Rss Feed
  1. Bahagia Itu Sederhana

    Thursday 5 March 2015

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)



    Senin, 07 Oktober 2013


                Kehadiran banyak adik tanpa ikatan darah lagi-lagi memberikan ruang belajar. Celoteh dan curahan hati mereka yang kerap tanpa batas nyata memberikan sumbangsih pada ruang menatap banyak hal. Hmm lagi-lagi-lagi bukan perkara siapa harus belajar dari siapa, bukan perkara siapa lebih tua dari siapa, namun siapa yang mau saling belajar dari banyak perbincangan, siapa yang mau saling belajar dari saling mendengarkan, siapa yang mau belajar dan memberi kesempatan paham.
                Bukan teori Santrock atau tokoh parenting lainnya, ini hanya sebuah pengamatan dari seorang yang hanya mampu mengamati sekitar, pengamatan dari ruang dengar juga pandang. Menajamkan telinga, menjernihkan mata, ada banyak Adik yang rekening afeksinya terisi hampa.    Kosong akan perhatian dan kepedulian dari orangtuanya, terganti dengan nominal rupiah tarik tunai yang selalu mengalir seiring kerinduannya pada sentuhan lembut orangtua. Hmmm barangkali memang masih cukup banyak orang tua terutama Ayah, mengira bahwa yang dibutuhkan anak anak dan keluarga adalah uang untuk makan, pendidikan, mainan, kesehatan, dll.
                Ayah terkadang merasa berhak melupakan anaknya karena kesibukan mencari uang. Banyak orang tua merasa berhak meminta anak-anaknya menjauh ketika ada pekerjaan kantor yang harus dilanjutkan di rumah. Tidak sedikit bahkan akhirnya menganggap anak anak menjadi gangguan kerja dan lupa bahwa alasan utama sebenarnya mereka bekerja adalah untuk anak anak dan keluarga.
                Jika uang adalah masalah sebagian orang tua Indonesia, maka orang tua di Indonesia harus lebih kreatif untuk mulai memberikan begitu banyak kebahagiaan pada anak anak mereka dengan sesuatu yang tidak menuntut biaya tinggi. Cinta ; waktu ; dan perhatian. Begitu banyak kebahagiaan yang bisa diberikan pada anak anak tanpa harus merisaukan masalah keuangan. Ketika anak anak bercerita dengan antusianya pengalaman mereka, yang mereka butuhkan adalah orang tua yang  mendengarkan dengan penuh perhatian dan keingintahuan. Ini akan membuat mereka percaya diri dan merasa berharga. Ketika mereka menggambar, menulis, dan menunjukkan hasil karyanya yang dibutuhkan adalah sedikit pujian ringan, kebanggaan dan juga sedikit kekaguman hal tersebut akan membuat mereka berharga, berprestasi dan diakui menjadi seorang. Ketika mereka menunjukkan berat badannya sudah bertambah, tubuhnya beranjak besar atau larinya kian cepat  yang mereka butuhkan adalah wajah bahagia nan cerah atas peningkatannya. Memberikan tanggapan positif, menunjuknya sebagai anak hebat, jagoan atau semacamnya. Sebuah komentar sederhana yang memotivasi agar ia kian rajin dan terus menjaga pola makan demi kesehatan. Ketika anak-anak berpakaian dengan baju baru atau baru saja mandi dan berdiri tegak di depan kita, mereka sebenarnya menunggu kita mengatakan betapa mereka harum, betapa mereka menarik dan mampu membuat bahagia. Testimoni yang sangat boleh ditutup dengan peluk atau cium kepada anak. Dengan demikian anak-anak akan merasa percaya diri dan memiliki harga diri. Langkah awal memberikan konsep diri positif kepada anak. ^_^
                Ketika anak-anak menangis, terluka, dan bersedih mereka ingin orangtua memberikan perhatian, simpati, serta rasa sepenanggungan. Satu hal yang akan membuat mereka merasa diperhatikan, pun dengan menanamkan rasa kepedulian. Dan sebagai orang yang lebih dewasa tentu tahu kadar yang tepat bersikap mengayomi tanpa membuat anak merasa sangat dimanjakan. Tidak selalu membenarkan namun mengarahkan kearah kebaikan. :”)
                Ketika anak-anak bertengkar, tertindas, merasa terancam dan ketakutan. Bukan uang yang paling bisa menentramkan hati mereka. Saat itu mereka butuh pelukan yang akan membuat nyaman, merasa aman dan terlindungi, dijaga serta dipertahankan. Sebelum kita bisa membicarakan masalah sebenarnya bersama anak-anak.
                Ketika anak-anak bermain, mereka jelas ingin ditemani dan menganggap orangtua adalah teman sebaya, teman sepermainan terbaik didunianya tanpa jenjang batas usia. (Itulah menjaga sikap kekanak-kanakan itu perlu, setidaknya disana kita belajar memandang dari sudut pandang anak :”)) Sehingga mereka merasa diperlakukan secara setara, adil dan tentu berharga. Begitu banyak ‘ketika’ lain yang membuat anak-anak bahagia tanpa mengeluarkan rupiah atau mata uang apapun. Kita boleh tidak punya uang, namun tetap memiliki waktu, cinta, dan perhatian untuk anak-anak. :”) Semangat Belajar Ayah, Bunda ^_^
     

  2. 0 comments: