Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Berangkat dari ragam tanya rekan
rekan mengenai potensi alam Kota Kebumen, saya melaju bersama Flipper (nama
motor saya :v). Menyapa panaroma asri khas Kebumen. Potensi endemik asli Kota
Beriman. Juga terima kasih untuk rekan tersayang yang sedia menemani perjalanan
saya. (Peluk Cium untuk Hanna, Nduk Tiwi, Yayu Pi, Teh Intan, Jeng Ayu ^_^ juga Bang Tomi, abang gue yang paling pesek). Dan mari saya kenalkan
pada mereka yang membuat saya jatuh cinta setiap hari pada satu kota sederhana
ini. Kota tanpa Mall bertingkat atau Hotel Bintang Lima.
Menyusuri Jalan Lingkar Selatan
dengan label Jalan Deandles dari arah timur (Yogya), inilah wisata Bahari
Kebumen #PartOneJilidSatu^_^
1. Pantai
Pasir (Kecamatan Ayah, Gombong)
Tak sesuai
namanya Pantai Pasir dominan terisi oleh kerikil dan baru koral kemudian jajaran perahu nelayan.
Pantai balik bukit dengan mengambil sisi kiri dari arah belokan sebelum menuju
Pantai Karangbolong (kalau ke kanan ke Karangbolong, ke kiri ke Pantai Pasir
dan Menganti), perjalanan masih tentang
menyusuri jalur selatan. Mengabaikan laju kanan di ujung percabangan arah
Cilacap.
Menikmati
topografi dan jalan yang kian romantis, Pantai Pasir layak ditembus dengan
decak kagum. Ikuti saja kelak-kelok jalannya, bersiap dengan tanjakan, turunan,
pun dengan tikungan, lantas jika bertemu dengan pertigaan di kiri jalan. Dengan
papan kayu yang mengarahkan ke Pantai Pasir, Pantai Ayah, Pantai Menganti.
Tinggal pilih destinasi ^_^
Berdampingan
dengan area Tempat Pelelangan Ikan dengan nama serupa, mengunjungi Pantai Pasir
masih belum berbayar dan berfasilitas wisata. Parkir di area parkir pelelangan
ikan, berjalan sekitar lima puluh meter ditengah pematang ikan, dan disanalah
debur pantai bersembunyi dibalik jajaran biru perahu-perahu kayu nelayan aktif.
Bibir pantai
yang kasar, serta kanan-kiri tebing adalah fenomena unik yang tak ada di pantai
lain sepanjang Kebumen. Endemik Kebumen. Kunjungan ke pantai pasir adalah
tentang kunjungan menikmati keheningan hidup. Bercengkrama dengan diri bersama
lagu latar nyanyian angin. Tanpa perlu mengejar angin, kita merdeka di sana.
Foto By
RisaRiiLeon
2. Pantai
Menganti (Kecamatan Ayah, Gombong)
Membawa kekhasan
dari bukit karst, pantai ini resmi menjadi satu-satunya si pasir putih dalam
jajaran pasir hitam pantai selatan. Terletak di balik bukit tinggi, Menganti
memiliki jalur tuju yang menikam. Saya sudah sangat berani untuk menjajalnya,
sayang bahkan Flipper dengan gigi satunya tak mampu menanjak di jalan cabang
pertama itu. Resmilah, Pantai Menganti masih menjadi destinasi lokal idaman
saya. :”( Seseorang ayooo ajak saya kesana :”)
Katanya seperti
lekukan teluk, pantai Menganti masih ramah dengan deburan halus ombaknya,
dengan bukit mercusuar di atasnya, dengan karang-karang gigih rata sepanjang
jalunya, pun dengan pasir putih sisi barat yang nampak selalu perawan.
Sayangnya, aroma amis sisa ikan nelayan kadang masih tercium.
Beberapa
fasilitas yang sudah disediakan cukup beragam, dari sekedar kamar mandi juga
tempat makan. Semuanya ada.
3. Pantai
Ayah (Gombong)
Selamat datang
di pantai penuh kenangan :D haha Ayah. Setidaknya Pantai Ayah adalah saksi atas
putusnya saya dengan putus asa kala mengikuti diksar Pecinta Alam semasa SMA :P
Enggan merengek meski kaki sudah penuh lecet. Enggan merajuk meski wajah sudah
nyaris tak berbentuk. Juga tentang kunjungan kelas Gethukers kala liburan
semester dulu. Huwaaa rabakal lali
pokokmen.
Terletak di
Kecamatan Ujung Kulon Kebumen dengan nama Kecamatan Ayah, pantai ini layak
menjadi tujuan wisata peretas gundah. Ambil laju kiri di belokan arah Rowokele
sebelum perbatasan Kebumen Banyumas di Gombong, kemudian mengikuti jalan terus
saja hingga bertemu dengan papan tunjuk jalan. Menuju Goa Jatijajar, Goa
Petruk, Pantai Ayah atau Cilacap. Ambil arah Goa Petruk untuk merangkul arah
Pantai dan Cilacap.
Masjid dekat perbatasan Kebumen-Banyumas, saya sarankan untuk shalat disini sebelum ke pantai :D |
Perbatasan Kebumen-Banyumas, nah sebelum perbatasan ada jalan ke selatan, arah ke Pantai Ayah, Goa Petruk, sama Goa Jatijajar |
0 comments:
Post a Comment