Selasa, 13
Nopember 2012
Rangkaian huruf ini hanya sekedar buah tulis penyampai
pengamatan tanpa ada unsur menyinggung ataupun menggoreskan luka pada siapapun
:’) just to share J dengan harapan dapat menjadi musahabah
diri. Sudahkah kita menjadi lebih baik di hadapan.Nya? :)
“Seribu tiga seribu tiga.” Tawar seorang pedangang
gorengan keliling menyusuri celah celah kios di Pasar Gedhe. “Bakwan, combro,
misro, mendoan, kleyem. Seribu tiga seribu tiga. Masih anget masih anget”
“bakwannya bu sepuluh tiga ribu saja yaa :D ”
tawar seorang ibu.
“oh nggeh bu saged saged”
Seperti yang kita tahu, bakwan. Makanan cemilan berbahan
dasar terigu yang dibuat adonan lalu di campur dengan potongan potongan sayuran
seperti wortel, kecambah atau toge juga kol. Sayuran tersebut di potong kecil
kecil dimasukan ke adonan terigu tadi, lalu di bumbui rempah rempah. Lalu di
goreng dengan bentuk melingkar pipih cembung. Kerap di sajikan dengan
sekelompok cabai rawit.
Sebuah proses masak yang cukup simple bukan? Hasilnya?
Hwaah jangan tanya. Sebagai makanan ringan berminyak, bakwan cukup menjadi
favorit beberapa orang. Dengan selembar kapitan patimura sudah dapat beberapa
buah bakwan. Bisa dua atau tiga, tergantung dari kebijakan penjualnya tentu
saja.
Bakwan atau yang sering di panggil bala bala ini cukup
sehat untuk di jadikan cemilan. Terigu yang mewakili rumpun karbohidrat dapat
menjadi pengganjal perut di kala jam makan masih lama. Sayur mayur seperti wortel,
toge, dan kol dapat menjadi utusan keluarga vitamin (vit. A pada wortel), .
Namun, ada satu fakta penting dalam proses pembuatan bakwan. Bakwan itu di
goreng kan? Nah dari tahap penggorengan itu lah vitamin vitamin yang terkandung
dalam sayuran tersebut menguap bersama panasnya minyak. Hoho sayang sekali,
isn’t ?
Nah terus apa hubungannya sama ikhwan bakwan ?
Haha iyaa yaa? *garuk
garuk kepala* ekhemm ekhemmm *berdekhem dan membenarkan dasi :D*
Sebenarnya istilah
Ikhwan bakwan pertama kali saya dengar belum lama ini. Saat ada sebuah kegiatan
di LDK tempat saya memiliki amanah, lalu ada seorang Ukhti yang cerita katanya
ada seorang ikhwan (dari LDK yang sama) rajin sms Ukhti itu. Sms memberi
perhatian, dan kadang kala memanggilnya sayang sayang gitu, padahal Ukhti itu
bales smsnya juga sudah di jutek jutekin gitu, bahkan sering tidak dibalas
malah. Ehh tapi si Ikhwannya saja yang keterlaluan sampai di beri alasan ikhwan
bakwan haha awalnya saya tidak terlalu menggagas embel embel bakwan itu but?
Kok sue sue yo penasaran :D terus saya mencoba menganalisi hal tersebut lalu
menghipotesakan data empiris yang saya miliki itu.
Ciri ciri seorang ikhwan secara fisik itu biasanya dalam keseharian sering memakai
baju koko dengan celana semata kaki, menggunakan peci. Dari segi akhlak
biasanya kalau berjalan sering kali menunduk tanda menjaga pandangannya, ramah,
dan hang out.nya gag jauh jauh dari masjid gitu J Nah pas
berbincang dengan akhwat biasanya ada hijab (pembatas forum) yang menjaga
kesucian niat mereka. Semua hal tersebut Ikhwan lakukan dan kapanpun ia berada,
karena ia sangat percaya Allah mengawasinya senantiasa sehingga ia malu jika
hanya melakukan semua itu di hadapan manusia saja. Itu ikhwan secara umum,
namun seiring perkembangan jaman definisi tersebut juga terkontaminasi oleh
virus globalisasi hloo.
Contohnya ya si Ikhwan
yang dapat julukan Ikhwan Bakwan itu. Di luarnya memang nampak sekali alim,
bersahaja, dan agamis. Kemana mana memakai koko dan berpeci, tasbih tidak
pernah absen di saku, namun tangan dengan lancar mengirim sms kebeberapa akhwat
dambaan hatinya. Alasannya si sms tausiyah, lalu saling mengingatkan, lalu
memberi perhatian perhatian kecil seperti “Ukh, sudah makan belum? Mam.a jangan
telat ya Ukh, nanti bisa sakit soalnya”. Atau bisa juga dengan mengingatkan
shalat de el el :D. Banyak si J terus juga kalo liat si Akhwat mata
semakin lebar, bukannya menundukan pandangan malah semakin memfokuskan pandanga
pada obyek modus haha ada ada saja ini Ikhwan. Parahnya si Ikhwan bakwan ini melakukan
hal tersebut tidak hanya pada satu akhwat, dia memiliki list sendiri untuk
akwat mana saja yang mau di modusin.
Yosh...akhwat akhwat
dia seleksi gitu. Syukur syukur ada yang nyantol gitu katanya. Ckckckc
mirisnyaaa :D
semoga antum/a nda gitu yaa ....
Kalo bakwan itu kan
dari segi bahan insyallah ya sehat semua. Sama ikhwan juga sebenarnya punya
potensi baik juga. Lalu kenapa kok jadi gag sehat s
bakwan ini? Karena di goreng sama minyak panas itulah jadi nda sehat, semua
kandungan vitamin dan mineral yang berguna untuk kesehatan menguap gitu aja.
Kalo di ikhwan itu ibarat si globalisasi itu yang jadi minyaknya, menguapkan
ilmu yang udah di peroleh si ikhwan dalam forum forum pengajian. Jadi deh dia
berilmu namun tak di amalkan ..haduh kasian ya si Ilmu terpenjara dalam benak
aja tanpa ada penyaluran . Bakwan itu kan murah ya...seribu aja
dapet tiga :D ... Ikwan yang ngobral tausiah demi dapet simpati akhwat (bukan
lillahi ta’ala) juga murah nug ..iyalah dunia kan lebih murah di banding
akherat
Coba kalo terigu itu
kita olah lebih kreatif lagi. Terigu terbaik kita buat adonan encer, di aduk
aduk terus hingga benar benar semua larut. (pembentukan karakter yang ulet dan
konsisten dari diri ikhwan), lalu kita beri bumbu secukupnya. Masukkan ke
loyang (proses pencarian ilmu si ikhwan), adonan yang di masukan dalam loyang
itu di ratakan (keseimbangan antara menuntut ilmu dan pengaplikasiannya) dan
ditutup biar matang. Tandanya matang itu kalo udah ada lubang kecil kecil dari
dasar adonan hingga nampak seperti sumur sumur kecil dalam loyang (kertebukaan
ikhwan dalam menerima saran dan kritik guna bahan musahabah diri menunjukkan
tingkat kedewasaanya juga hlo). Lalu angkat deh adonan yang udah matang itu.
Terus sajikan dengan butiran ceres atau parutan keju gitu J
(tampilan fisik ikhwan yang mendukung akhlakul karimahya) terus dibungkus deh
dalam kardus. Harganya biasanya 12.000 satu kardus itu / satu loyang. Kalo di
Kebumen saya sering memanggil sosok dalam kardus itu dengan nama martabak
manis, kao di Solo teman teman saya memanggilnya terang bulan J.
Tidak terlalu murah, namun juga masih terjangkau. Sehat juga kok, kan ada
karbohidrat, kalsium (di kejunya itu hlo), vitamin (blue bandnya itu kan
bervitamin ya?)hehe. Menjaga hijab namun masih dapat bersosialisasi dengan yang
lain tanpa terlihat memaksakan islam itu memudahkan kan?
Saya percaya Ikhwan itu
lebih berkelas dari bakwan. Tidak hanya terbungkus plastik transparan namun
juga sebuah kardus hijab atas dasar ketakwaan :) insyallah :) bukan keangkuhan namun penjagaan diri. :) semoga tidak
berprasangka ya Akh :)
Tobe Continued .......
0 comments:
Post a Comment