Rss Feed
  1. Salam Penyetaraan!

    Monday 1 September 2014

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)



    Sabtu, 23 Agustus 2014



                Bukan tentang Rina, Risa, Mas Heri ataupun Mas Huda. Ini adalah tentang apa yang diamanahkan kepada kami melalui para tetua (Mbak Sita dkk). Amanah menyampaikan tujuan baik untuk kemudian ditindaklanjuti agar mendapat massa cukup banyak menunaikan amanah yang lebih besar. Amm pada intinya kami harus menyampaikan. Sudah itu saja.
                Auditorium UNS pukul delapan lebih tiga puluh menit, saya stand by di timur rektorat, meninggalkan perkuliahan yang baru saja berjalan (Semoga Anda memaafkan mahasiswi Anda ini). Berbekal janji untuk berkumpul membahas teknis penyampaian, saya melangkah menuju Danau Pertanian. Mas Heri sudah stand by rupanya, disusul saya dan Rina yang datang bersamaan tanpa janjian. :v bertiga berbatik.
                Membahasa prolog hingga epilog tentang bagaimana mengelola panggung dan pemirsanya juga bagaimana berkoordinasi dengan rekan istimewa bersuara surga bernama Mega itu :D tak ada tiga puluh menit kami membahasnya. Proses yang cukup instan hmm tapi setidaknya kami berusaha menyiapkannya :P
    ^O^
                Dua lagu itu resmi mengisi ruang dengar seluruh penghuni auditorium UNS hari Rabu lalu. Memukau pendengarnya dengan lantunan kebangsaan. Pun menjadi tiket kami (Rina, Risa, Mas Heri) membuka penyampaian.
                Memperkenalkan diri sebagai delegasi GAPAI, Gerakan Peduli Indonesia Inklusi. Sebuah wadah terkecil untuk mereka yang ingin meyuarakan penyetaraan untuk rekan istimewa :”) Berdiri di dibawah naungan Pusat Layanan Difable UNS GAPAI berhasil menggandeng banyak rekan dari berbagai fakultas di Universitas Sebelas Maret, setidaknya tidak hanya rekan Program Study Pendidikan Luar Biasa saja yang turut membersamai langkah penyetaraan ini. Pun sebagai organisasi dengan visi untuk menyongsong Indonesia Inklusi sehingga mampu menjadikan Indonesia lebih bertoleransi dan lebih peduli. Seperti kita ketahui ketika kita saling menjaga peduli terhadap sesama, peduli terhadap Indonesia sehingga kita sama – sama saling bersinergi, saling bersatu padu memanusiakan manusia. Karena masalah bangsa bukan hanya masalah untuk pemerintah namun ini adalah masalah kita bersama. Bukan hanya menjadi lilin yang mengukutuk kegelapan namun menjadi penerang yang memberikan pencerahan lantas menyalakan lilin kedamaian, begitu tutur Anies Baswedan.
                Jika di Amerika Inklusi adalah penyetaraan warna kulit, dimana si hitam dan si putih boleh saling mengasih. Maka menyongsong Indonesia Inklusi adalah tentang kebersamaan untuk menunaikan kewajiban dan hak sebagai warga negara Indonesia yang menjunjung tinggi kebhinekatunggalikaan. Menyetarakan semua manusia tanpa memandang beda kelengkapan raga. Sebuah pendekatan untuk saling sadar diri mengenai berbagai macam karakteristik dalam diri manusia. Seperti semboyan Negara kita Bhinneka Tunggal Ika. Walaupun kita berbeda – beda namun kita tetap satu. Kita tetap satu Indonesia. Dan UNS sudah membuka pintu gerbang Kampus Inklusi melalui Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, membawa Mega dalam ruang belajar di Program Studi Pendidikan Luar Biasa :”)
                Resmi menjadi mahasiswi UNS, resmi pula membuka pintu gerbang inklusi di kampus hijau ini. Mega menjadi pionir untuk rekan istimewa lainnya. Memupuk kepercayaan diri mereka untuk tetap berbaur dengan yang lain, pun menumbuhkan kepedulian lebih bagi mereka yang belum menjamah inklusi.
                Mari menjadi manusia yang memanusiakan manusia :”) Memahami bahwa tak ada kegagalan dalam peciptaan manusia. Tak ada kata gagal dalam kamus rencana.Nya, pun manusia yang berbeda raga ^_^
                Mari menjadi manusia yang memanusiakan manusia :’) menegakkan langkah penyetaraan untuk menepis perbedaan. Menyandingkan keduanya untuk meneruskan perjuangan mengisi kemerdekaan :”)
                Mari, kami siap membersamai ^_^


  2. 0 comments: