Bismillah :)
Minggu,
04 November 2012
Alhamdulillah SKI FKIP Goes To SKI
KMIP UNY Succes :D
Saya tidak ingin bercerita mengenai
kunjungan anjangsana ini,,saya ingin bercerita tentang setangkai Azalea di
tengah Candi Ratu Boko.
Berawal dari satu kalimat ajakan “
Dhek, sini foto!” dan dengan gaya sederhana (kaki melenggang biasa, senyum malu
malu yang tak berhasil di tahan serta tangan kanan memegang erat kantong kresek
warna hitam) dia menghampiri saya.
Umurnya baru sekitar 4 tahun lebih
menurut saya, tingginya tidak lebih dari pinggang saya, badannya kurus, rambut
tergerai bergelombang dengan poni di jepit oleh pita flanel biru. Gadis itu
berbalut gaun warna merah muda, berjaket warna senada, dan bersepatu haq 3 cm
warna merah. Nampak dari jauh kamu akan mendapati dia sosok gadis nyonya yang
sedang berjalan jalan sore dengan keluarganya, namun dekatkanlah jarak itu
menjadi beberapa senti saja dari dia. Cukup 5 centimeter saja.
Gaun merah muda itu tak lagi utuh
sebagai gaun gadis kecil nyonya. Ada guratan yang membentuk lubang di sana
(baca: sobek). Jaket merah muda itu telah bermetamorfosa menjadi jaket putih
agak kecoklatan dengan sedikit warna dasar pink yang tertinggal. Sepatu dengan
tinggi 3 cm itupun sudah cocok berisirahat di rak sepatu paling bawah dengan
kresek hitam membungkusnya. Dan tas kantong plastik hitam itu? Itu bukan bawaan
khas Gadis Nyonya bukan?! Seorang gadis nyonya biasanya membawa tas kulit
cantik dengan warna cerah berornamen atau bergambar barbie dan berisi sejumlah
rupiah, mainan kesayangan, dll. Namun gadis ini membawa tas kantong kresek
hitam dengan isi botol air mineral kosong.
“ Adhek, namanya siapa?”
“ Bunga Melati.. tapi biasanya di
panggil Bunga.” ucapnya teriring senyum polos.
“Bunga? Haha Kinanti (entah kenapa
saya ingat nama itu :D ).. Bunga yaa ..hmm bagus bagus :)
Bunga sekarang kelas berapa?” tanya saya sedikit KEPO haha.
“Kelas nol besar.” Jawabnya dengan
melangkah sembari memilin bagian bawah gaunnya “mba mba itu yang pake kerudung
putih siapa?”
“Yang mana, sayang?” tanyaku sambil
menyapu pandangan ke sekitar. Mencari sosok yang dimaksud. “oh itu temen mba..
kenapa memangnya?”
“ hehe gag papa mba. Hla yang
kerudung hitam itu juga temennya mba bukan?”
“ iyaa sayang. Semuanya temen mba :) ”
Obrolan saya dengan Bunga di
dominasi oleh saya sebagai penanya (yah anggap saja saya yang sangat KEPO haha)
dan Bunga sebagai Narasumber (oke. Anggap dia korban KEPO :D). Beberapa
kesimpulan yang saya peroleh dari perbincangan saya dengan Bunga, yakni:
Bunga termasuk siswa yang cerdas
menurut saya. Di usia yang terbilang masing dini. 4 tahunan dia sudah mengenal
ragam warna. Terbukti saat dia menanyakan ‘siapa mba yang pake jilbab putih
itu?’ dan saat dia menyamakan warna jaket, gaun, dengan antingnya dia. Bunga
juga tergolong anak yang aktif. Ahah sepanjang saya berjalan dengan Bunga dia
tak henti hentinya bergerak melompat layaknya anak kelinci keluar dari lubang
yang sempit. Dia juga sosok yng sangat percaya diri. Dia mudah akrab dengan
teman saya yang lain. Mau menunjukkan tarian yang diajarinya di sekolah nol
besarnya , dan mengajari saya bernyanyi lagu yang dia dapatkan di sekolah.
Batin saya bertasbih “Subhanallah!” :) Puji Tuhan
Semesta alam J.
Hampir saja saya lupa, satu hal yang membuat saya menamai Bunga dengan Azalea.
Dia bekerja untuk pendidikannya di usia yang tertulis sangat muda. EMPAT TAHUN.
Saya ulang. EMPAT TAHUN (capslock
plus ctrl B agar terlihat mengharukan dan jelas :D). Sangat dini untuk
mengemban biaya pendidikan.
“Bunga, ayoo turun. Udah sore lo
..nanti ibu nyariin di rumah!” ajak saya saat rombongan saya hendak bersiap
meninggalkan jejak di Ratu Boko.
“Bunga nanti turunnya.” Jawabnya
singkat.
“Hlo kenapa memangnya?” tanya saya
penasaran.
“Nunggu bapak bapaknya yang di
atas.”
“Kenapa nunggu bapaknya tho nduk?”
saya makin penasaran.
“Biar dikasih uang buat bayar
sekolah”
Batin saya “astagfirullah..Tuhan,
kenapa harus anak sedini ini?!”
Dari percakapan saya dengan Bunga
tadi. Bunga bilang ibunya berjualan ( Bunga ndak nyebutin dagangan ibunya)
bapaknya bekerja (ndak nyebutin juga kerjaan bapaknya).
Dari jawaban dan cerita polos Bunga,
saya merasa tertampar. Saya sering mengeluhkan sedikit hal yang membuat saya
lelah. Saya sering kurang mensyukuri nikmat-Nya. Astagfirullah :( ....
Bunga tidak mengeluh dengan apa yang dia jalani meski dia
seorang diri menjelajah Ratu Boko demi sebotol kosong air mineral. Dia masih
tetap berdendang lagu pohon cemara sambil melompat ala kelinci “Alice”.
^O^
Bunga, terima kasih telah
menunjukkan ketegaran yang Luar Biasa keren :). Mengispirasi
saya :’) dan membuka mata saya untuk tetap bersyukur atas segala nikmat yang
teranugrahkan :’) Karena apapun itu dan bagaimanapun itu, percaya lah bahwa itu
yang terbaik untukmu saat ini :) Bukannkah Tuhan itu sebaik baiknya
sutradara? :)
Kelak jika Tuhan mengizinkan. Aku
ingin bertemu denganmu sayang :) melihat metamorfosa apa saja yang telah
terjadi padamu. :) Sebotol susu dan roti itu mungkin
memang tak berpengaruh pada prosesmu. Namun dari sebotol susu dan roti sobek
itu, ku selipkan setetes harap. Semoga Tuhan memudahkan langkahmu sayang :)
dan semoga kita dapat bertemu kembali :).
0 comments:
Post a Comment