Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Perasaan ‘Diterima’ adalah
keniscayaan seorang untuk mampu memulai sebuah kisah pun dengan bertahan dalam
sebuah kisah. Dan itu hal yang lupa saya ucapkan terima kasih untuk seorang
Hammam. Hi Hammam, terima kasih untuk sejumput tanda terima diawal ramadhan
perjumpaanmu dengan Ksatria Kedua. Membuka lebar pintu pertemanan diawal
perjumpaan kalian. Berawal dari sana, Ksatria Kedua kian yakin akan putusannya
belajar di sekolah alam. Terima Kasih Hammam, untuk suntikan keberaniannya. ^_^
^O^
Membawa Ksatria Kedua ditanah rantau
bersama saya diusianya yang masih belasan, tak banyak fikir selain pertimbangan
memberinya kesempatan belajar (lagi). Konsentrasinya yang mudah teralihkan dan
kekurangsukaannya dengan hal administratif (hla dia yang nulis pengalamannya ke
gunung Ungaran itu? Itu lain soal -_-) membuatnya enggan meneruskan proses
belajarnya di sekolah dasar dekat rumah.
Dan inspirasi bonus motivasi itu
datang dalam “Sejenak Hening” dari Sekolah Alam Bengawan Solo. Dibawaserta oleh
Kak Oktina dan Kak Rini serta obrolan lewat tengah malam dengan Pak Yudi, niat
itu muncul.
“Ksatria Kedua harus saya ajak
kesini!” batinku berseru empat lima. Hal
lain? Pikir nanti. :v
^O^
Saya ingat benar. Pertemuan saya
dengan seorang MasDi pun berlanjut kedua pada event tersebut. Dan efek samping
itu muncul dengan gejala serupa pertemuan awal saya dengan Nduk Sesty (Pekan
Seni Tidar dari Bengkel Seni UNTidar), MasDi resmi dibuat banyak tertawa oleh
saya. Jadilah kesan dia sebagai perempuan Anggun di jumpa awal menguap
seketika. Saya, MasDi, dan Ksatria Kedua bertiga menuju SABS dengan Revo Merah.
Canggung dan penuh kesungkanan
adalah hal pertama yang nampak diwajah Ksatria Kedua kala pertama bertemu
cahbocah SABS. Saya tidak banyak mencampuri atau mengarahkan bagaimana ia
bersosialisasi dengan temannya. Saya membiarkannya menemukan caranya sendiri,
menatapnya dari jauh serta memastikan dia dan teman-temannya baik-baik saja,
itu sudah cukup. And then? Voilaaa, meski beberapa kali di goda cah-bocah sebab
logat bicaranya yang masih NGAPAK banget plus belum NYOLO atau berantakan
bahasa Indonesianya, Ksatria Kedua nampak bahagia dan diterima.
“Mas, aku sayaaang kamu!”Teriak
Hammam dari balik jendela mobil yang kian menjauh, melaju menuju Wonogiri.
Jujur, batin saya malah gerimis.
Entah magnet apa yang dimiliki Ksatria Kedua sampai mendapat pengakuan sayang
dihari pertamanya. Jujur, saya merasa rugi jutaan sebab tidak paham bagaimana
proses interaksi mereka diawal. Hmm setidaknya kalau saya tahu itu bisa jadi
bekal saya untuk kelak :v benar-benar rugi, pemirsa. -__- Tapi disamping itu
saya memiliki banyak keuntungan, fakta Ksatria Kedua bisa diterima dan mampu
membaur sudah menutup rugi jutaan saya itu :”) Hammam, terima kasih untuk kata
sayang itu :”)
^O^
Dan ucap terima kasih kian berlanjut
pada sosok Abi :D Hi Abi ^_^
Berangkat dari Solo pukul 06.00 WIB
(jam 5 air wudhu harus sudah menempel dipelupuk mata, sejauh ini itu cara ampuh
untuk membangunkannya subuhan lantas membisikan, sudah siang sebentar lagi
mbak-mbak yang lain bangun, mandi, shalat subuh, sarapan dengan telur asin atau
orek tempe) dengan tangan kanan menenteng bekal yang saya siapkan (bekal
sederhana serupa biskuit atau jelly yang saya tata sebelum tidur). Bismillah,
kami berangkat.
“Bekalnya dimakan ndak tadi?”
tanyaku dalam perjalanan pulang.
“Aku enggak suka bekalnya, yang suka
malah Abi.” Jelas Ksatria Kedua.
“Hahaha jadi yang habisin Abi?”
“Iya dihabisin Abi.”
Bagi saya bekal tak hanya tentang
tatanan jajan atau makanan yang dibawa anak ke sekolah, lebih dari sekedar
makanan ada keajaiban yang dibawa serta. Melalui sebuah bekal, pertemanan
dengan mudah dapat terjalin. Melalui sebuah bekal hati seorang pun meluluh
hingga leleh. Pun dapat menjadi sebuah indikator sikap anak bersosialisasi.
Dengan bekal sederhana yang sengaja
saya porsikan banyak, pertanyaan menghabiskan dengan siapa adalah hal wajib
yang ditanyakan sepulang sekolah. Deretan nama teman, baik sekelas maupun tidak
sekelas akan mewarnai cerita Ksatria Kedua menghabiskan bekalnya. Ada haru yang
helas hadir, setidaknya Ksatria Kedua telah belajar berbagi dan berinteraksi
dengan lingkup barunya.
“Makanan adalah obat ajaib untuk
meluluhkan banyak hati.” Benar! Dengan Media bekal Ksatria Kedua mulai menjalin
banyak pertemanan. Perasaan diterimanya kian banyak. Pun dengan dukungan untuk
Ksatria Kedua mulai menabung. Membawa bekal berarti tidak jajan disekolah, jadi
uang jajannya bisa ditabung untuk kegiatan night
camp atau outingclass. Dan satu
lagi, ada kontrol terhadap apa yang dia
makan. Meminimalisir zat zat aditif yang mungkin masuk ke pencernaannya. :D
Terima Kasih Abi, untuk kehadiranmu
yang tak kalah pagi dengan Ksatria Kedua, menemaninya yang kerap kesepian di
pagi saya antar. Menjadi partner Petugas Perpustakaan di minggu pertama Ksatria
Kedua masuk ^_^
^O^
Terima Kasih untuk langit hangat
Sekolah Alam Bengawan Solo.
Bertemu dengan kalian dimasa akhir
pendidikan saya, sungguh menggoda! Tergoda untuk belajar banyak dilangit yang
sama dengan kalian, lantas mengesampingkan tiket kelulusan yang sudah berteriak
minta dijemput segera (skripsi.red) :D
Kenapa?
Sulit menjawabnya. Tapi sangat mudah
melihat semangat yang membawa dari setiap elemen kalian. Semangat kalian
mempelajari karakter tiap anak didik. Semangat kalian menampung kritik dan
saran orang tua anak didik. Semangat kalian membersamai proses anak yang
terkadang beda tahap. Semangat kalian menyabarkan diri sembari terus berusaha
memberikan yang terbaik. Semangat kalian memaafkan banyak kondisi yang kurang
menyenangkan dari sekitar. Semangat kalian saling melangkah dalam perbaikan
diri.
Terima kasih untuk semua yang tak
mampu saya tuliskan. Terima kasih untuk semua yang tak mudah saya tuturkan.
Terima kasih untuk semua kesediaannya. *nyekaingus*
0 comments:
Post a Comment