Rss Feed
  1. Di rumahku ada Dunia

    Thursday 18 September 2014

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)



    Selasa, 16 September 2014

            

       “Yu, tumbaske buku yaaa!” serunya sambil membagi fokus dengan buku tebal bergambar dinosaurus yang belakangan saya tahu dia pinjam dari perpustakaannya.
       “Buku apa?” tanyaku penuh antusias. Mendekatinya dan mengintip apa yang difokusi itu.
       “Buku dinosaurus gitu-gitu.” Jawabnya lagi.
       “Insya Allah besok tak ajak ke pameran buku yaa. Nanti kamu pilih sendiri bukunya.” Masih dengan nada yang sama, kali ini saya janjikan demikian. Siap mengagendakan pergi bersamanya.
       Buku-buku ensiklopedia, sirah anak-anak juga beberapa komik serta majalah trubus full collor itu resmi menjadi santapannya akhir-akhir ini. Bukan tentang tulisan yang tertera berjejer sedemikian rupa membentuk banyak paragraf, tapi berawal dari gambar gambar yang terpampang besar-besar itu Ksatria mulai membaca beberapa keterangan mengenai gambar tersebut. Dan ya sepertinya itu bisa dikatakan aktivitas membaca bukan? Minimal membaca gambar :v
       Menjadi tahu bagaimana tebalnya tembok China. Menyelaraskan percakapannya dengan Bapak Kios Jamur tentang proses penanaman jamur hingga pengolahannya menjadi ragam menu masakan. Juga keingintahuannya tentang ragam hewan dibelahan dunia sana. Juga celotehnya yang lain, celoteh tanyanya atau aksinya mengetes saya dengan buku barunya itu. Ahh Ksatria, terima kasih sudah menjadi temanku menyukai buku ^_^
    ^O^
       Teringat moment Ksatria mulai bersahabat dengan buku tersebut, ingat saya merambat pada forum lingkaran kecil saat evaluasi pembelajaran beberapa malam lalu di sekolah Ksatria. Tentang mengajak anak belajar dengan buku ^_^
       Sedikit menambahi dari hasil percakapan kemarin itu, mengajak anak membuka buku sepertinya lebih berat dari padi satu kuintal yang dipikul punggung. Ayah Bunda, mari membuatnya lebih ringan dengan semangat yang terus terngiang-ngiang ^_^
       Sepuluh M yang semoga dapat meringankan pembudayaan membaca. ^_^
    1.      Mengenalkan buku sejak dini
                   Langkah yang ditempuh Mas Jefri mengenalkan buku kepada Zaha dengan membiarkan Zaha membuka buku-buku beliau sudah menjadi salah satu tindak pengenalan buku. Namun jika masih ada kekhawatiran sebab buku yang disentuh anak adalah buku tebal bin mahal (yang malah bisa melukainya) atau buku penting yang masih penuh fungsi, Ayah Bunda bisa membelikan buku khusus untuk anak usia dini. Proses pengenalan ini bisa dimulai sejak anak mulai bisa melihat, Ayah Bunda bisa mulai mengajak anak membuka-buka buku. Buku warna-warni dari bahan tidak mudah rusak dan tidak berbahaya bahkan ketika si anak mengigitnya pun mencoba mencabiknya (saking gemasnya). :v Biasanya buku-buku macam ini disediakan di toko-toko buku besar, tanya saja pada petugasnya, ‘buku untuk anak usia dini (1 - 3 tahun)’. Saya pernah mengechecknya dibeberapa toko buku di Solo dan alhamdulillah ada ^_^ (jangan harap di Toko Buku Sriwedari ada hlo ya -_- ). Awalnya mungkin anak menganggap buku itu adalah mainannya, tapi berasal dari dia menyenangi mainan berwujud buku itulah dia insya Allah akan senang membaca buku dengan sebenarnya pada saatnya nanti.
                   Lantas isi buku yang bagaimana untuk mulai mengenalkan kepada anak? Ialah buku dengan banyak gambar warna-warni dan sedikit tulisan menjadi pilihan pertama untuk kegiatan ini. Gambar yang berwarna akan jauh lebih menarik daripada gambar hitam putih. Buku cerita yang cocok untuk anak usia di bawah lima tahun adalah yang memiliki banyak gambar dengan tulisan yang sedikit.
       “Tapi anak saya sukanya makan ig”
       “Anak saya sukanya bongkar-bongkar mainannya”
                   Alhamdulillah kalau begitu, berarti Ayah Bunda lebih dimudahkan untuk mendeteksi buku macam apa yang cocok untuk buah hati. Misalnya ketika si anak memiliki ketertarikan lebih pada makanan, coba ajak anak membuka buku resep makanan yang bergambar itu. Lantas mengajaknya untuk mencerna apa saja bahan dibalik menu lezatnya setiap hari. ^_^ Pun dengan anak yang suka membongkar bongkar mainannya. Ah siapa sangka si Kakak berbakat merakit kendaraan. Ajak anak membuka buku bergambar mobil atau hal serupa yang membuatnya senang itu. Jadi anak tidak hanya belajar bongkar tinggal, namun pelan pelan akan belajar bongkar-pasang :D
    2.      Memudahkan jangkauan buku
                   Buku memang benda ajaib. :D Namun bukan berarti ia harus ditarik dari ruang gapai anak. ^_^ Menempatkan buku atau bacaan pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh  anak adalah langkah kedua untuk membuat anak dekat dengan membaca. Buku tidak harus ditempatkan di tempat kusus atau ruang belajar. Selain di ruang belajar, buku dapat ditempatkan di sudut ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, mushola, atau tempat lain yang memungkinkan anak berinteraksi dengan buku. Dengan demikian Ayah Bunda secara sengaja telah menggiring dan menumbukkan mata anak-anak pada buku. Melalui itu, anak dengan mudah akan mendapatkan buku sewaktu-waktu diperlukan. Dan tentu saja Ayah Bunda perlu mempertimbangkan jenis bacaan apa yang perlu kita tempatkan di tempat-tempat itu.
    3.      Membuat perpustakaan keluarga


                   Serupa Rumah Aksara (nama calon perpustakaan saya) yang masih dalam proses, perpustakaan keluarga adalah ruang imaji dalam sebuah atap keluarga. Sebuah ruang baca yang tidak harus dengan banyak rak dan banyak buku. Keberadaan rak hanya sesuaikan dengan kebutuhan. Yang penting rak itu dapat difungsikan untuk menempatkan buku, menarik, dan mudah dijangkau anak. Buku dapat pula ditempatkan di atas meja dan keluarga dapat membacanya dengan duduk di karpet atau lantai. Setelah perpustakaan tersedia, kita perlu melibatkan seluruh anggota keluarga untuk beraktivitas membaca. Membiasakan setiap senja menikmati jingga ditepi jendela, dilanjutkan lantunan memuji.Nya seusai tiga rekaat dipenghujung hari. *Syalalala
    4.      Menunjukkan arti penting (menghargai) buku
                   Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan arti pentingnya atau menghargai buku, yang antara lain adalah merawat dan mengoleksi buku dengan baik, buah tangan setelah bepergian, hadiah ulang tahun, hadiah atas prestasi yang dicapai, dan mengajari anak menabung untuk membeli buku.
                   Langkah ini bisa mulai dikenalkan untuk anak usia tiga  tahun keatas. Ketika anak sudah tahu fungsi dari sebuah buku. Ajak anak untuk membereskan buku yang telah dibacanya, mengembalikannya ketempatnya, juga menjaga buku dari kerusakan.
    5.      Mendongeng atau membacakan buku cerita
                   Mendongeng atau membacakan buku cerita dapat dilakukan kepada anak-anak, khususnya bagi anak yang belum bisa membaca atau sedang belajar membaca (usia 1 – 5 tahun). Pembacaan cerita perlu dilakukan dengan baik (dengan memperhatikan lafal, intonasi, dan jeda yang tepat serta dilakukan dengan penuh penjiwaan) agar anak dapat merasa seolah-olah berada di dalam cerita tersebut.
                   Agar tidak terkesan pemaksaan, Ayah Bunda boleh mengajak anak memilih buku mana yang ingin dibacakan. (Jadi mulai mengoleksi buku cerita bergambar ya Bunda Ayah ^_^)
    6.      Memberi teladan membaca
                   Yups! Sebab gaya belajar anak yang masih mencapai tahap meniru (imitatif), memberikan teladan membaca melalui diri Ayah Bunda adalah cara paling efektif membuatnya terjun ke dunia baca. Memperlihatkan asiknya membaca kepada anak, semisal Ayah Bunda ingin mengajak anak membaca buku pelajarannya, coba Ayah Bunda berakting seperti ini,
                   “Ayah, Bukunya kakak bagus ya Yah, warna-warni banyak gambarnya.” Kata Bunda penuh antusias sembari membuka buku kakak.
                   “Hwah Iya ya Bund, ada gambar apa saja Bund?” Ayah menimpali sambil mendekati Bunda dan melihat isi bukunya.
                   *adegan Ayah-Bunda membuka buku pelajaran Kakak (*melihat buku tematik sekarang yang fullcolor :v)
    7.      Mengajak rekreasi edukatif
                   Rekreasi tidak selalu di tempat wisata. Rekreasi keluarga juga dapat dilakukan dengan mengajak anak ke toko buku atau perpustakaan. Di toko buku anak diberi kebebebasan untuk membaca sejumlah buku lantas membelinya. Biarkan anak memilih buku-buku kesukaannya. Gunakan tabungan anak yang selama ini dikumpulkan untuk membeli buku dan berilah tambahan secukupnya. Jika anak membeli buku, Ayah Bunda juga membelinya yaa ^_^ . Sementara itu, jika tempat wisatanya adalah perpustakaan, Ayah Bunda bisa membantu anak untuk menjadi anggota perpustakaan lantas meminjam buku yang diinginkan
    8.      Meminta anak bercerita dan berdialog
                   Langkah ini ditempuh ketika anak telah mulai terbiasa dengan membaca. Meski jawaban Ksatira Kedua sering tak sesuai harap, namun saya senang dia mau menjawab pertanyaan saya menyangkut isi buku bacaannya itu. Ayah Bunda harus tetap semangat menggali apresiasi anak terhadap bacaannya. Kelak dari pembiasaan semacam ini anak akan belajar berani berpendapat didepan orang banyak, yaa semacam pendidikan public speaking sejak dini ^_^
       “Yo, tadi itu buku tentang apakah?”
       “Dinosaurus.”
       “Hwaah Dinosaurus si gimana?”
       “Seperti gajah tapi lebih besar dan banyak macamnya.”
       “Macamnya apa aja?”
       “Lahh tanya mulu! Baca sendirilah!”
       Hening. Ngakak dalam hati.
       “Yo, Dinosaurus si hidup dimana? ” :v
    9.      Mengajak anak bereksperimen/ Studi Kasus
                   Agar pengetahuan atau informasi yang diperoleh dari bahan bacaan lebih bermakna, Ayah Bunda boleh mengajak anak untuk ”mengeksperimenkan” konsep-konsep tertentu yang telah dilahapnya dari buku. Melalui eksperimen, anak mengkonstruksikan pengetahuan dan menjadikan pengetahuan yang diperoleh itu menjadi lebih bermakna. Melalui kegiatan yang juga turut andil dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik dan efektif anak.
                   Sama halnya dengan bereksperimen, Ayah Bunda boleh mengajak anak untuk menyelsaikan kasus yang telah terjadi dalam kehidupan nyata. Semisal, saat Ayah sedang membaca koran, dan disana ada kasus tertentu yang sekiranya bisa dicerna anak. Ayah boleh meminta pendapat anak mengenai kasus tersebut. Pun dengan Bunda, saat Bunda melihat tayangan televisi Bunda dapat melibatkan anak dalam diskusi membahas tayangan televisi tersebut. Jadi dimanapun dan kapanpun anak diajak untuk belajar, tak hanya dari buku tapi apa yang disebut real life. ^_^
    10.  Memberi kesempatan mengarang/ berpendapat.
                   Semacam tindak lanjut lebih dari langkah nomor delapan sembilan, langkah kesepuluh ini masih tentang pellibatan anak diruang apresiasi. Pengetahuan yang telah diperoleh anak melalui kegiatan membaca perlu dikembangkan melalui aktivitas mengapresiasi. Bisa dengan menulis jika anak adalah penyuka tinta, bisa dengan dialog untuk anak penyuka bicara. ^_^ Nah berarti disiapkan kertas atau voice recorder ya Ayah Bunda ^_^ Melalui kegiatan mengapresiasi ini anak secara tidak langsung telah dilatih untuk berpikir secara kritis atas informasi bacaan yang diperolehnya serta kemampuan menuangkan gagasan dengan baik.
    ^O^
    Partisipasi aktif guru disekolah untuk meningkatkan minat baca anak juga sangat diperlukan. Guru harus memberikan contoh gemar membaca dan memiliki kemampuan membaca yang baik. Sebab dengan keterampilan berbahasa pula, guru dapat menjadi teladan yang baik bagi anak, baik yang berkaitan dengan performasi berbahasa (yang mencakup empat aspek keterampilan berbahasa) maupun dalam menghasilkan karya. Guru diharapkan dapat berperan sebagai figur yang dapat diteladani. Selain itu, guru aktif menyediakan bahan bacaan dan juga secara aktif meningkatkan kemampuan membaca anak. Semisal memberikan PR membaca satu buku kesukaannya, lantas menceritakannya didepan teman-temannya.
    Selain sebagai figur contoh, hal-hal berikut ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan guru dalam upaya meningkatkan budaya baca anak.
    1.      Menyediakan pojok buku (book corner) di ruang-ruang kelas
                   Bagi sekolah-sekolah yang sebenarnya memiliki koleksi buku yang memadai atau bahkan dalam jumlah banyak, tetapi tidak memiliki ruang perpustakaan (termasuk ruang baca) yang memadai, kegiatan ini dapat diterapkan. Prinsip dasar kegiatan ini adalah mendekatkan buku pada diri anak. Guru menempatkan sejumlah buku (misalnya 30 judul dan jumlahnya bisa disesuaikan) di sudut ruang kelas yang telah disediakan. Buku itu dapat ditempatkan dalam almari atau rak buku. Penempatan buku di kelas didahului dengan kegiatan pemetaan koleksi buku yang dimiliki sekolah. Hal ini dimaksudkan agar guru secara berkala dapat mengganti buku-buku itu dengan judul buku yang lain.     Demikian pula yang dilakukan di kelas lain. Guru juga menyediakan buku pinjam. Selanjutnya, anak di ajak membaca dan membuat ringkasan atau sinopsisnya dalam buku yang telah ditentukan. Untuk melatih tanggung jawab anak, guru meminta anak untuk mencatatkan judul buku yang dipinjam, tanggal pinjam, dan tanggal kembali pada buku pinjam yang telah disediakan. Jika dalam jangka waktu tertentu buku-buku itu telah dibaca oleh anak, guru menggantinya dengan buku lainnya.
    2.      Melakukan kampanye membaca
                  
    Guru perlu membuat program kampanye membaca dan memilih dan menentukan pemenangnya. Anak-anak dapat meminjam buku yang telah tersedia di pojok buku, perpustakaan sekolah, atau perpustakaan lainnya dan meminta mereka menyusun sinopsis (untuk buku fiksi) atau rangkuman (untuk buku nonfiksi). Dalam setiap minggu anak dapat meminjam 1-2 buku (fleksibel menurut kebutuhan). Setelah itu, anak-anak ditanyai tentang isi buku yang dipinjam.  Bentuknya bisa berbagai macam: anak diminta mengulang cerita yang dibaca di depan kelas atau menjawab pertanyaan dari guru seputar isi buku yang dibaca. Bagi anak yang bisa menjawab atau menceritakan dengan baik atas buku yang dibacanya, anak itu bakal dapat ‘reward’ di bagian belakang buku harian anak tersebut. Pada akhir semester, guru akan mengumumkan 3 anak pembaca buku terbanyak dan mereka akan mendapat hadiah. Program ini dapat memicu dan memacu minat baca anak. Mereka akan berkompetisi untuk mendapatkan predikat pembaca terbaik atau terbanyak.
                   Untuk lebih menggairahkan anak membaca, guru juga dapat memrogramkan pemberian hadiah tambahan yang berupa voucher. Misalnya, kalau anak berhasil mengumpulkan 5 tanda bintang, ia akan mendapatkan voucher  minum (drink voucher).  Itu murah sekali, tapi yang penting bagi anak-anak adalah reward terhadap usaha mereka.
    3.      Meningkatkan kemampuan membaca anak
                   Makin maju dan berkembangnya informasi yang dikemas dalam bentuk tulisan, khususnya yang berupa buku, menjadi tantangan bagi guru. Guru dituntut memiliki keterampilan membaca dengan baik. Namun demikian, karena kita tidak memiliki banyak waktu, kita bukan sekadar dituntut memiliki kemampuan membaca, tetapi yang diperlukan adalah kemampuan membaca cepat dan efektif. Berkenaan dengan pembelajaran membaca, guru bisa berkenalan dengan faktor-faktor yang menghambat anak dalam membaca cepat dan efektif lantas berupaya secara optimal untuk meningkatkan kemampuan membaca anak hingga sampai pada taraf yang efektif. ( mungkin bisa coba menerapkan berbagai strategi membaca efektif dan efisien, seperti SQ3R (Survey-Question-Read-Recite-Review), PQRST (Preview-Question, Read-Summarize-Test), dan sebagainya. :v )
    ^O^
    Dan dari segi peran pemerintah jelas tak kalah diperlukan dan sangat menentukan. Persoalan ketersediaan buku atau bacaan, misalnya, penanggulangannya menuntut campur tangan pemerintah. Meminjam istilah Bapak Ajip Rosidi, masalahnya terlalu nasional untuk hanya dipikirkan dan diatasi oleh inisiatif sementara orang atau  usaha swasta. Masalahnya terlalu besar untuk hanya dihadapi secara sporadis. Sebagaimana telah dikemukakan, penyedian buku berkaitan dengan usaha pengadaan perpustakaan, baik perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, maupun perpustakaan perguruan tinggi. Selain itu, untuk memperluas jangkaun pelayanan pada masyarakat dalam hal akses baca, pemberdayaan perpustakaan keliling menjadi pilihan penting yang mendesak untuk segera dilakukan. Pendistibusian ala Toko Roti ex: Dika sepertinya bisa jadi refrensi management Perpustakaan Keliling. :D Penyediaan buku-buku yang baik, berbobot dan memperhatikan konteks untuk mengisi dan melengkapi perpustakaan-perpustakaan tersebut akan makin memprovokasi anak-anak dan masyarakat agar gemar membaca.
    Upaya lain yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah pemberdayaan pustakawan atau pengelola perpustakaan. Tidak tersedianya pustakawan atau pengelola perpustakaan di sekolah—atau ada, tetapi tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan—menyebabkan  koleksi buku yang dimiliki tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh anak.
    Selain membantu pemberdayaan perpustakaan dengan memberi hadiah atau hibah buku, peran masyarakat dapat diwujudkan antara lain dengan menerapkan jam belajar. Misalnya, warga masyarakat bisa menyepakati waktu belajar dari pukul 19.00—21.00 dan pada jam itu disepakati tidak menghidupkan televisi. Komitmen ini diperlukan dalam upaya menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kegiatan belajar bagi anak-anak. Upaya ini tentu tidak akan membuahkan hasil yang optimal jika orang tua pada jam tersebut tidak terlibat dengan aktivitas belajar.
    Dan akhirnya, semuanya kembali kepada bagaimana kita mulai membudayakan membaca mulai dari diri sendiri. Membaca setiap hari meski satu kalimat. ^_^
       Mari membuka buku ^^

  2. 0 comments: