Rss Feed
  1. Prince of Nyontek

    Wednesday, 2 October 2013

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    news.detik.com

                Ulangan Pertama
                Sengaja pagi ini ku berangkat lebih awal. Kenapa? Karena hari ini ada ulangan, kawan. Eiittss… bukan untuk apa apa, hanya saja aku butuh tempat duduk yang strategis. Tidak usah tanya untuk apa!! Kawan pasti sudah mendengar sepak terjangku. Kesuksesan ulanganku itu tergantung di mana aku duduk hehehe…. Asli aku tidak berbuat aneh-aneh, aku hanya sedikit membuka catatan kecil yang kurangkai semalam. Hanya itu, Kawan. Jadi kumohon ini jadi rahasia kita saja. Ingat lelaki sejati selalu menjaga rahasia kawannya :)
    Yapss!! Ketemu!! Di sini nih, kacamata kudanya Pak Dion takkan mampu menembus niat indahku. Pojok belakang!!
                Ulangan berlangsung.
                Cihuiiii…. hatiku gembira riang tak terkira ala video klip Joshua diobok-obok. Kawan, tak ada hal yang paling menyenangkan selain rencana dan strategi kita berjalan sesuai kehendak hati. Sungguh. Semuanya persis. Sama seperti bocoran dari kelas lain. Waktu mengerjakan ulangan masih tersisa tiga puluh menit. Dengan percaya diri level atas, aku langkahkan kaki menuju meja guru. Kukumpulkan kertas ulanganku. Aku sempat terkikik karena Si Biang Masalah, Didit. Ulahnya menjerumuskan tangan ke dalam semak  lebat di atas kepala (baca: kribo) mencari seuntai kertas bertulis contekannya. Sungguh mengenaskan nan menggelikan. Belum lagi Trio Bebek, bermain morse dengan kedipan mata, dan pemandangan yang tampak lainnya adalah beberapa siswi mengulur-ulurkan lipatan kecil dari balik dasi mereka. Upss… tak ketinggalan para pecontek amatiran yang bermain petak umpet dengan Pak Dion.
    “Tristan, kamu boleh keluar !!” perintah  Pak Dion begitu tahu aku sudah selesai.
    “ Oke, pak “, jawabku sembari melangkah keluar.
                Tiba-tiba!! Ceesshhh!!
                Dideket meja guru. Di bangku pojok depan. Mataku terpana teriring senyum mengembang :) . Indonesia yang telah gersang terasa sejuk saat melihat wajah itu. Paris yang jauh terasa dekat saat menatap sosoknya. Ada bahagia tak terjelaskan ketika mampu menangkap dua kawah indah di pipi tembemnya dengan dua lensa mataku. Lani, Si Bintang Kelas. Dia nampak anggun dan tenang, pada intinya dia itu sangat menawan hati hahha beneran!! Kalau sembilan puluh sembilan persen teman-teman lainnya sedang sibuk dengan taktik mencontek mereka, dia tetap tenang dengan soal-soal di depannya. Tidak usah terkejut, Kawan!! Telah menjadi rahasia umum bahwa dia tercipta sebagai makhluk hawa jenius. Hampir dua tahun satu kelas dengannya, tak pernah sekalipun kudapati dia menyalin contekan.
                Ulangan Kedua
                Taraaaaa… jreeeng jreeengg
                Santailahh, kawan. Tak ada ulangan hari ini, jadi tak perlulah berangkat terlalu dini. Pelajaran pertama matematika. Tak mengapa dapat tempat duduk paling depan, anggap saja dalam rangka pendekatan sama Guru PPL. Bu Shinta yang wangi hihiiiiihi.
    “Selamat pagi ,anak-anak!!” sapa Bu Shinta dari arah pintu.
    “Pagii juga ibu guruuu… ”,jawab kami serempak namun agak terbengong nan bercemas ria.
    Bagaimana tidak ?!!? Kawan,lihatlah pemandangan lain dari penampilan Bu Shinta. Beliau hanya berbekal selembar kertas. Hweeeiiww, alamat  akan ada ulangan, Kawan!! Apa yang harus saya lakukan, Kisanak!!
                Hening
                Aroma gusar bin galau nan resah pangkat risau menghiasi tiap wajah penghuni kelas, tak terkecuali aku. Aura ketegangan dan kebingungan benar-benar meraja kelas paling pojok di blok C ini. Yang terdengarpun hanya desah nafas, degup jantung dan gerakan tengok kanan tengok kiri, serong kanan serong kiri mencari jawaban, termasuk aku. Ya… meski berkali-kali Bu Shinta mengingatkan “ Dilarang keras kerjasama saat ulangan anak anak!!”
    Haaaaahh?!!? Bu Shintaku yang cantik lihatlah ke dinding bagian belakang kelas kami. Disana terpampang jelas apa politik kelas kami “ Hati-hati anda memasuki area rawan mencontek !!”

