Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Lumayan berfikir keras untuk
menyeleksi permainan paling berkesan, mengingat semua permainan yang saya
lakukan diwaktu kecil masih mengendap segar di memori. Terlalu sayang untuk
terlupa. Dan setelah melalui seleksi yang cukup panjang juga menyita banyak
waktu, terpilihlah “Petak Umpet” menjadi pemenangnya. Permainan sederhana
penyumbang bahagia yang akan saya ceritakan.
Kamis,
27 Februari 2014
Lets
Play Together! :D
Just
share your memoreable play event on your childhood, please! :”)
Diawali dengan pembuatan sebuah
lingkar cukup besar, lalu dengan jarak kira kira satu hingga tiga meter untuk
dibuatkan garis seratus delapan puluh derajat (garis lurus), juga susunan
pecahan getheng di tengah garis lingkar. Kemudian satu persatu pemain
melemparkan gachoan.nya, kalau jaman
saya itu terbuat dari pecahan gentheng (kalau semakin pipih dan agak cembung
bisa tepat sasaran mendaratnya). Dalam proses pelemparan gacho tersebut,
usahakan agar gachoan kita itu tidak keluar dari garis lingkar yang telah
dibuat. Pemain dengan gacho (di luar lingkar) dan terjauh atau terdekat (di
dalam lingkar) dari garis lingkar akan diamahi untuk menjaga agar susunan
pecahan gentheng itu tetap tersusun di singgasananya serta mencari rekan
rekannya yang telah melesat mencari tempat persembunyian. Yups, pemain tersebut
resmi menjadi sosok penjaga sekaligus pencari, menjaga menara pecahan gentheng
dari serangan musuh musuh tak terduga, dan mencari para musuh yang masih
bersembunyi. Haha harus memiliki strategi jitu disini. Jika menara tersebut
roboh oleh pemain yang bersembunyi tanpa sepengetahuan si pemain jaga, tetaplah
pemain jaga bertugas menyusun, menjaga, dan mencari kembali pemain lainnya,
namun jika pemain yang jaga berhasil menjaga berdirinya menara hingga semua
pemain yang bersembunyi tertemukan, maka permainan diulang kembali seperti yang
saya tuturkan di awal.
Petak Umpet dengan bahasa kerennya
di tempat saya (Ambal, Kebumen) Umpet – umpetan, di Solo delikan, di Gombong
Kebumen dul dulan, di Cilacap galipo, bukan semata tawa bahagia saat berkumpul
bersama rekan sebaya, bukan semata sebab menang kalah, bukan semata pula
tentang gachoan tepat ndarat, tapi melalui petak umpet ini, saya menemukan
sebuah room X. :D Sebuah ruang imaji
yang mengantarkan saya pada dunia dibalik cermin, melihat sosok rekan rekan
sebaya tanpa mereka melihat saya, lalu saya akan muncul ketika mereka telah
menyerah menanti saya diketemukan. :D Tempat rahasia inilah yang membuat petak
umpet menjadi begitu mengesankan bagi saya. tidak serahasia agen FBI sih
sebenarnya, sebab kulit saya yang kelam mendukung dimanapun saya bersembunyi.
Mayoritas kami bermain seusai ngaji di langgar atau kala bulan penuh, jikapun
siang kami biasanya main di kebun dengan banyak pohon, jadi sisi gelap bayang
benda itulah yang berpadu dengan gelap kulit saya sehingga menyulitkan rekan
rekan menemukan saya. Dan perlu dicacat, begini begini saya pernah memiliki
sejarah menjadi makhluk termini diantara teman teman saya (ya iyalah, mainnya
aja sama mbak dan mas kompleks rumah) haha.
Hari itu benar benar melesat ke era
sembilan puluhan, membiarkan diri terhisap memori canda ala bocah sederhana
namun bahagia tanpa gadget, tanpa remote control, tanpa tv kabel, bahkan tanpa
balon aneka bentuk dan aneka warna. Kami (rekan rekan saya era 90an) telah
cukup bahagia dengan sebuah kebun lapang dengan rindangnya tanaman sebagai
markas besar jaringan tersembunyi (petak umpet). Lumpur lumpur liat basah
perangsang motorik halus dan pewujud aneka bentuk hewan, kendaraan, hingga
benda abstrak lainnya (main lumpur, rumah rumahan). Tangan tangan yang saling
bertepuk dalam irama domikado atau miami (miami, domikado, tong tong bolong).
Untaian karet yang saling bersambung dan menginstruksikan untuk melompat dalam
hitungan hingga tiga puluh jenis lompatan (lompat tali, gudril). Garis garis
persegi hingga setengah lingkaran yang menuntut kami melompat tanpa menginjak
garis dengan tiket sebundar pecahan genteng (Engklek, sura manda, taplak
gunung, gobak sodor). Susunan pecahan genteng yang terjatuh sebab gelindingan
bola plastik bekas (ultrakol). Berpuluh batu batu kecil yang kami sebar
kemudian kami ambil melalui proses melempar satu batu keudara dan mengambil
batu lain diwaktu bersamaan dan siap menangkap batu yang diudara (gatheng, bekelan)
atau sekedar melempar batu di area yang ditentukan lalu mengambil lagi tanpa
menggerakkan batu yang lain (malingan). Tak ketinggalan membuat ragam menu
spesial dari tanah, irisan daun mangkok, tali putri, juga ragam kembang taman
lainnya dalam sebuah gubuk yang disebut rumah rumahan, berbagi peran menjadi
sosok ayah, ibu, dan anak, dengan sebelumnya mengadakan moment manten mantenan.
Juga cukup bahagia dengan potongan kertas dengan bentuk avatar manusia super
imut dan cantik yang dilengkapi guntingan guntingan banyak baju baju ala nonya
nyonya kaya, bungkus rokok dan pasta gigi sebagai dinding pembatas wilayah,
bungkus korek api sebagai lemari pakaian, kursi kursi kertas buatan sendiri
juga aneka perabot indah khayalan kami (mini minian, bongkar pasang). Kami
telah cukup bahagia dengan semua itu. Sungguh!
Benarkah?
Tentu saja benar, kami benar benar
bahagia. Meski kadang tangis sempat membuncah, kecewa sempat tersirat, marah
kadang menyerang, namun kami tetap mampu mencerna semuanya dalam bungkus tawa,
bahagia sebab kebersamaan cengkrama rekan sebaya. Bagi kami, bermain adalah
tentang menikmati moment bersama banyak rekan, bercengkrama, atau sekedar
berlarian mengejar anak angin. Paham benar tentang makna sebuah bahagia,
menikmati moment, mensyukurinya penuh ceria.
Lantas kemanakah ragam permainan
penyumbang tawa itu? Punahkah bersamaan dengan hilangnya dinosaurus di
peredaraan makhluk hidup? atau menguap sebab panasnya arus globalisasi yang
dengan ramahnya mengajak anak memiliki dunia di genggamannya?
Mereka, permainan permainan itu,
tidak menghilang, tidak musnah, apalagi punah, mereka hanya sedang diam.
Menunggu tersampaikan kembali, menuggu ditemukan kembali. Layaknya saya yang
menunggu ditemukan pemain lainnya, mereka pun demikian. Menunggu ditemukan,
untuk kemudian terangggap ‘ada’ kembali. Sebab nyatanya, meski arus globalisasi
dan kemajuan IT kian deras, meski tanah tanah lapang kian berkurang, meski
orang orang tua jarang mengajarkan, sejatinya anak anak tetap bermain. Anak
anak tetap berkembang sesuai tahap perkembangannya, orang tua tetap menyediakan
ragam fasilitas pendukung perkembangan anak, dari mainan hingga media
pembelajaran. Sayangnya ragam mainan itu, banyaknya media pembelajaran itu,
banyak tersedia di toko, mudah ditukar dengan lembaran lembaran rupiah atau
dolar. Kemudahan yang lagi lagi melenakan.
Tidak dipungkiri, softfile games games edukatif telah beredar di
gadget gadget anak anak. Orang tua kian cerdas memilihkan mainan untuk anak
mereka. Kognitif, psikomotorik, juga linguistik anak juga cukup berkembang
dengan games games tersebut. Sayangnya, raga mereka tak lagi setangguh kita.
Anak anak terlalu dilindungi oleh atap permainan maya, bermain air tapi tak
basah, bermain api tapi tak panas, terpeleset tapi tak lecet, terjungkal tapi
terpingkal. Dan saat kaki mereka menginjak lumpur, kuku menghitam kena tanah,
terguyur hujan, berkeringat atau kepanasan bisa demam dua hari. Hmmm
Petak umpet, gobak sodor, engklek,
gatheng, gundu, gangsing, panggal, dakon, lompat tali, suro manda, layangan,
dan seabrek permainan tradisi (era 90an) lainnya, sungguh tak semata
mengajarkan tentang sportifitas, kerjasama, strategi, kejujuran, tanggung
jawab, kepedulian, dan ragam sifat positif lainnya, mereka juga mengajarkan
bagaimana bermain dengan alam. Menyatu dengan atmosfer semesta tanpa embel
embel harga uang. Ayolah, permainan permainan itu secara tidak langsung akan
menuntun raga untuk beradaptasi dengan alam. Mengenal ragam resiko dan problem
solving dengan lebih real (nyata).
Jadi, tanpa menyalahkan siapapu atau
apapun, saya hanya ingin mengajak bermain petak umpet :D Ayoo temukan permainan
permainan masa kecil kalian. Di sudut sudut kerajaan kenangan kalian. Jika
sudah ditemukan, ajak adik adik kecil itu mengenal mereka, salurkan kebahagiaan
kita dulu pada mereka. Sejenak meletakkan flappybird,
joystick, dan gadget lainnya. Men.sut down gadget sebentaaaar saja :D
0 comments:
Post a Comment