Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
news.detik.com |
Ulangan Pertama
Sengaja
pagi ini ku berangkat lebih awal. Kenapa? Karena hari ini ada ulangan, kawan. Eiittss…
bukan untuk apa apa, hanya saja aku butuh tempat duduk yang strategis. Tidak
usah tanya untuk apa!! Kawan pasti sudah mendengar sepak terjangku. Kesuksesan
ulanganku itu tergantung di mana aku duduk hehehe…. Asli aku tidak berbuat
aneh-aneh, aku hanya sedikit membuka catatan kecil yang kurangkai semalam. Hanya
itu, Kawan. Jadi kumohon ini jadi rahasia kita saja. Ingat lelaki sejati selalu
menjaga rahasia kawannya :)
Yapss!! Ketemu!! Di sini nih, kacamata
kudanya Pak Dion takkan mampu menembus niat indahku. Pojok belakang!!
Ulangan
berlangsung.
Cihuiiii….
hatiku gembira riang tak terkira ala video klip Joshua diobok-obok. Kawan, tak
ada hal yang paling menyenangkan selain rencana dan strategi kita berjalan
sesuai kehendak hati. Sungguh. Semuanya persis. Sama seperti bocoran dari kelas
lain. Waktu mengerjakan ulangan masih tersisa tiga puluh menit. Dengan percaya
diri level atas, aku langkahkan kaki menuju meja guru. Kukumpulkan kertas
ulanganku. Aku sempat terkikik karena Si Biang Masalah, Didit. Ulahnya menjerumuskan tangan
ke dalam semak lebat di atas kepala
(baca: kribo) mencari seuntai kertas bertulis contekannya. Sungguh mengenaskan
nan menggelikan. Belum lagi Trio Bebek, bermain morse dengan kedipan mata, dan pemandangan
yang tampak lainnya adalah beberapa siswi mengulur-ulurkan lipatan kecil dari
balik dasi mereka. Upss… tak ketinggalan para pecontek amatiran yang bermain
petak umpet dengan Pak Dion.
“Tristan, kamu boleh
keluar !!” perintah Pak Dion begitu tahu
aku sudah selesai.
“ Oke, pak “, jawabku
sembari melangkah keluar.
Tiba-tiba!!
Ceesshhh!!
Dideket
meja guru. Di bangku pojok depan. Mataku terpana teriring senyum mengembang :) .
Indonesia yang telah gersang terasa sejuk saat melihat wajah itu. Paris yang
jauh terasa dekat saat menatap sosoknya. Ada bahagia tak terjelaskan ketika
mampu menangkap dua kawah indah di pipi tembemnya dengan dua lensa mataku. Lani,
Si Bintang Kelas. Dia nampak anggun dan tenang, pada intinya dia itu sangat
menawan hati hahha beneran!!
Kalau sembilan puluh sembilan persen teman-teman lainnya sedang sibuk dengan
taktik mencontek mereka, dia tetap tenang dengan soal-soal di depannya. Tidak
usah terkejut, Kawan!! Telah menjadi rahasia umum bahwa dia tercipta sebagai
makhluk hawa jenius. Hampir dua tahun satu kelas dengannya, tak pernah
sekalipun kudapati dia menyalin contekan.
Ulangan
Kedua
Taraaaaa…
jreeeng jreeengg
Santailahh,
kawan. Tak ada ulangan hari ini, jadi tak perlulah berangkat terlalu dini. Pelajaran
pertama matematika. Tak mengapa dapat tempat duduk paling depan, anggap saja dalam
rangka pendekatan sama Guru PPL. Bu Shinta yang wangi hihiiiiihi.
“Selamat pagi ,anak-anak!!” sapa Bu
Shinta dari arah pintu.
“Pagii juga ibu guruuu… ”,jawab kami
serempak namun agak terbengong nan bercemas ria.
Bagaimana tidak ?!!? Kawan,lihatlah
pemandangan lain dari penampilan Bu Shinta. Beliau hanya berbekal selembar
kertas. Hweeeiiww, alamat akan ada
ulangan, Kawan!! Apa yang harus saya lakukan, Kisanak!!
Hening
Aroma
gusar bin galau nan resah pangkat risau menghiasi tiap wajah penghuni kelas, tak
terkecuali aku. Aura ketegangan dan kebingungan benar-benar meraja kelas paling
pojok di blok C ini. Yang terdengarpun hanya desah nafas, degup jantung dan gerakan
tengok kanan tengok kiri, serong kanan serong kiri mencari jawaban, termasuk
aku. Ya… meski berkali-kali Bu Shinta mengingatkan “ Dilarang keras kerjasama
saat ulangan anak anak!!”
Haaaaahh?!!? Bu Shintaku yang cantik
lihatlah ke dinding bagian belakang kelas kami. Disana terpampang jelas apa
politik kelas kami “ Hati-hati anda memasuki area rawan mencontek !!”
Ulangan Ketiga.
Biologi.
Pelajaran menghafal favoritku. Untuk pelajaran satu ini, mau ulangan kapan saja
aku siap, Kawan! :) Meski darah Prince Of Nyontek ku tergiur tapi untuk Biologi ? Tunggu dulu,
kawan! Aku suka mata pelajaran ini. Gurunya itu, Kawan! Penjelasan dan
penyampaian materinya asyik, bisa dipahami, bahasa dan cara mengajarnya pun
komunikatif. Tidak monoton. Jadi, anti ngantuk lah aku.
Benar
dugaanku. Ini memang musim panen soal. Kertas ulangan dari Pak Hasan ku sapu
dengan tatap mata. Tidak terlalu sulit menurutku. Selesai menjawab soal
terakhir, sempat kulirik penghuni pojok depan, Lani. Dia tetap anggun. Walaupun
setiap detik, menit, jam hingga setiap hari ku pandangi tak secuilpun
keanggunannya berkurang. Aku jadi heran,dulu ibunya ngidam apa ya waktu
mengandung Lani ?
“
Tristan Yanu Nugraha!! Kalau sudah selesai segera kumpulkan!! Tidak usah kau pakai melamun di dalam
kelas lah!! “ sentak Pak Komar dengan logat Bataknya.
Asli, Kawan!! Suara stereonya bisa
mengakibatkan sapi hamil melahirkan lebih awal. Nyawaku yang berserakan
merangkai bayang indah bersama Lani hilang seketika. Terganti dengan mimpi
buruk nyata.
“ Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu “,sorak teman
teman kompak.
Dapat ku pastikan wajahku seperti udang
disiram saus tiram. Merah padam terlalu malu.
Ulangan Keempat
Sejarah
86, matematika 65 dan ulangan biologi dapat 98. Lumayanlah hanya satu yang ikut
remedial. Maklum saja kawan, itu kan tanpa persiapan dan faktanya adalah aku
itu tidak terlalu bodoh. Ada kabar kadaluarsa tapi bagus kawan, Lani, Si
Malaikat Tak Bersayap Abad Ini nilainya hanya satu tiang listrik diiringi dua
telur dinosaurus (baca: seratus).
“
Siang anak anak !!” sapa Pak Karno dengan semangat empat limanya.
“Siang
juga paaak… ” jawab kami agak malas. Wajar saja kawan, ini pelajaran penghujung.
“Sebelah
kiri silahkan menuju perpustakaan dan kerjakan Uji Kompetensi Delapan dari LKS
halaman duapuluh empat!!” perintah Pak Karno masih dengan jiwa pejuangnya.
Hahaii alamat bisa ke kantin kawan.
Ehh tapi tunggu dulu deng. Aku tak ingin
kehilangan kesempatan berinteraksi dengan Si Manis Pojok Depan, Lani.
Jangan
menilai buku dari sampul depannya saja. Peribahasa itu layaknya pas untuk Lani.
Walau sudah hampir dua tahun satu kelas dengannya jarang aku memiliki
kesempatan emas menjadi mitra tuturnya. Anggap saja ini sesi pendekatan yang
tertunda selama dua tahun.
Dia selalu bisa membuat
orang mengalihkan perhatian kepadanya. Gaya bahasanya lugas dan mengena tapi
tidak membosankan. Lani bisa dibilang cerewet untuk ukuran gadis berjilbab.
Sempat mendarah daging fikiran bahwa setiap gadis yang berjilbab itu jaim dan
eksklusif dalam bergaul. Asli Lani menggugurkan teori asalku itu. Dia berbeda.
Dua jam pelajaran kami habiskan untuk membahas tugas.
Ulangan
Kedelapan.
Jam
pelajaran terakhir kemarin Ibu Suci mengumumkan, besok atau tepatnya hari ini
akan ada ulangan bab delapan, geografi. Mata pelajaran ini masuk dalam kelas
medium tingkat kesulitannya, jadi halal halal saja jika aku sedia sampan
sebelum mendayung hehehe maksudku sedia payung sebelum hujan, kawan.
Kulenggangkan
kaki dengan santai melewati mushola sekolah. Suasana sekolah masih sepi. Sang
Fajar baru saja terbangun dari peraduannya. Sepoi angin yang menyapa dedaunan pun
masih bergemerisik merdu.
“
Ya Rabb Yang Maha Berilmu, ridhoilah hamba dalam rangka mendapatkan ilmu di sekolah ini agar kelak hamba dapat mengabdikan diri
pada masyarakat dan membuat orang tua hamba tersenyum bangga…”
Suara itu teriring isak
tangis, lirih, merintih, memohon penuh harap. Bulu kuduku merinding, hampir aku
mengambil jurus andalan langkah seribu sebelum ku sadari siapa pemilik suara
itu.
“…tabah
dan kuatkanlah iman serta takwa hamba kepada-Mu menghadapi ulah teman-teman
hamba. Sadarkan dan berilah mereka petunjuk akan kebenaran. Sesungguhnya hanya
kepada-Mulah hamba meminta, Engkaulah Yang Maha Berdiri Sendiri dan Engkaulah
Yang Maha Pemberi Petunjuk aamiin aamiin aamiin ya robbil’alamin.“
Hening.
Hatiku
mengharu biru.
Tulus
nian doa itu mengalun. Ku lihat ada dua bulir benda bening mengalir di kedua
pelipis matanya.
“
Tristan?!!? Amm kamu udah dari tadi??” tanya pemilik suara tadi begitu
menyadari kehadiranku.
“Ang…ammm…ehmm
ii yaa eh barusan deng…hehehe”, jawabku agak kaget berkawin silang dengan
grogi.
“Hahaha
nggak usah salah tingkah gitu lah…biasa aja Tan !!”,timpalnya melihat ekspresi
hancurku.
“Ekhhmm
iyaa ya barusan ya lumayan lama sih hehe”, jawabku masih dengan grogi yang tak
berhasil ku redam ,”kamu habis shalat dhuha kah ?”
Lani
hanya mengangguk dan tersenyum simpul.
“Lan,
amm boleh tanya ??”, ucapku rada ragu. Ada nada menggantung di ujung kalimatku
itu. Harap harap cemas.
“Tanya
apa??”,jawabnya dengan balik bertanya.”Boleh kok,tanya aja mumpung gratis.. :),”
jawabnya ramah.
“Ammm
ini tentang doamu yang tadi hehhe maaf aku agak dengar dikit,” aku menatap Lani
yang diam menyimak pertanyaanku. Tatapnya masih terarah ke sepatunya. “Perlukah
kita mendoakan teman yang bahkan mungkin tak pernah melihat ketulusan kita?!!?”
Hening.
Lani tersenyum. “ Yang
namanya ketulusan kan nggak ngarep balasan kan ?!” bukan pertanyaan sebenarnya
kalimat Lani lebih pada penegasan.
“ Yahhh aku setuju
dengan itu tapi yang aku maksudkan disini tentang doamu itu, kanapa kamu nggak
nasihatin kita aja secara langsung ?”
“ Tristan.. bukankah
itu sudah pernah aku lakukan. Dan reaksi kalian?!” Lani menatapku. Aku salah tingkah. Tatapannya menghakimiku.
“kalian malah menganggap aku sok pintar dan berujung menganggapku musuh.” Ada
nada putus asa di ujung kalimatnya.
“ Ammmm atau kalau
perlu laporain ke BK ?!?” timpalku sedikit sok iya. Padahal aku sedikit
khawatir jika Lani benar-benar melakukannya.
“ Tristan, dalam
al-quran surat al-baqarah ayat 272 mengatakan bukanlah kewajibanmu menjadikan
mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya.” Tatapnya
agak menerawang,”kalau
misal teman-teman aku laporkan ke BK paling-paling cuma dapet poin pelanggaran,
dinasehatin, disuruh belajar dan biasanya berdampak benci bahkan dendam pada Si
Pelapor. Mending kalau sebaliknya, sadar akan kesalahannya setelah dinasehati.
Anggapan setiap individu kan berbeda-beda, jadi ya pake jurus pamungkas
terakhir. Sabar dan doa.” Jawab Lani
panjang kali lebar dan di akhiri senyuman khasnya. Aku berasa mendengarkan
khutbah shalat jumat.
“ o…”,jawabku singkat dan agak bodoh.
Tapi
sungguh perbincanganku dengan Lani pagi ini secara otomatis terus berdengung.
“ Tan sudah bel, ayoo cepat jam pertama kan ada
ulangan!!” Ajak Lani agak tergesa seperempat kaget.
Sesampainya
dikelas.
Aku
terserang penyakit bernama galau, risau, dan bimbang. Lalu ketiganya terbungkus
rapi dalam kotak keragu-raguan. Semangatku mencontek luntur dan menguap.
Sebenarnya dengan leluasa aku dapat menjalankan strategi brilianku, lihatlah
Ibu Suci agak terkantuk-kantuk di belakang meja guru. Usai begadang barangkali.
Tapi sudahlah, ku ingin mengerjakan sebisaku!! :)
Ulangan Keduapuluh.
Awalnya
sangat sulit. Apalagi untukku yang telah membudayakan hal ini.
Suasana
kelas masih sunyi senyap, yang terdengar hanya desah nafas dan degup jantung.
Kawan, kali ini jangan kau harap melihat kami saling lirik mencari jawaban.
Walaupun kami tidak diawasi sekalipun kini kami sadar sepenuhnya, bahwa ada
Allah yang senantiasa mengawasi hamba-Nya.
Baik
si Didit, Trio Bebek, dan mantan penyontek amatiran serta tidak ketinggalan
aku. Masing-masing dari kami sibuk berkutat dengan soal-soal di hadapan kami.
Hasil belajarku semalam telah usai ku goreskan di lembar kerjaku, ku tuangkan
tanpa melihat secarik kertas kecil yang dulu biasa ku buat pada malam sebelum
ulangan. Aku masih enggan keluar, aku masih ingin tinggal dikelas. Jangan
berfikir aneh-aneh,kawan. Hanya saja mata ini masih belum rela melepas pandang dari
Si Penghuni Pojok Depan. Hmmm betapa semua ini karena dia. Lani adalah malaikat
dalam wujud bidadari yang
Tuhan kirimkan untuk menyadarkan kami, para pelajar yang salah mengartikan
belajar dan nilai.
“Hakekatnya seberapapun
hasil akhir yang diperoleh, berbanggalah jika itu hasil usaha sendiri, meski
hasil itu sangatlah kecil. Sesungguhnya bukan hasil akhirlah yang wajib di lihat
namun proses kita memperoleh hasil akhir lah yang hendaknya kita fokuskan”.
Tunggu sampai Ibuku mendengarku berbicara ini. Beliau pasti akan bangga padaku ahahaha. Karena Tuhan tidak pernah menuntut kita untuk berhasil,
namun Tuhan hanya membekali kita untuk berusaha :)
Risa Rii Leon ^^
*Cerpen ini
menjadi salah satu cerita inspiratif dalam Sayembara Facebookisme, catatan
inspiratif para penghuni facebook yang diadakan ilmi publisher 30 Desember 2012
lalu.
0 comments:
Post a Comment