*hmmmmm* Menghela nafas sebentar.
Bukan sebab menuliskan ini akan memerlukan banyak tenaga, bukan pula sebab
berfikir banyak, namun menuliskan ini berarti menyatukan kepingan – kepingan cerita
yang sempat masuk kerajaan kenangan.
Masa Ksatria Kedua berkenalan,
beradaptasi, hingga mampu berinteraksi sampai kini. Tanpa jelas siapa yang
menjadi guru, semua menikmati masa pembelajaran tersebut. Dan selalu, adalah
“Mengapa dan Kenapa” yang hadir ketika saya ditanya alamat.
Dan ketika harus memberikan
testimoni, fikir saya melayang jauh kemana – mana. Harus mulai darimana? Hmmm
saya bingung.
^O^
Menggaris bawahi program “Jagongan
Orang Tua CahBocah” sebagai daya tarik dari Sekolah Alam Bengawan Solo (SABS)
di mata saya. Sejenis forum bincang hangat yang tercipta setiap akhir tema
pembelajaran sebagai wadah komunikasi proses di sekolah dan di rumah. Di hadiri
oleh orang tua/wali dari CahBocah, seperangkat Mas/Mbak SABS, Pak Yudi, dan
terkadang Mbah Gondrong atau beberapa rekan mahasiswa/i dengan KEPO tingkat
univ. Mengambil waktu ba’da isya dengan harapan kehadiran penuh dari segenap
orangtua/wali CahBocah.
Terhitung empat atau lima kali saya
mengikuti Jagongan tersebut, tiga kali menerima raport sisanya sebagai seorang
mahasiswi KEPO :v. Raport pertama mengabarkan proses adaptasi Ksatria Kedua
dengan lingkungan barunya, teman – teman dan proses belajarnya.
“Gimana, mau sekolah di Solo atau di
Kebumen aja?” tanyaku retoris dalam perjalanan pulang.
“Di Solo aja Yu.” Jawab Ksatria
Kedua spontan.
“Hla kenapa? Yayu capek ig jemputin
kamu terus haha ” candaku polos.
“Hla disini enggak pernah nyatet
kok!”
Ketahuan kan kalau Ksatria Kedua itu
menjauhi hal – hal administratif :D
Pertemuan sebagai wali dari Ksatria
Kedua nyata berbuah fikir tentang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional. Sebab tidak ada bangsa yang mampu mencapai kemajuan
tanpa meletakkan pendidikan sebagai dasar utama pembangunannya, maka melalui
undang undang tersebut pemerintah menghadirkan tiga pilar pendidikan, yakni
Pendidikan Formal, Pendidikan Informal, dan Pendidikan Non Formal.
Lantas mengapa tidak semua sekolah
mengadakan Jagongan semacam ini? Amm setidaknya dengan mengadakan bincang
hangat pendidik di rumah dan di sekolah akan mendukung penanganan tepat
terhadap perkembangan perilaku anak, tidak hanya perilaku. Bisa apapun
sebenarnya, mengingat semua hal tentang perkembangan anak bisa dimasukan dalam
bahan bincang Jagongan tersebut. Intinya untuk melunasi UU Nomor 20 Tahun 2003
itu harus ada tindak sinergi dari tiga pilar pendidikan. Sekolah selaku
pemegang ranah pendidikan formal, Rumah selaku pemilik ranah informal, serta
masyarakat sebagai kendali pendidikan non formal.
Nyatanya, banyak orangtua yang
seolah menyerahkan penuh perkara pendidikan anak tersebut pada pihak sekolah.
Ketika anak bermasalah dalam hal kognitif maupun afektif, kerap sekolahlah
sasaran empuk dikambing hitamkan.
Nyatanya, banyak sekolah yang
menuding rumahlah sumber masalah anak bermasalah. Penanaman nilai dari moral
dari keluarga yang kurang kuat sebagai pondasi anak melangkah keluar gerbang
sosial, tak ayal menjadi pintu masuknya pencermaran akhlak anak.
Nyatanya, rumah dan sekolah pun
masih bisa menyalahkan lingkungan yang tidak mendukung perkembangan sosial
anak. Lingkungan yang kotor, kasar, antipati, cuek, cerewet, pun dengan
lingkungan yang rawan tindak kriminal, semua sukses menggiring anak menjadi
pribadi yang kurang menyenangkan.
Jika mengkambinghitamkan sudah cukup
untuk menyelsaikan perkara pendidikan anak, sudah sedari dulu saya lakukan.
-_-. Sayangnya, menunjuk pelaku belum tentu menunjukkan jalan keluar.
^O^
My SABS edisi idhul adha yang memuat
“Kurikulum Orang Tua” torehan pena Rhenald Kasali serta secarik frasa yang
betul – betul saya garis bawahi sekaligus kepegang erat perkara pendidikan anak
ini. Laporan perkembangan Ksatria Kedua di sekolah dari Mas dan Mbaknya tentang
live in Tlogowatu hingga Lapak Rebo Legi, diakhir laporan menyatakan ada “PR
Bersama” yang menyemangati saya untuk lebih membersamai Ksatria Kedua ini.