                Ulangan Ketiga.
                Biologi. Pelajaran menghafal favoritku. Untuk pelajaran satu ini, mau ulangan kapan saja aku siap, Kawan! :) Meski darah Prince Of Nyontek  ku tergiur tapi untuk Biologi ? Tunggu dulu, kawan! Aku suka mata pelajaran ini. Gurunya itu, Kawan! Penjelasan dan penyampaian materinya asyik, bisa dipahami, bahasa dan cara mengajarnya pun komunikatif. Tidak monoton. Jadi, anti ngantuk lah aku.
                Benar dugaanku. Ini memang musim panen soal. Kertas ulangan dari Pak Hasan ku sapu dengan tatap mata. Tidak terlalu sulit menurutku. Selesai menjawab soal terakhir, sempat kulirik penghuni pojok depan, Lani. Dia tetap anggun. Walaupun setiap detik, menit, jam hingga setiap hari ku pandangi tak secuilpun keanggunannya berkurang. Aku jadi heran,dulu ibunya ngidam apa ya waktu mengandung Lani ?
                “ Tristan Yanu Nugraha!! Kalau sudah selesai segera kumpulkan!! Tidak usah kau pakai melamun di dalam kelas lah!! “ sentak Pak Komar dengan logat Bataknya.
    Asli, Kawan!! Suara stereonya bisa mengakibatkan sapi hamil melahirkan lebih awal. Nyawaku yang berserakan merangkai bayang indah bersama Lani hilang seketika. Terganti dengan mimpi buruk nyata.
    “ Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu “,sorak teman teman kompak.
    Dapat ku pastikan wajahku seperti udang disiram saus tiram. Merah padam terlalu malu.

                 Ulangan Keempat
                Sejarah 86, matematika 65 dan ulangan biologi dapat 98. Lumayanlah hanya satu yang ikut remedial. Maklum saja kawan, itu kan tanpa persiapan dan faktanya adalah aku itu tidak terlalu bodoh. Ada kabar kadaluarsa tapi bagus kawan, Lani, Si Malaikat Tak Bersayap Abad Ini nilainya hanya satu tiang listrik diiringi dua telur dinosaurus  (baca: seratus).
                “ Siang anak anak !!” sapa Pak Karno dengan semangat empat limanya.
                “Siang juga paaak… ” jawab kami agak malas. Wajar saja kawan, ini pelajaran penghujung.
                “Sebelah kiri silahkan menuju perpustakaan dan kerjakan Uji Kompetensi Delapan dari LKS halaman duapuluh empat!!” perintah Pak Karno masih dengan jiwa pejuangnya.
    Hahaii alamat bisa ke kantin kawan.
    Ehh tapi tunggu dulu deng. Aku tak ingin kehilangan kesempatan berinteraksi dengan Si Manis Pojok Depan, Lani.
                Jangan menilai buku dari sampul depannya saja. Peribahasa itu layaknya pas untuk Lani. Walau sudah hampir dua tahun satu kelas dengannya jarang aku memiliki kesempatan emas menjadi mitra tuturnya. Anggap saja ini sesi pendekatan yang tertunda selama dua tahun.
    Dia selalu bisa membuat orang mengalihkan perhatian kepadanya. Gaya bahasanya lugas dan mengena tapi tidak membosankan. Lani bisa dibilang cerewet untuk ukuran gadis berjilbab. Sempat mendarah daging fikiran bahwa setiap gadis yang berjilbab itu jaim dan eksklusif dalam bergaul. Asli Lani menggugurkan teori asalku itu. Dia berbeda. Dua jam pelajaran kami habiskan untuk membahas tugas.
                Ulangan Kedelapan.
                Jam pelajaran terakhir kemarin Ibu Suci mengumumkan, besok atau tepatnya hari ini akan ada ulangan bab delapan, geografi. Mata pelajaran ini masuk dalam kelas medium tingkat kesulitannya, jadi halal halal saja jika aku sedia sampan sebelum mendayung hehehe maksudku sedia payung sebelum hujan, kawan.
                Kulenggangkan kaki dengan santai melewati mushola sekolah. Suasana sekolah masih sepi. Sang Fajar baru saja terbangun dari peraduannya. Sepoi angin yang menyapa dedaunan pun masih bergemerisik merdu.
                “ Ya Rabb Yang Maha Berilmu, ridhoilah hamba dalam rangka mendapatkan ilmu di sekolah  ini agar kelak hamba dapat mengabdikan diri pada masyarakat dan membuat orang tua hamba tersenyum bangga…”
    Suara itu teriring isak tangis, lirih, merintih, memohon penuh harap. Bulu kuduku merinding, hampir aku mengambil jurus andalan langkah seribu sebelum ku sadari siapa pemilik suara itu.
                “…tabah dan kuatkanlah iman serta takwa hamba kepada-Mu menghadapi ulah teman-teman hamba. Sadarkan dan berilah mereka petunjuk akan kebenaran. Sesungguhnya hanya kepada-Mulah hamba meminta, Engkaulah Yang Maha Berdiri Sendiri dan Engkaulah Yang Maha Pemberi Petunjuk aamiin aamiin aamiin ya robbil’alamin.“
                Hening.
                Hatiku mengharu biru.
                Tulus nian doa itu mengalun. Ku lihat ada dua bulir benda bening mengalir di kedua pelipis matanya.
                “ Tristan?!!? Amm kamu udah dari tadi??” tanya pemilik suara tadi begitu menyadari kehadiranku.
                “Ang…ammm…ehmm ii yaa eh barusan deng…hehehe”, jawabku agak kaget berkawin silang dengan grogi.
                “Hahaha nggak usah salah tingkah gitu lah…biasa aja Tan !!”,timpalnya melihat ekspresi hancurku.
                “Ekhhmm iyaa ya barusan ya lumayan lama sih hehe”, jawabku masih dengan grogi yang tak berhasil ku redam ,”kamu habis shalat dhuha kah ?”
                Lani hanya mengangguk dan tersenyum simpul.
                “Lan, amm boleh tanya ??”, ucapku rada ragu. Ada nada menggantung di ujung kalimatku itu. Harap harap cemas.
                “Tanya apa??”,jawabnya dengan balik bertanya.”Boleh kok,tanya aja mumpung gratis.. :),” jawabnya ramah.
