Rss Feed
  1. Kisah Cinta Senja Termanis

    Monday, 2 December 2013

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    Senin, 02 Desember 2013
    https://soundcloud.com/semutboy/cinta-itu-sederhana-semutboy


                Sabtu, 30 November 2013 di teras Joglo Abang.
                Tiga rekaat magrib sudah kami lunasi dalam jamaah masjid setempat, lalu memutuskan kembali menyelami sajian dari panitia. Dan sebungkus nasi kotak itu masih utuh di atas bangku saya, sementara box box lain sudah masuk keresek hitam sebab telah tak utuh lagi. Hmm saya masih kenyang, tapi makanan tetap berdatangan -_- kebaikan yang berlebihan. Membungkusnya dengan plastik lalu menyapu pandang disekitar, yah siapa tau ada the object of my affection :v :bribik kata orang Solo.
                Arah jam tiga barat laut, dibawah kaki malam yang masih jingga, saya menghampiri the object of my affection itu. Menyapanya penuh decak kagum atas keagungan dan kesederhanaan cinta. Tuhan, betapa Engkau Maha Pemurah, :”) mempertemukan saya dengannya. Meyakinkan saya, betapa bahagia itu sederhana. Sesederhana kehadiran kekasih yang selalu ada, disisi. Tersenyum dan selalu meyakinkan kita, bahwa ada saya dan kamu untuk saling melengkapi.
                Mereka bersama diantara aroma sampah yang menyengat. Mengumpulkan apa apa yang sering disebut sampah dalam langkah bersama penuh bahagia. Cinta mereka tak memfungsikan hidung untuk membaui aroma busuk sampah, hidung mereka hanya terfungsikan untuk mencium wanginya aroma kesempatan halal dalam berikhtiar. Mata cinta mereka mungkin memang buta pada kemewahan dunia, sebab mereka telah memiliki segalanya dengan cinta mereka. Kulit merekapun tak kenal halusnya kain sutera, namun sentuhan merekapun sudah terlampau lembut di nurani.
    ^O^
                Saya kembali bernaung diatap portable halaman Joglo Abang, menghampiri rekan lain dengan tangan yang tak lagi membawa apa apa namun mata membawa syukur teramat banyak. Tuhan, betapa murah.Nya Engkau menghadirkan pandang indah mengenai cinta. Maha Suci Engkau Ya Rabb :”)
                Mengelap hati yang sepertinya membasah sebab haru yang menyeruak tanpa permisi. Dan jingga masih bertahan diufuk barat, menyampaikan pada raga malam bahwa saya masih akan terus berusaha memahami kita. Mencerna tiap spasi yang terbersit dalam lantunan doa, diam, juga agenda. :”)
                 Sepuluh menit lima perempat detik lalu adalah kisah manis di pelupuk senja. Sepasang suami istri saling membahu tanpa pduli menyengatnya aroma sampah. :") cinta mereka nampak dalam dpermukaan raga. :') 
    ^O^
                Cinta, semoga jalan kita masih sama. Jalan mengerucut pada satu titik teragung. Dua titik segitiga sama kaki yang sedang saling menjaga dalam kesahajaan.Nya. :”) Aamiiin :”)
     

  2. 0 comments: