Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Hari
ini engkau bertanya tentang rupa Tuhan.
Seperti
apa hidung.Nya? Apa warna bola mata.Nya? Bagaimana kaki.Nya? Sebesar apa
tangan.Nya yang mampu memeluk semua hati manusia? Apakah Dia cantik? Atau
Setampan apa Dia? Juga bertanya tentang makanan favorit dan siapa idola.Nya.
Ku
hela nafas dalam dalam. Mengisi ulang ruang paru dengan oksigen penuh.
"Kamu
mulai menumbuhkan keyakinanmu, Nak. Ya Rabbi, izinkan hamba menyatakan betapa
agung.Nya Engkau dalam segala rupa kebijakan.Mu atas segala nikmat untuk umat
manusia." lirihku membatin.
“Pertama
tama, Dia itu tak sebanding dengan manusia yang berhidung, bermata lentik,
bertangan hangat, berkaki jenjang, juga manusia yang cantik ataupun rupawan.
Nak,
Dia lah yang menciptakan kita. Manusia, bumi, dan segala isinya.”
"Matahari,
bulan sama bintang juga bu?" tanyamu dengan mata berbinar, mencari jawab
atas sebuah kekaguman.
"Iya
Sayang. Allah itu lebih mulai dari sekedar mata lentik dan hidung mancung.
Allah itu lebih indah dari sekedar wajah tampan atau cantik. Allah itu lebih
keren dari kaki jenjang dan tangan kekar. Percayalah Nak, tak ada ketepatan
kata untuk menggambarkan sosok Allah SWT kecuali dengan keMahaBesaran tiada
dua.Nya. Keesaan Mutlak yang memang hanya satu. Dan untuk sebuah Dzat yang tak
terdefinisikan kemuliaan.Nya itu manusia tidak dimampukan untuk membayangkan
sosoknya."
"Tapi
bagaimana kita bisa percaya dengan apa yang tidak terlihat Bu? Kan kata Om
Weasley jika kamu tidak tahu dimana letak otaknya, kamu tidak diharuskan
percaya dengan ucapannya."
Ah
ya, malam minggu kemarin, kami baru saja merampungkan episode kedua Harry
Potter. Nasihat cerdas dari Kepala Keluarga Weasly, Arthur Weasley untuk putri
bungsunya, Ginny Weasley.
"Kamu
tahu mata kita, hidung kita, telinga kita, lidah kita, juga semua hal yang kita
miliki ini, adala bukti nyata bahwa kita telah diciptakan oleh Sang Pencipta
Tunggal yang Maha Besar itu, Allah, Nak."
"Kuda,
Beruang, Panda juga?" kali ini alismu terangkat satu, masih mencari jawab.
"Iyaa.
Semuaaaaaanya. Kita bisa melihat karena apa?"
"Karena
punya mata,,"
"Nah
iya, mata itu pemberian Allah buat umat manusia, buat kita. Bayangkan, mata
kita yang indah ini bisa buat liat bunga, liat pelangi, liat film, liat ikan
berenang, juga melihat hal hal indah lainnya. Dan ini diberikan gratis, ndak
bayar. Hayoo, mau nikmat mana lagi yang mau di sangsikan?"
"Tapi
ada lo Bu temennya kamu yang enggak bisa jalan. Terus kemarin juga Kamu liat
ada anak yang ndak bisa melihat. Itu gimana Bu?"
"Ketika
Kamu melihat mereka, apa yang Kamu rasain?"
"Kasihan
Bu, mereka jadi enggak bisa main kejar kejaran, enggak bisa main futsal, enggak
bisa naik sepeda, terus juga enggak bisa liat pelangi sama nonton tivi
bu."
"Sekarang
kamu liat diri kamu."
"Hmm
iya Bu, Kamu masih punya kaki yang utuh dan bisa buat jalan, terus bisa liat
film sama liat tivi juga."
"Maka
dari itu kita harus bersyukur, sebab Allah sayang sama kita dengan memberikan
kita kelengkapan anggota badan. Kalau kita bersyukur nanti Allah akan menambah
nikmat kita hloo..."
"Berarti
Allah enggak sayang sama yang enggak bisa liat gitu Bu?"
"Allah
itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, jadi tidak ada satupun makhluk.Nya yang
tidak disayang sama Allah."
"Hla
kok ada yang enggak diberi nikmat melihat sama enggak diberi kaki Bu?"
"Ammm
kamu, temen temen kita yang enggak bisa melihat, enggak bisa jalan, ataupun ada
anggota tubuhnya yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya itu berarti mereka
diberi nikmat untuk dimudahkan menjaga satu ruang dari dosa. Kaya misalnya
mereka dimudahkan untuk tidak mendzalimi mata dengan melihat film sampai larut
padahal besok masuk sekolah. Mereka dimudahkan untuk tidak mendzalimi tangan
dengan mengambil bukan hak.nya. Mereka dimudahkan untuk tidak mendzalimi telinga
dengan menguping atau mendengar hal hal yang dirahasiakan orang. Terus mereka
juga dimudahkan untuk tidak mendzalimi lisan dengan membicarakan keburukan
keburukan temenya, menggosip itu Kamu."
"O..gitu
ya Bu." teriring anggukan yang baragkali mewakili kepahaman. Lantas dengan
tatap agak menerawang, kamu tersenyum sesudah.Nya.
"Nak
inget sama Nabi Musa as?"
"Yang
melawan Raja Fir'aun itu kan bu?"
"Dulu
Nabi Musa as juga pernah menyatakan keinginannya untuk melihat Allah."
"Gimana
bu gimana?" serumu tak tertahankan. Ada binar baru disana.
"Jadi
to, dulu sewaktu Nabi Musa sedang merenung di Bukit Sinai atau Bukit Thursina
untuk menerima kitab apa?" ujiku tiba tiba.
"Kitab
Taurat?" celetuknya agak meragu.
"Iya, waktu Allah hendak
memberikan kitab Taurat untuk Nabi Musa di Bukit Thursina itu, Nabi Musa itu
menyatakan kerinduannya untuk melihat wajah Allah. berliau memohon 'ya Rabb
perlihatkanlah Dirimu keapadaku , agar aku dapat memandang Engkau'."
"Terus Allah muncul gitu
Bu?"
"Belum.
Nah Allah kan mendengar permintaan Nabi Musa as itu, terus Allah berfirman
'Engkau sekali-kali tidak akan mampu melihatku, tetapi arahkanlah pandangan
engkau ke gunung itu. Maka jika ia tetap pada tempatnya , niscaya engkau dapat
melihat.Ku'. Di sebelah bukit Thursina itu kan ada gunung yang menjulang
tinggiiiiii sekali. Nah Allah itu meminta Nabi Musa as untuk melihat kearah
gunung itu, jika saat dilihat gunung itu masih utuh maka Nabi Musa as akan
mampu bertemu dengan Allah."
Hemm
menghela nafas sebentar, ku rengkuh segala kagum atas kisah itu.
"Dengan
semangat Nabi Musa as pun segera memandang ke gunung disebelahnya itu. Dan Kamu
tahu apa yang terjadi?"
"Allah
di gunung itu?"
"Gunungnya
ambruk Kamu. Rata dengan tanah dalam sekejab. Menjadi butiran butiran debu yang
mengahambur di udara. Dan kamu tahu bagaimana keadaan Nabi Musa as?"
"Ihh
Bu aku merinding." gigilnya sekamu duduk mendekat, satu jengkal disamping
kananku.
"Nah
kamu yang hanya membayangkan saja sudah merinding ketakutan. Nabi Musa as saat
itu sampai pingsan hlo. Beliau tidak sadarkan diri seusai melihat kuasa Allah
tadi. Dan sewaktu beliau sadar, beliu lantas memohon ampun atas permintaan
beliau untuk melihat wajah Allah. Memohon maaf atas kelancangannya."
"Jadi
kita ndak boleh tanya wajah Allah ya Bu?"
"Bukan
ndak boleh Kamu, boleh bertanya tapi jangan lupa bahwa semua nikmat dan apapun
yang terjadi pada kita ini ada bukti keberadaan Allah tanpa harus kita saling
tatap denga.Nya."
"Iya
nanti bisa bisa semua manusia pingsan masal ya Bu. Hehehe." kekehnya
menutup percakapan sore ini.
Jumat, 21 Maret 2014
-R-
0 comments:
Post a Comment