Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Kamis,
19 Desember 2013
teknologi.news.viva.co.id |
Masih pukul sepuluh lebih lima menit
saat Solo dibungkus hujan kecil jika tak ingin disebut gerimis. Sepertinya
langit sedang menggambarkan kedukaan, atau air sedang meredam banyak mata yang
menggenangkan isak. Hari ini dua kabar lelayu menyambangi ruang dengar. Seorang
adik dari dosen tersayang, dokter muda dengan kepontensialannya mengabarkan
kesehatan pada pasien lalu juga Bunda dari seorang adik perempuan tersayang
setelah beberapa hari di opname.
^O^
Terlepas dari siapapun yang
berpulang pada hari ini. Menatap kabar lelayu selalu sukses membangun dinding
bening dilapis kornea. Menekan dada menjadikannya asma seketika.
Bahwa kematian adalah perpisahan
paling tak terduga yang sejatinya sudah terencana oleh.Nya. Bahwa kematian adalah
kepulangan menuju rumah hakiki yang mengiris hati. Bahwa kematian merupakan
tiket pasti mereka yang bernyawa untuk menemui asal mulanya. Namun kematianlah
jalan kita menuju kehidupan abadi.
^O^
"Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan baru pada hari kiamatlah disempurnakan pahalamu. Barang
siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan."
Ya, kematian adalah kepastian hidup yang ada
diantara banyak ketakpastian kehidupan. Yang pasti dialami oleh mereka yang
bernyawa. Sebab sudah pasti maka kematianpun bukan untuk ditakuti atau
dihindari *An Nisa:78*. Maka lebih baik sibukan diri dengan hal hal indah untuk
kematian yang indah (khusnul khotimah). Ketika kita lahir dalam keadaan baik,
maka pulanglah sebagai milik.Nya dalam keadaan baik pula. Ya, sesungguhnya kita
ini milik Allah dan kepada.Nyalah kita akan kembali.
Seorang pernah berpesan pada saya,
untuk tak lupa merencanakan kematian yang baik disamping kita menjalani
kehidupan yang baik. Dan menatap kematian adalah teguran tersopan Allah untuk
mereka yang masih memiliki nafas. Agar mengevaluasi usia yang lalu juga
merencana usia yang tersisa untuk termanfaat lebih optimal dijalan.Nya. Agar
tak lupa pada hulu dan muara sebuah raga serta nyawa. Agar tetap menjaga
perpanjangan doa seusai sujud untuk mereka yang telah disurga. (Doa menjadi
satu satunya cara menyatakan cinta pada mereka yang telah berpulang).
^O^
Kemudian, kepada engkau yang selalu
menatap saya di atap angkasa juga pemerhati saya dinegeri angan. Sebuah cinta
yang telah berbeda langit namun masih terhubung oleh rapalan harap. Ku hidupkan
kisah kita dalam doa. Boleh ya :”)
“Raga mereka mungkin memang telah
melebur bersama tanah, namun kebersamaan dengan merekapun telah melebur dalam
ingatan. Itulah yang membuat mereka tetap hidup disini *mendekap hati*.” Ucap
Bunda menenangkanku.
0 comments:
Post a Comment