Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Minggu,
10 Agustus 2014
Ingat, pesan singkatku beberapa hari
lalu? Pesan satu kirim seribu yang juga saya alamatkan kepadamu? Ya, itu
permintaan tolong saya atas kondisi Wildan yang koma. Wildan sakit dan tentu
saja, saya menjadi makhluk tidak berkutik. Tak mampu menjamah deadline yang
sudah siap mencekik, pun tak mungkin menuliskan apa yang terlintas dalam
guratan file doc.
Sementara Wildan dibawa oleh
seorang, saya membawa si Kadal, nama yang saya sematkan untuk notebook seorang
itu. Sebab dia menolak nama wildan -_- mengejanya menjadi wild-done, not well
done. Memilih calm-done hingga saya plesetkan menjadi kadal. Kamu harus terima
itu, Kisanak! :P Nyata, Kadal banyak membantu pemenuhan deadline saya ^_^ Ya,
saya harus tetap berterima kasih sebab tanpamu Bab I hingga Bab III saya hanya
akan menjadi draft fiktif.
Dan malam ini, sekembalimu ke Solo.
Kamu mengembalikan Wildan dengan baik-baik saja. Ah ya, saya rindu Wildan,
meski katamu Wildan tak merindukan saya -__-.
“Hla selama tak bawa enggak rewel,
enggak nangis juga. Ketoke wis lali mbi kowe :D” ujarmu.
Percakapan malam ini tak jauh dari
proses PPL kita yang akan segera datang, pun dengan agenda organisasi atau
pencarianmu tentang hunian baru :D hingga saya tersadar, ada satu folder tidak
ada ditempatnya. Sebuah ruang pena selama nyaris empat tahun. Catatan-catatan
tentang kenang yang coba saya lestarikan dalam minimnya kapasitas ingatan saya.
Surat-surat dengan alamat hati yang tak akan pernah saya kirimkan. Pun dengan
beberapa karya yang sudah diterbitkan atau belum diterbitkan. Juga draft
tulisan saya yang lainnya. Jejak pena untuk kerajaan kenangan yang belum sempat
saya realisasikan. Hmmmm semua tintaku di sana. Dan sekarang tidak ada.
Boleh saya menangis? Iya, saya
memang cengeng.
Barangkali akan sangat sepele dimata
kamu, menangis sebab file doc? Ayolah, itu hanya sebuah file olahan microsoft
word yang siapa saja bisa membuatnya. Begitu kah?
Ya, memang tak ada yang istimewa
dimata orang lain, tapi untuk saya. Mereka bukan sekedar file doc olahan
microsoft word. Mereka adalah ingatan saya, detak waktu yang coba saya rekam
baik-baik. Olah rasa yang coba saya kemas baik-baik. Saya bukan seorang yang
pandai mengingat, maka dari itu saya membuat jejak itu. Menulis adalah cara
saya mempertahankan ingatan.
Dan jujur, yang paling membuat saya
sedih ialah banyaknya surat yang sejatinya ingin saya sampaikan kepadamu suatu
saat kelak. Kamu tau? Dari sekian folder yang dikandung Wildan, folder itu
adalah yang saya rawat baik-baik. Saya beri makan sehari minimal empat kali. Satu
yang paling ku sedihkan, sejarah kita yang belum dimulai tapi sudah dihapuskan.
Sesuatu yang belum ada tapi ditiadakan. Mungkinkah pertanda? Bahwa saya tak
boleh berharap banyak kepada kamu untuk membaca pena saya? amm maksud saya,
tentang surat-surat yang belum berani saya sampaikan kepadamu itu, termasuk
perasaan yang menyertainya juga.
Kemudian dari sekian banyak harap
saya pada rentetan tulisan itu, saya hanya berharap semoga segenap rasa juga
logika yang menyertainya tak lenyap begitu saja. Erggh ayolah, itu benar-benar
kenangan yang saya susun sejauh empat tahun, masa dibiarkan lenyap dalam
seperempat detik. Setidaknya ijinkan saya untuk mencarinya, bantu saya. ya,
bantu saya melalui doa. Sudah itu saja. :”)
Saya hanya ingin menyelamatkan
sejarah kita yang belum dimulai namun sudah saya jejaki sedari dini. :”)
0 comments:
Post a Comment