                “Ammm ini tentang doamu yang tadi hehhe maaf aku agak dengar dikit,” aku menatap Lani yang diam menyimak pertanyaanku. Tatapnya masih terarah ke sepatunya. “Perlukah kita mendoakan teman yang bahkan mungkin tak pernah melihat ketulusan kita?!!?”
                Hening.
    Lani tersenyum. “ Yang namanya ketulusan kan nggak ngarep balasan kan ?!” bukan pertanyaan sebenarnya kalimat Lani lebih pada penegasan.
    “ Yahhh aku setuju dengan itu tapi yang aku maksudkan disini tentang doamu itu, kanapa kamu nggak nasihatin kita aja secara langsung ?”
    “ Tristan.. bukankah itu sudah pernah aku lakukan. Dan reaksi kalian?!” Lani menatapku.  Aku salah tingkah. Tatapannya menghakimiku. “kalian malah menganggap aku sok pintar dan berujung menganggapku musuh.” Ada nada putus asa di ujung kalimatnya.
    “ Ammmm atau kalau perlu laporain ke BK ?!?” timpalku sedikit sok iya. Padahal aku sedikit khawatir jika Lani benar-benar melakukannya.
    “ Tristan, dalam al-quran surat al-baqarah ayat 272 mengatakan bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”  Tatapnya agak menerawang,”kalau misal teman-teman aku laporkan ke BK paling-paling cuma dapet poin pelanggaran, dinasehatin, disuruh belajar dan biasanya berdampak benci bahkan dendam pada Si Pelapor. Mending kalau sebaliknya, sadar akan kesalahannya setelah dinasehati. Anggapan setiap individu kan berbeda-beda, jadi ya pake jurus pamungkas terakhir. Sabar dan doa.”  Jawab Lani panjang kali lebar dan di akhiri senyuman khasnya. Aku berasa mendengarkan khutbah shalat jumat.
                “ o…”,jawabku singkat dan agak bodoh.
                Tapi sungguh perbincanganku dengan Lani pagi ini secara otomatis terus berdengung.
                  Tan sudah bel, ayoo cepat jam pertama kan ada ulangan!!” Ajak Lani agak tergesa seperempat kaget.
                Sesampainya dikelas.
                Aku terserang penyakit bernama galau, risau, dan bimbang. Lalu ketiganya terbungkus rapi dalam kotak keragu-raguan. Semangatku mencontek luntur dan menguap. Sebenarnya dengan leluasa aku dapat menjalankan strategi brilianku, lihatlah Ibu Suci agak terkantuk-kantuk di belakang meja guru. Usai begadang barangkali. Tapi sudahlah, ku ingin mengerjakan sebisaku!! :)
                Ulangan Keduapuluh.
                Awalnya sangat sulit. Apalagi untukku yang telah membudayakan hal ini.
                Suasana kelas masih sunyi senyap, yang terdengar hanya desah nafas dan degup jantung. Kawan, kali ini jangan kau harap melihat kami saling lirik mencari jawaban. Walaupun kami tidak diawasi sekalipun kini kami sadar sepenuhnya, bahwa ada Allah yang senantiasa mengawasi hamba-Nya.
                Baik si Didit, Trio Bebek, dan mantan penyontek amatiran serta tidak ketinggalan aku. Masing-masing dari kami sibuk berkutat dengan soal-soal di hadapan kami. Hasil belajarku semalam telah usai ku goreskan di lembar kerjaku, ku tuangkan tanpa melihat secarik kertas kecil yang dulu biasa ku buat pada malam sebelum ulangan. Aku masih enggan keluar, aku masih ingin tinggal dikelas. Jangan berfikir aneh-aneh,kawan. Hanya saja mata ini masih belum rela melepas pandang dari Si Penghuni Pojok Depan. Hmmm betapa semua ini karena dia. Lani adalah malaikat dalam wujud bidadari yang Tuhan kirimkan untuk menyadarkan kami, para pelajar yang salah mengartikan belajar dan nilai.
    “Hakekatnya seberapapun hasil akhir yang diperoleh, berbanggalah jika itu hasil usaha sendiri, meski hasil itu sangatlah kecil. Sesungguhnya bukan hasil akhirlah yang wajib di lihat namun proses kita memperoleh hasil akhir lah yang hendaknya kita fokuskan”. Tunggu sampai Ibuku mendengarku berbicara ini. Beliau pasti akan bangga padaku ahahaha. Karena Tuhan tidak pernah menuntut kita untuk berhasil, namun Tuhan hanya membekali kita untuk berusaha :)
    Risa Rii Leon ^^

    *Cerpen ini menjadi salah satu cerita inspiratif dalam Sayembara Facebookisme, catatan inspiratif para penghuni facebook yang diadakan ilmi publisher 30 Desember 2012 lalu.
     

  2. 0 comments: