Rss Feed
  1. Ikhwan Bakwan?! Akhwat Kawat?!

    Wednesday 5 June 2013

    Selasa, 13 Nopember 2012


                Rangkaian huruf ini hanya sekedar buah tulis penyampai pengamatan tanpa ada unsur menyinggung ataupun menggoreskan luka pada siapapun :’) just to share J dengan harapan dapat menjadi musahabah diri. Sudahkah kita menjadi lebih baik di hadapan.Nya? :)
                “Seribu tiga seribu tiga.” Tawar seorang pedangang gorengan keliling menyusuri celah celah kios di Pasar Gedhe. “Bakwan, combro, misro, mendoan, kleyem. Seribu tiga seribu tiga. Masih anget masih anget”
                “bakwannya bu sepuluh tiga ribu saja yaa :D ” tawar seorang ibu.
                “oh nggeh bu saged saged”
                Seperti yang kita tahu, bakwan. Makanan cemilan berbahan dasar terigu yang dibuat adonan lalu di campur dengan potongan potongan sayuran seperti wortel, kecambah atau toge juga kol. Sayuran tersebut di potong kecil kecil dimasukan ke adonan terigu tadi, lalu di bumbui rempah rempah. Lalu di goreng dengan bentuk melingkar pipih cembung. Kerap di sajikan dengan sekelompok cabai rawit.
                Sebuah proses masak yang cukup simple bukan? Hasilnya? Hwaah jangan tanya. Sebagai makanan ringan berminyak, bakwan cukup menjadi favorit beberapa orang. Dengan selembar kapitan patimura sudah dapat beberapa buah bakwan. Bisa dua atau tiga, tergantung dari kebijakan penjualnya tentu saja.
                Bakwan atau yang sering di panggil bala bala ini cukup sehat untuk di jadikan cemilan. Terigu yang mewakili rumpun karbohidrat dapat menjadi pengganjal perut di kala jam makan masih lama. Sayur mayur seperti wortel, toge, dan kol dapat menjadi utusan keluarga vitamin (vit. A pada wortel), . Namun, ada satu fakta penting dalam proses pembuatan bakwan. Bakwan itu di goreng kan? Nah dari tahap penggorengan itu lah vitamin vitamin yang terkandung dalam sayuran tersebut menguap bersama panasnya minyak. Hoho sayang sekali, isn’t ?
                Nah terus apa hubungannya sama ikhwan bakwan ?
    Haha iyaa yaa? *garuk garuk kepala* ekhemm ekhemmm *berdekhem dan membenarkan dasi :D*
    Sebenarnya istilah Ikhwan bakwan pertama kali saya dengar belum lama ini. Saat ada sebuah kegiatan di LDK tempat saya memiliki amanah, lalu ada seorang Ukhti yang cerita katanya ada seorang ikhwan (dari LDK yang sama) rajin sms Ukhti itu. Sms memberi perhatian, dan kadang kala memanggilnya sayang sayang gitu, padahal Ukhti itu bales smsnya juga sudah di jutek jutekin gitu, bahkan sering tidak dibalas malah. Ehh tapi si Ikhwannya saja yang keterlaluan sampai di beri alasan ikhwan bakwan haha awalnya saya tidak terlalu menggagas embel embel bakwan itu but? Kok sue sue yo penasaran :D terus saya mencoba menganalisi hal tersebut lalu menghipotesakan data empiris yang saya miliki itu.
                Ciri ciri seorang ikhwan secara fisik  itu biasanya dalam keseharian sering memakai baju koko dengan celana semata kaki, menggunakan peci. Dari segi akhlak biasanya kalau berjalan sering kali menunduk tanda menjaga pandangannya, ramah, dan hang out.nya gag jauh jauh dari masjid gitu J Nah pas berbincang dengan akhwat biasanya ada hijab (pembatas forum) yang menjaga kesucian niat mereka. Semua hal tersebut Ikhwan lakukan dan kapanpun ia berada, karena ia sangat percaya Allah mengawasinya senantiasa sehingga ia malu jika hanya melakukan semua itu di hadapan manusia saja. Itu ikhwan secara umum, namun seiring perkembangan jaman definisi tersebut juga terkontaminasi oleh virus globalisasi hloo.