“PR Bersama”
Pas. Bukan hanya tentang bagaimana
atau dimana peringkat prestasi anak disekolah, bukan hanya tentang bagaimana
atau menjadi apa anak di rumah. Bukan hanya tentang bagaimana dan seperti apa
anak dimasyarakat. Namun bagaimana dan seperti apa anak disekolah, rumah, dan
masyarakat. Tiga pilar yang memang harus disatukan. Tiga keping puzzle yang
memang harus di gabungkan untuk menjadikan obyek itu utuh.
Rumah dengan penanaman pembiasaan
yang memperkuat pondasi anak berakhlak mulia hingga mampu mengajak insan
lainnya, beriringan dengan perluasan wawasan ilmu dari sekolah, lantas
bersinergi dengan masyarakat yang paham cara mendukung perkembangan anak.
Misal,
Di rumah anak diajak menjadi insan
taat beribadah, santun kepada orang lain, peka terhadap kebutuhan, di sekolah
anak diajak menjadi insan yang mampu melihat dunia dari banyak sisi, membuka
banyak jendela semesta lantas masyarakatnya mendukung dengan kesadaran bersama
tentang jam belajar (tidak bisa kan, kalau jam belajar hanya berlaku pada satu
rumah,sementara rumah yang lain riuh oleh aneka hiburan audio visual. Fokus
anak mesti terhias iri :3 )
^O^
Sekalipun tidak ada tujuan pendidikan dalam keluarga yang dirumuskan
secara tersurat, tetapi secara tersirat dipahami bahwa tujuan pendidikan dalam
keluarga pada umumnya adalah agar anak menjadi pribadi yang mantap, beragama,
bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik.
Maka dapat dikatakan bahwa pendidikan formal, non formal, dan informal
ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi tidak bisa pisahkan karena keberhasilan
pendidikan dalam arti terwujudnya output pendidikan berupa sumber daya manusia
sangat tergantung kepada hubungan ketiga sub
system tersebut. Terlebih lagi pendidikan informal sebagai suatu fase
pendidikan yang berada di samping dan di dalam pendidikan pendidikan formal dan
non formal sehingga sangat menunjang keduanya, karena sebagian besar waktu
peserta didik adalah justru berada di dalam ruang lingkup yang sifatnya
informal yaitu lingkup keluarga.
Berbagai penelitian yang dilakukan di banyak negara menunjukkan bahwa
kesinambungan dari keselarasan layanan di sekolah (pendidikan formal) dengan
pengasuhan di keluarga memberi dampak positif bagi keberhasilan anak di sekolah
dalam jangka waktu panjang. Karena itu program Kelas Orang Tua yang terwujud
dalam Jagongan Orantua/ Wali cahbocah SABS sebagai wujud pendidikan berbasis
keluarga sebagai ikhtiar agar mampu menguatkan peran keluarga sebagai media
pendidikan informal dan peran lembaga sebagai media pendidikan formal dalam
memberikan layanan pendidikan anak yang komprehensif (Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, Kemendiknas: 2011).
^O^
Proses pengasuhan anak yang terangkum dalam istilah pola asuh orang tua
merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi
kepada anaknya. Pengasuhan orang tua diharapkan mampu memberikan kedisiplinan
terhadap anak, memberikan tanggapan yang sebenarnya agar anak merasa orang
tuanya selalu memberikan perhatian yang positif terhadapnya. Pola asuh orang
tua sebagai suatu bimbingan terhadap anak untuk membentuk kepribadian yang
nantinya dapat diterima oleh masyarakat. Sehingga dapat dikatakan pola asuh
orang tua merupakan penjagaan, perawatan dan mendidik anak untuk belajar dewasa
dan mandiri. Sehingga dengan demikian adanya Jagongan Orangtua/Wali cahbicah
SABS adalah tindak sinergi antara pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal dan pihak keluarga sebagai lembaga pendidikan informal mewujudkan
pembangunan kepribadian anak. Memberikan tanggapan yang sebenarnya agar anak
merasa orangtuanya senantiasa mendukung aktivitas mereka. Juga menjadi salah
satu kegiatan yang dapat meningkatkan hubungan orangtua dengan pihak sekolah,
menjadikan orangtua tidak hanya disibukan saat proses pendaftaran dan
penerimaan hasil belajar saja. Lantas sebagai anggota dari masyarakat kita
mampu memposisikan diri seberapa besar porsi kita pada lingkungan, mampu
membedakan ranah pribadi dan yang boleh dicampuri.
Maka,
Mari bersinergi membangun negeri ^_^
Jika kata Ayah Edy Indonesia Strong From Home, kata
Risa Indonesia Strong From Triangle. Tiga pilar yang harus diselaraskan
keberjalanannya. PR Bersama kok! Makannya Ayoo :D