Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Sabtu, 14 Desember 2013
Masih
pagi tapi sudah dirundung rindu. :D Sedikit menyuarakan rindu itu, saya ingin
berbagi mengenai aktivitas pelunasan rindu. Mengenai bruwun. Apa itu bruwun?
Bruwun itu sejenis kegiatan memetik sayuran yang tumbuh dipekarangan rumah di
desa saya. Sebagaimana kehidupan di desa, setiap rumah akan memiliki lahan
khusus untuk ditanami tanaman tanaman penunjuang kehidupan :D dari sekedar
sayuran, buah buahan, apotik hidup juga rempah untuk masak. Lahan itu bisa
didepan rumah, dibelakang, samping ataupun di beranda rumah.
Ayah
dengan segala cintanya pada keluarga, menyulap lahan depan rumah, yang tadinya
hanya ditumbuhi pisang dan pohon buah mengkudu menjadi banyak area pasar alami
dapur Bunda. Dalam lahan segiempat berpagar itu, Ayah membaginya menjadi empat
bagian. Bagian pertama itu dipinggir pinggir selaras dengan sekatan pagar
selatan dan barat, Ayah menanami cabai rawit merah dengan jarak satu meter
antar cabainya. Lalu di sudut sudut lahannya ini Ayah membiarkan pohon cipir (jenis
sayuran yang kalalu dipotong horisontal mirip bintang) merambat merdeka. Untuk
pagar sebelah timur Ayah membiarkannya ditumbuhi Pohon Jambu Biji, dan nanas.
Lalu pagar utara yang dekat rumah itu areanya Bunda sama (Almh) Biyung. Bunda
sama Biyung menanaminya bunga juga rempah, dari Bunga Melati, Bunga Kantil,
juga Bunga Kenanga lalu kunyit, jahe dan kawan kawan. Berlanjut ke area tengah
Ayah menyediakan dua kolam berisi bibit lele di sisi barat. Ceritanya sih buat
kerjaan si Romi kalau pulang sekolah, ngasih makan Lele. :D di sisi Timur ada
dua Pohon Singkong Karet yang daunnya dimanfaatkan Bunda untuk menyuplai saya
yang darah rendah dan sok pusing kalau terlalu lelah. :D Di beberapa titik
lahan itu Ayah menyediakan tiga Pohon Rambutan (Ace) untuk bisa dipanjati saya
dan tiga adik saya kalau berbuah. :D juga dua Pohon Mengkudu kalau ada warga
lain yang membutuhkan.
Tak
puas dengan lahan depan rumah, Ayah juga mengontaminasi halaman rumah dengan
tiga Pohon Kelapa dan lahan samping dengan Pohon Mangga (Aromanis) Pohon Pisang
(Pisang Ambon, Pisang Raja, Pisang Kusta, Pisang Asam, dkk), Pohon Pepaya. Dan
Pohon Melinjo di pekarangan belakang. :D Pohon melinjo (bahan dasar membuat
emping) ini tumbuh bersama banyak Bambu di pekarangan keluarga. Di desa saya,
Pohon Pisang dan Bambu itu cukup mendominasi, makannya warga desa saya itu
cukup kreatif menyikapi sumber daya tersebut. Sibuk dengan kerajianan tangan
dari bambu, dan beberapa kuliner dari pisang. :D
Dan
bruwun adalah bukti hukum newton ketiga. Tentang aksi Tanam Ayah yang direaksi
oleh kami dengan Petik. Tentang Ayah yang meski terjebak di negeri seberang
mencari nafkah tak lupa pada identitasnya sebagai Petani di negeri agraris ini.
Ya, Ayah saya adalah petani. Saya bangga pada beliau. Selalu dan selamanya. :*
Dan saya masih bertanya tanya pada rekan rekan saya yang terlihat tidak bangga
pada Ayah mereka dengan profesi Petani. Ketidakbanggaan yang tertuang dalam
kalimat, “Ayah saya hanya petani!”. Kenapa harus ada kata ‘hanya’? :v
Bagi
saya, Bapak To itu adalah Petani tidak keren dimata dunia, tapi keren untuk
saya. :”). Di halaman dan lahan lahan sekitar rumah itu Ayah menanamkan cinta
pada kami, anak anaknya. Cinta untuk tak lupa pada nusantara yang kaya. :”)
Negeri dimana sebatang kayu bisa menjadi sumber karbohidrat (melirik casava dan
rekan rekannya), batu kerikil menjadi rempah rempah penyedap alami sehat jasmani
(senggol bawang, kunyit, jahe dan rekan rekan). Cinta untuk menikmati alam
tanpa perlu menyakiti, bersahabat dan tumbuh bersamanya. Mengambil manfaat
tanpa merusak. :”). Juga tentang cinta yang tetap tumbuh meski berjarak selaras
dengan ruas ruas baru di ragam pucuk tanaman itu. :”)
Maka
bruwun adalah satu kegiatan yang saya rindukan saat pulang. berawal dari batang
batang casava yang memberi banyak dedaunan berzat besi juga umbi berkarbohidrat
tinggi berlanjut dengan meracik bumbu banyak rempah jawa lalu mengolabirasikan
dua senyawa itu dalam aroma kuliner nusantara yang berakhir di persajian meja
makan siang. Menerbitkan diorama antara saya dan bunda menyiapkan sponsor
tenaga untuk tiga kstatria yang sedang belajar di luar sana.
Rumah yang selalu sukses menuai rindu |
Papaya siap disayur :D |
Kebun Ayah Tampak Samping |
(Kiri - Kanan) Ayah, Saya, (Alm) Romo, Si Ktsatria Bungsu Riki |
0 comments:
Post a Comment