    Contohnya ya si Ikhwan yang dapat julukan Ikhwan Bakwan itu. Di luarnya memang nampak sekali alim, bersahaja, dan agamis. Kemana mana memakai koko dan berpeci, tasbih tidak pernah absen di saku, namun tangan dengan lancar mengirim sms kebeberapa akhwat dambaan hatinya. Alasannya si sms tausiyah, lalu saling mengingatkan, lalu memberi perhatian perhatian kecil seperti “Ukh, sudah makan belum? Mam.a jangan telat ya Ukh, nanti bisa sakit soalnya”. Atau bisa juga dengan mengingatkan shalat de el el :D. Banyak si J terus juga kalo liat si Akhwat mata semakin lebar, bukannya menundukan pandangan malah semakin memfokuskan pandanga pada obyek modus haha ada ada saja ini Ikhwan. Parahnya si Ikhwan bakwan ini melakukan hal tersebut tidak hanya pada satu akhwat, dia memiliki list sendiri untuk akwat mana saja yang mau di modusin.
    Yosh...akhwat akhwat dia seleksi gitu. Syukur syukur ada yang nyantol gitu katanya. Ckckckc mirisnyaaa :D semoga antum/a nda gitu yaa ....
    Kalo bakwan itu kan dari segi bahan insyallah ya sehat semua. Sama ikhwan juga sebenarnya punya potensi baik juga. Lalu kenapa kok jadi gag sehat s bakwan ini? Karena di goreng sama minyak panas itulah jadi nda sehat, semua kandungan vitamin dan mineral yang berguna untuk kesehatan menguap gitu aja. Kalo di ikhwan itu ibarat si globalisasi itu yang jadi minyaknya, menguapkan ilmu yang udah di peroleh si ikhwan dalam forum forum pengajian. Jadi deh dia berilmu namun tak di amalkan ..haduh kasian ya si Ilmu terpenjara dalam benak aja tanpa ada penyaluran . Bakwan itu kan murah ya...seribu aja dapet tiga :D ... Ikwan yang ngobral tausiah demi dapet simpati akhwat (bukan lillahi ta’ala) juga murah nug ..iyalah dunia kan lebih murah di banding akherat
    Coba kalo terigu itu kita olah lebih kreatif lagi. Terigu terbaik kita buat adonan encer, di aduk aduk terus hingga benar benar semua larut. (pembentukan karakter yang ulet dan konsisten dari diri ikhwan), lalu kita beri bumbu secukupnya. Masukkan ke loyang (proses pencarian ilmu si ikhwan), adonan yang di masukan dalam loyang itu di ratakan (keseimbangan antara menuntut ilmu dan pengaplikasiannya) dan ditutup biar matang. Tandanya matang itu kalo udah ada lubang kecil kecil dari dasar adonan hingga nampak seperti sumur sumur kecil dalam loyang (kertebukaan ikhwan dalam menerima saran dan kritik guna bahan musahabah diri menunjukkan tingkat kedewasaanya juga hlo). Lalu angkat deh adonan yang udah matang itu. Terus sajikan dengan butiran ceres atau parutan keju gitu J (tampilan fisik ikhwan yang mendukung akhlakul karimahya) terus dibungkus deh dalam kardus. Harganya biasanya 12.000 satu kardus itu / satu loyang. Kalo di Kebumen saya sering memanggil sosok dalam kardus itu dengan nama martabak manis, kao di Solo teman teman saya memanggilnya terang bulan J. Tidak terlalu murah, namun juga masih terjangkau. Sehat juga kok, kan ada karbohidrat, kalsium (di kejunya itu hlo), vitamin (blue bandnya itu kan bervitamin ya?)hehe. Menjaga hijab namun masih dapat bersosialisasi dengan yang lain tanpa terlihat memaksakan  islam itu memudahkan kan?
    Saya percaya Ikhwan itu lebih berkelas dari bakwan. Tidak hanya terbungkus plastik transparan namun juga sebuah kardus hijab atas dasar ketakwaan :) insyallah :) bukan keangkuhan namun penjagaan diri. :) semoga tidak berprasangka ya Akh :)

    Tobe Continued .......




  2. 0 comments: