Kepada Putri yang sedang Membangun Diri ^^
SemangArt Pagi Putri ^^
Apa kabar nuranimu? Masihkah kematian menjadi hayalanmu sebelum lelap? :”) Setidaknya dengan mengingat kematian,
prioritas kehidupan fana kita akan lebih tertata. :”)
Maafkan sikap abai saya terhadap pesan singkatmu. ^^
Sungguh, abai saya tak senyata yang kamu rasakan. Saya membacanya lantas memerdekakan engkau menjawabnya sendiri. ^^
Perkenalan kita memang belum lama, terhitung dari jumpa pertama di layar virtual, lantas ku jemput petemuan kita dalam aksi membersamai. :”)
^O^
Perkara benci membenci itu murni urusan nurani sendiri, Putri. :”) Sekalipun kamu sudah bertanya kesana kemari untuk mengilangkan rasa itu jika kamu tidak bertanya pada diri sendiri perihal memaafkan yang telah terjadi, niscaya dia, kebencian itu akan terus menggerogoti. :”)
Kamu bertanya bagaimana cara menghilangkan benci. Kamu bertanya bagaimana cara melenggang pergi tanpa beban urusan hati. Kamu bertanya bagaimana cara melogikan rasa. Dan akhirnya kamu bertanya mengapa saya menjadi sebegitu sombong dihadapmu. :D
Mari tertawa sejenak.
Mau kopi Atau mau saya buatkan Teh?
Dua sedok makan gula dan setengah gelas air panas yang dibauri air es hingga penuh, lantas sebagai penutup kamu memilih biji kelengkeng atau daun mint. ^^ Keduanya bisa disediakan untukmu Putri, selama hati dan ragamu bersedia hadir di bincang senja kita.
Duduklah sejenak.
Seperti halnya senja yang menghadirkan jingga, mengabarkan keramahan matahari pasca menyengat sepanjang siang. Di sanalah momen berdamai itu dengan jenak dapat terangkai. Bahwa segala klimaks masa ketidakmenyenangkan akan ada anti klimaksnya, meredupkan segala amarah dan dengki dengan satu kata. Damai. Iya, berdamailah dengan ekpektasimu. Berdamailah dengan realisasi semesta. Berdamailah dengan dirimu sendiri.
Mengabaikan pesan singkatmu adalah cara saya membuatmu merdeka dalam berlaku. Kamu bisa mengambil apapun langkah yang butuh kamu ambil. Kamu bukan hamba sahaya dari sesama manusia, kamu adalah perempuan merdeka! Sekalipun engkau menghamba, menghambalah pada Allah semata.
Ayolah, jangan mau diperbudak rasa!
^O^
Pertama. Tanyakanlah perihal kebencian itu.
Berlandas pada apa kebencian itu kamu pupuk? Jika hadirnya sebab Illah, teruskanlah, tapi jika sebab yang lain, buanglah. Sejauh mungkin.
Susah? Jelas, sebab kita masih dilangkah pertama. Langkah awal memang sering membuat terengah.
Ayok, ada langkah kedua yang akan membuatmu sedikit melega.
Tanyakanlah perihal kebencian itu.
Bergunakah untuk terus memendam kebencian?
Dalam sebuah tragedy, saya pernah meminta anak anak untuk mengantongi sebiji kentang yang harus mereka bawa kemana mana kapanpun dan dimanapun. Tujuh hari mereka tak terpisahkan dengan kentang itu. Ya, makhluk organic itu mulai membusuk. Menguarkan bau tak sedap dan membuat tak nyaman. Ingin rasanya lekas membuang kentang dikantong itu, aku mereka. Kentang busuk itu serupa dengan hati kita yang terserang benci. Menyebalkan dan tak berguna.
Buang saja. Sudahi.
Kamu mengangguk? Baiklah. Tak perlu ragu. Buang saja sekarang.
“Caranya?”
Minumlah dulu tehmu sebelum dingin. Aroma hangat the mint lebih menyegarkan kala hangat.
Iklashkan apapun yang membuatmu benci.
Perihal patah hati, kehilangan, sampai ketidakjelasan rasa. Kembalikan pada Ia yang Maha Membolak Balikkan hati.
Kamu butuh kekuatan untuk melangkah?
Mari, saya ajak ke rumah itu. Rumah penuh obat dan selang. Di ujung ruang anak anak, di pojok paling ceria.
Dalam sisi pandangmu, mereka sangat berhak membenci, sangat berhak marah, sangat berhak mengadili. Tapi? Tawa mereka merekah, hati mereka berperi, ceria itu terpatri.
Mereka adalah adik adik dengan banyak kekuatan yang diuji melalui kanker, tapi tak sedikitpun mereka menyesali suratan.Nya. setidaknya jikapun pernah, mereka berhasil melalui itu.
Pun di ruangan ruangan sebelumnya, ada kekuatan yang tersebar disetiap penjuru rumah itu. Bangsal bangsal yang malah membuat mereka kian tangguh dalam dera kata ‘sakit’. Mungkin itu mengapa kita dianjurkan meluangkan waktu sejenak untuk membersamai mereka mengurai senyum.
Mendekatlah pada mereka, dan kamu akan tertulari semangat kekuatan mereka. ^^
Iya, pancaran kekuatan itu resmi menular.
Kekuatan yang tak pernah melemahkan. Kekuatan yang datang lebih dari sekedar syukur sebab kamu bukan mereka, tapi sebab kamu paham bagaimana cara menyikapi hidup yang mungkin tidak sebentar. Bahwa beban rasa yang masih kamu biarkan teremban adalah perihal cara pandang saja. Bahwa semua uji adalah solusi yang butuh digali dan direnungi untuk lantas dijadikan refrensi menyapa hari. ^^
“Tapi, serius. Ini bukan hal yang mudah!” alismu masih tertaut. Pipimu tersambar gravitasi dan melukiskan mendung diwajah.
Tidak ada yang mudah untuk meraih jannah Sayang ^^ jika ingin mudah, mungkin kamu hanya akan mendapat piring pecah atau kalau sedikit lebih beruntung mendapat kipas angina ^^ lantas apakah keduanya mampu melindungimu dari panasnya api neraka? ^^
Putri, semua bisa begitu mudah pun mampu sangat rumit. Kembali kepada diri menatap cermin. Iya, semua berawal dari diri sendiri. Insan lain hanya lalu lalang pencaci atau pembersama. Yang jelas satu, ada aku disini. ^^
Surakarta, minggu kedua bulan penuh hujan di tahun banyak pesta penikahan.
RisaRiiLeon
0 comments:
Post a Comment