Rabu, 19 September 2012
“kamu
di bayar berapa buat pentas semalem ?”
Itu
sms dari penonton sekaligus teman (untuk mempermudah posisi dia dalam daftar
hidup saya). Asli saya greget sekali. Rasanya ingin membalas sms itu tapi
kayaknya kok enggak penting gitu.
Dalam kepanitiaan
saya juga menjadi humas. Huhu agak repot ternyata!! Soalnya selain harus fokus
latihan dalam proses pementasan juga tidak boleh lupa dengan peran dalam
kepanitiaan. Padahal kalau secara dipandang profesional itu tidak boleh.
Panitia ya panitia aja enggak usah ikut main gitu but di PERON itukan ceritanya
lagi belajar yaa wajar (katanya).
Alhamdulillah,
penontonnya banyaaakk, tiket 200 lembar abis tanpa ampas #yeaaahh
Bareng Mis Mumunce
|
Maryam
juga dayang haha iyalah masa saudara kembar siam di hatinya mau perform kagak
dateng (saya maksudnya). Saya bahagia atas kehadirannya, serupa suport tanpa
pom pom, terlebih saya sempet merasa sendiri saat melihat Sitha sama Mas Sandi
saking nyemangatin pas mau pentas, Mas Okta menenangkan Marsha, Rija sama
Puput, huaaaah rasanya kok yaa nyesek gimana gitu hahha but I have Maryam :P.
She is my heroo pokoknya :D mumumumuuuuumu
Dan di sela banyaknya penonton itu, ada satu insan yang tak saya yana
dateng. Benar benar penonton tak terharapkan. Sebutnya saja nama tokoh ini si
P. Oke.sip!!
Si P
itu teman satu organisasi saya, saya agak kurang sreg sama sifatnya yang ammm
kayak bakwan gitu. Mlempem dan bikin slilitan.
Tadi siang sehari setelah malam pementasan dia
bertanya tentang honoroium pementasan. Asli ndak penting banget kan?! Harus ya
semua di nilai dari materi?! Harus gitu?!!! Terus misal kalo enggak gitu dosa
banget apa yaa?!HERAN.
Saya ingin mengetik:
“Penting
banget yaa buat tahu di bayar ato gagnya artis dalam setiap pementasan?!hah apa
Cuma sekedar uang alat ukurnya?! Sebuah Proses pementasan teater (khususnya)
itu bukan soal uang atau honorium. Itu lebih ke totalitas dan loyalitas dari
tiap elemen yang terlibat. Kamu pikir seusai perform semua langsung duduk
melingkar lalu satu persatu menerima cek dengan nominal rupaih yang banyak
nol.nya hah?! Gag bung!!
Kita
proses untuk mengapresiasikan seni. Menyampaikan pesan tanpa maksud menggurui.
Berbicara namun dalam peran drama. Bukan hanya untuk di dengar namun juga di
resapi. Kami tak terlalu pandai berorasi seperti kamu yang teriak teriak di
depan kantor pemerintah untuk menurunkan harga sembako. Kami sebagai seniman
sering bermodal tinta untuk bersuara. Diam bertindak dalam kata. Memang tak
semua terdeangar, namun apa kamu kira teriakanmu itu jelas terdengar?!
Oke.
Saya tidak mempermasalahkan cara kita untuk menunjukan eksistensi diri, karena
setiap insan memang memiliki cara masing masing tho?! saya hanya ingin sedikit
berbagi. Ehmm bukan ding anggap saja saya sedang berbicara mengenai cara
pandang. Jika bagi kamu rupiah adalah tolak ukur eksistensi. Sudah berapa
milyar yang terkumpul olehmu?! Bukankah kamu bisa dikatakan aktivis kepanitiaan
yang ada dimana mana?!”
Saya bermain peran bukan untuk mencari nominal.
Saya hanya ingin sedikit memandang dari sudut yang
berbeda sembari berapresiasi pada seniman seniman hebat tentunya. Terima kasih
sudah datang!
Selamat bergabung dalam Kelompok Peron Surakarta Mahasiswa Pekerja Teater FKIP UNS. Saya alumni PERON.... 5 Tahun bergabung... terlibat dalam puluhan produksi. Saya tidak pernah dan tidak mengharapkan imbalan. Mampir ke blog saya ya hroen20.blogspot.com
Subhanallah :") Salam kenal mas :") Mas alumni angkatan berapa? Alhamdulillah saya kemarin sempat berproses untuk pentas produksi 67 mas, :) pentas produksi pertama untuk si bawang kencur ini :D sebelumnya hanya didepan layar jadi lighting :D Kebersamaan dan kekeluargaan lebih dari cukup untuk imbalan apapun :") banyak hal yang tidak diukur dengan materi :")Proses berkesenian di teater selalu memberi kesan indah bagi saya :")
Hehe terima kasih atas apresiasinya mas :)