Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
google search |
Selalu. Ada helaan panjang ketika
membahas perkara ini. Bukan lega, tapi menimbun kekuatan semesta. Membersamai.
Satu kata kerja yang menyalurkan banyak tindak guna melunasinya tanpa beban. Memfasilitasi
lahir batin. Kasat mata kebutuhan fisik yang utama, dan kebutuhan batin
terkadang bukan nomer dua. Dan mata sekitar adalah yang paling awas menatap
kinerja itu. Mencoba tidak peduli, tapi jelas tetap terfikirkan.
Bagaimana caranya memilih satu
diantara dua pilihan?? Jika kamu bisa melakukannya, ajari saya.
Tidak. Ini bukan perkara memilih
cinta dan sahabat. Pilihan itu sudah lama tutup buku. Cerita picisan yang sudah
ku petik hikmahnya. Ini perkara finansial dan kehadiran. Finansial sebagai
bentuk pencukupan kebutuhan fisik sebagai manusia. Pendanaan untuk makan,
minum, mobilitas, komunikasi, pendidikan, bahkan kenyamanan dalam bentuk ruang
beratap. Kehadiran, seberapa hadirnya keberadaan kita untuk lingkungan
terdekat, keluarga. Menciptakan quality time bersama. Menghidupkan komunikasi.
Saling hadir untuk satu sama lain. Saling membekali dan membuka hati. Dan
tentu, saling membenahi diri untuk Illahi.
Jujur. Ketakutan itu ada. Selalu.
Hantu tidak tahu diri yang datang tak hanya malam hari. Bahkan setiap berangkat
sekolah pagi. Sering ku halau dengan nyanyian riang, tapi sayang dia terus
membayang.
Saya takut, Ksatria Kedua melangkah
ke luar pagar. Saya takut saringan dan bentengnya tidak kuat dalam menjalin
pergaulan. Saya takut mendzaliminya. Saya takut Bapak Ibu kecewa. Saya takut
saya hanya menjadi Kakak Fiktif.
Banyak hal yang seharusnya sudah
saya berikan untuk Ksatria Kedua, setidaknya sedikit bekal untuk membuka
gerbang balighnya. Tiga belas tahun sudah masuk usia waspada sebagai seorang
laki – laki. Fase keduamu hampir terbuka Le.. :”) Yayu masih belum tahu
bagaimana cara tepat efektif menyampaikan hal hal ‘itu’ untukmu.
Andai Yayu laki – laki, pasti yayu
dengan ringan mampu menyampaikan mimpi basah pertama kali. Bagaimana mengelola
hasrat semacam itu dengan bijak. Bagaimana gejala tersebut datang dan pergi
dalam kendali. (Mungkin)
Andai Yayu laki laki, pasti yayu
sudah dengan senang hati mengajakmu menonton ‘proses reproduksi’ sebagai kajian
ilmiah proses darimananya kita.
Andai Yayu laki laki, pasti sudah
dengan berani berhenti kuliah dan mengambil pekerjaan dengan fee yang mencukupi
fasilitasmu. Bukan menjadi Fasilitator PAUD. Setidaknya dengan menjadi laki –
laki, Yayu tidak dengan mudah memiliki keterikatan rasa dengan anak – anak seusia
mereka. :’( Bahkan terkadang memilih jalan ini masih mengajukan ego Yayu :’(
astagfirullah..
Andai Yayu laki – laki, pasti sudah
ku pameri kamu perempuan – perempuan yang sempat disukai lantas mengajakmu
untuk mengenal rasa kepada lawan jenis dan mengelolanya dengan bijak. Bahwa
ketampanan bukanlah segalanya, bahwa Perempuan tetaplah mempertimbangkan
akhlak.
Andai Yayu laki – laki, pasti sudah
ku kenalkan kamu pada harga diri dan tanggung jawab, bahwa harga diri laki –
laki tidak terletak pada lantangnya suara, tapi keyakinan dan kepahamannya pada
tindak. Bahwa kelembutan tindak bukan bukti ketidakjantanan. Bahwa meminta maaf
duluan bukan hal yang memalukan.
Andai Yayu laki – laki, pasti sudah
ku turuti setiap puncak yang kamu daki, sungai yang kamu susuri, goa yang kamu
masuki, pun pantai yang kamu singgahi tanpa perlu takut jatuh sakit (lagi).
Setidaknya dengan fisik laki – laki, selalu ada energy melimpah di raga.
Seperti kamu yang nampak tak punya lelah.
Andai Yayu laki – laki, pasti sudah
diikhtiarkan sejak dulu untuk menjadi teladanmu menumbuhkan pribadi yang baik.
Memberikan contoh dan refrensi dalam tumbuh kembangmu menyapa kehidupan.
Andai Yayu laki – laki, setidaknya
dengan menjadi sama lelakinya, Yayu bisa membersamaimu dengan optimal. Tidak
perlu sungkan membahas ini itu tentang kelelakian. Tidak ambil pusing dengan yang
katamu terlalu rumit dijadikan pertimbangan.
Andai Yayu laki – laki, ya andai
saja.
Andai yang segera terhenti pada
fakta bahwa saya bukan laki – laki.
Semoga kamu memaafkan Yayu Le,
ketika masih marah – marah saat kamu merusak barang – barang Yayu. Mencoba
menggunakan barang – barang yayu tapi belum bisa lantas kamu mencobanya sendiri
hingga rusaklah barang itu. Seharusnya, jauh sebelum itu sudah Yayu ajari
duluan. Andai kamu meminta ijin dulu sebelum memakai, pasti Yayu ajarin. Andai
Yayu tidak mudah lelah. Pulang sekolah selalu membawa lelah, dan kamu hanya
akan menjadi penghias hari yang terabaikan. :”(( Maafken.
Semoga kamu memaafkan Yayu Le,
ketika masih marah – marah saat kamu pulang main sementara Yayu sudah
kelimpungan mencari kemana – mana tanpa hasil. Andai kamu berpamitan dulu
sebelum pergi, pasti yayu tidak usah mencari – cari. Andai Yayu tahu kebiasaan
bermainmu dimana dan siapa saja teman akrabmu. Pasti tidak Yayu tidak bingung
mencari sedemikian pusing.
Andai Yayu Laki laki le, kamu tidak
perlu melihat air mata setiap kali perbincangan kita mulai. Kamu hanya perlu
paham isi percakapan, dan kegagahan sikap mengambil keputusan, bukan kelemahan
seorang perempuan yang menjadi cengeng ‘akhir-akhir’ ini. :’) Kamu tidak perlu
bingung membedakan ekspresi marah dan sedihnya kakakmu ini.
Maafken Yayu Le, maafken belum mampu
optimal membersamaimu. :”((
0 comments:
Post a Comment