Bismillah :)
cinta tak perlu pengorbanan
saat kau merasa berkorban
saat cintamu mulai pudar
saat kau merasa berkorban
saat cintamu mulai pudar
-sujiwo
tejo-
Tamparan
tanpa rupa tangan. Petir tanpa mendung yang hadir tanpa tanda sebelumnya.
Seperti itulah saat saya menyadari betapa sesungguhnya dalam cinta tak perlu
pengorbanan. Karena saat kamu mulai merasa berkorban saat itulah cintamu mulai
pudar.
^O^
Ketika kita mencintai, kita akan
berusaha membahagiakan dia yang dicinta. Membuat senyumnya terus merekah.
Membuat hatinya sedamai surga. Dan saat dia mulai mengabaikan hal hal itu. Saat
dia tak melakukan hal yang sama untuk kita. Saat dia bahkan melihat keberadaan
kita yang dua puluh empat jam sehari untuk dia. Terbesitlah kalimat, “Aku telah
berkorban banyak untuk dia, tapi kenapa tetap terabaikan?!”
Seolah ada kata keharusan yang mewakili
keterpaksaan dibalik ‘pengorbanan’. Harus dibalas dan harus diperlakukan
serupa. Seperti keharusan yang mematikan. Jika tidak kau akan mati. Namun apa
yang dikorbankan ketika sejatinya kamu melakukannya atas dasar cinta? Apa yang
dikorbankan jika hatimu tulus menerima? Apa yang dikorbankan ketika kamu
melangkah penuh tawa? Apa yang dikorbankan jika kamu memang bahagia? Apa yang
dikorbankan ketika nyata hatimu penuh rela? Tak ada bukan?! Karena mencintai
itu soal keikhlasan. Ketulusanmu untuk menerima dia. Semuanya tanpa kecuali.
Dan saat kamu merasa semua yang kamu lakukan adalah pengorbanan itu bukan lagi
cinta tapi pamrih tanpa tulus. :) Dan saat kamu mulai
semua itu pengorbanan maka itu bukan ketulusan.
^O^
Dalam hidup ini harus ada yang
datang dan pergi, agar paham makna singgah dan menetap. Di hidup ini harus ada
yang tinggal dan menghilang, agar paham bahwa yang terbaik pasti akan tetap
tinggal tanpa pernah menghilang, kecuali jika Tuhan mengajarkan arti
kehilangan. Dan pada akhirnya kita akan mengerti bahwa dalam cinta tak ada
pengorbanan yang ada hanya hanya pengabdian dan ketulusan juga keikhlasan. :)
0 comments:
Post a Comment