban yang dibawa serta. Melalui sebuah bekal, pertemanan dengan mudah dapat terjalin. Melalui sebuah bekal hati seorang pun meluluh hingga leleh. Pun dapat menjadi sebuah indikator sikap anak bersosialisasi.
                Dengan bekal sederhana yang sengaja saya porsikan banyak, pertanyaan menghabiskan dengan siapa adalah hal wajib yang ditanyakan sepulang sekolah. Deretan nama teman, baik sekelas maupun tidak sekelas akan mewarnai cerita Ksatria Kedua menghabiskan bekalnya. Ada haru yang helas hadir, setidaknya Ksatria Kedua telah belajar berbagi dan berinteraksi dengan lingkup barunya.
                “Makanan adalah obat ajaib untuk meluluhkan banyak hati.” Benar! Dengan Media bekal Ksatria Kedua mulai menjalin banyak pertemanan. Perasaan diterimanya kian banyak. Pun dengan dukungan untuk Ksatria Kedua mulai menabung. Membawa bekal berarti tidak jajan disekolah, jadi uang jajannya bisa ditabung untuk kegiatan night camp atau outingclass. Dan satu lagi,  ada kontrol terhadap apa yang dia makan. Meminimalisir zat zat aditif yang mungkin masuk ke pencernaannya. :D
                Terima Kasih Abi, untuk kehadiranmu yang tak kalah pagi dengan Ksatria Kedua, menemaninya yang kerap kesepian di pagi saya antar. Menjadi partner Petugas Perpustakaan di minggu pertama Ksatria Kedua masuk ^_^
    ^O^
                Terima Kasih untuk langit hangat Sekolah Alam Bengawan Solo.
                Bertemu dengan kalian dimasa akhir pendidikan saya, sungguh menggoda! Tergoda untuk belajar banyak dilangit yang sama dengan kalian, lantas mengesampingkan tiket kelulusan yang sudah berteriak minta dijemput segera (skripsi.red) :D
                Kenapa?
                Sulit menjawabnya. Tapi sangat mudah melihat semangat yang membawa dari setiap elemen kalian. Semangat kalian mempelajari karakter tiap anak didik. Semangat kalian menampung kritik dan saran orang tua anak didik. Semangat kalian membersamai proses anak yang terkadang beda tahap. Semangat kalian menyabarkan diri sembari terus berusaha memberikan yang terbaik. Semangat kalian memaafkan banyak kondisi yang kurang menyenangkan dari sekitar. Semangat kalian saling melangkah dalam perbaikan diri.
                Terima kasih untuk semua yang tak mampu saya tuliskan. Terima kasih untuk semua yang tak mudah saya tuturkan. Terima kasih untuk semua kesediaannya. *nyekaingus*
               
     

  2. 0 comments: