Rss Feed
  1. saya (sangat) pamrih!

    Monday 23 March 2015

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)



    “Syaratnya adalah ikhlas. Tanpa mengharap pamrih.“ lontarmu renyah tanpa tahu ada batu besar menumbuk di dada saya, membuat remuk dan sesak nafas saya.
    Kamu berkata seolah ikhlas ada kerupuk ringan yang siap kunyah dan mampu dinikmati manusia kelas tinggi hingga kelas bawah.
    Kamu mensyaratkan keikhlasan pada manusia super pamrih macam saya.
    Lagian, seperti apa wujud ikhlas itu? Saya belum pernah menemuinya, bahkan dalam surat yang katanya Al-Ikhlas. Tak secarikpun kudapati kata atau frasa ikhlas itu ada.
    Saya buta akan ikhlas.
    Ya,  kamu benar. Saya adalah makhluk matrealistis. Makhluk Super Pamrih yang memang harus ada timbal balik dari apa yang saya lakukan.
    Pun dengan mencintaimu kini.
    Tak setetespun ikhlas itu menempel dalam niatan saya.
    Sebab nyata, saya menginginkan kamu menjadi bagian dari kita agar setidaknya Allah Ta’ala sudi menatap saya.
    Sebab nyata, saya menginginkan surga atas semua amal yang saya kerjakan di jalan ini.
    Sebab nyata, saya menginginkan ridho dan pertolongan.Nya yang hanya bisa dijemput melalui takwa.
    Sebab nyata, saya adalah manusia biasa yang tak berdaya bila tanpa kuasa.Nya.
    Maka ijinkan saya bertanya mengenai ikhlas yang kamu syaratkan kepada saya, ikhlas macam apa? jenis yang bagaimana? sebab ramai semesta mengabarkan keikhlasan akhir-akhir ini.
    Tentang mengabarkan media perihal tindak terpuji kah?
    Tentang mengharap pamrih atas laku baikmu?
    Tentang menuntut balas atas akhlak kasihmu?
    Lantas,
    dimana ikhlas  yang tak terbilang namun banyak sayang?
    dimana ikhlas  yang terpendam tanpa pernah mendendam?
    dimana ikhlas  yang sedia menerima tanpa menanya?
    dimana ikhlas damai cinta hamba semata pada Allah ta'ala dengan banyak cara?
    Dan kamu akan bertemu Merana sebagai rasa pertama yang terasa saat rela menguap ke udara. Ikhlas yang dipertanyakan. Serta ikhtiar yang terabaikan. Pun dengan amal yang hangus sebelum sampai tujuan. Terjebak dalam ruang pencitraan.
    hey, itu ulahmu bocah!

    Grobogan, 8 Februari 2015

  2. 0 comments: