Rss Feed
  1. Kamarku Berjamur?!?

    Tuesday, 18 March 2014

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    Minggu, 16 Maret 2014

                “Bu, masa ya kamarnya Mbak Risa itu jamuran!” Adu Azarine pada Ibunya, seusai dia membajak kamar saya. Sementara saya hanya tertawa.
                “Tenan to Mbak?” Sangsi Ibu Azarine.
                “Enggeh Bu, tenan. Hehe” jawabku ringan.
                “Pokoke sesuk aku gaweke ngono kae hlo mbak! Nag emoh tak kandake Mr.Hologram!” Ancamnya penuh kesungguhan. Lucu.
                “Anu opo to Rin?”
                “Kae hlo dadi kamare mbak Risa ki dihias jamur jamur ngono hlo!” jelas Azarine pada Ibunya.
                “Owalah, jamure ki jamur hiasan kamar to Mbak? Yarin ki, takiro jamur tenanan.”
                “Hehehe.” Cengir Saya dan Azarine kompak.
    ^O^
                Jamur itu mulai tumbuh saat liburan lalu, meski musim hujan masih jauh dari tanggal, jamur telah subur
    Foto: Risa Rii Leon
    dikamar saya. Tepatnya menjelang ujian tari semester lalu, tertanggal 6 Januari 2014. Ketika insomia benar benar menjajah jatah tidur malam saya, di sela penyusunan laporan pertanggungjawaban pengurus di Kelompok Peron untuk Pleno tanggal 8nya, saya menyirami dinding dengan serbuk kreativitas. :D Sejumlah sterofom dan kertas sisa pembuatan media belajar tugas mata kuliah, yang kemudian saya padu padankan dengan lem, aneka bentuk, dan lain lain. Jadilah kamar saya sedemikian rupa. :D
                So? Welcome to My Wonderland ^_^

    Foto: Risa Rii Leon


    Foto: Risa Rii Leon

    Foto: Risa Rii Leon
    Foto: Risa Rii Leon

                Kerajaan Jamur :D
                Lantas mengapa harus jamur?
                Sebab disanalah para peri pembawa keajaiban tinggal, ku sediakan banyak rumah untuk peri peri itu, agar mereka sedia bermukim disana. Menemaniku dengan banyak keberuntungan. Haha demikian jawaban ruang imajiku.
                Fungi, itu cinta pertama Bumi. Saat bumi masih terdiri dari satu daratan bernama Pangaea lantas berlahan terbagi menjadi dua daratan Gondwana dan Laurasia hingga bumi menjadi seperti sekarang ini. Semenjak lapisan Silisium Almunium bebas terapung di atas lapis Silisium Magnesium, meski bumi masih jauh dari peradaban manusia, ada satu peradaban yang kala itu telah berkembang pesat. Ya, sebuah Kerajaan Fungi. Entah dari jenis apa, tapi yang jelas sebab fungilah bebatuan itu merapuh dan menjadi remah remah tanah. Melapisi impermeable bermeter meter hingga mampu dihiasi akar dan ragam tanaman penunjang kehidupan. Fungi meluluhlantahkan cadas karang yang maha keras, melembutkannya dalam cantiknya serpihan pasir karst. Berawal dari hal tersebut, terkadang saya berfikir untuk menjadi fungi, sekalipun ia dipanjang sebelah mata sebab ada beberapa dari dia yang melambangkan titik kadaluarsa, namun ia tetap menerima. Hanya sebab sebagian kecil seperti itu, bukan berarti semua hal benar benar demikian. Sebab adanya fungi kedelai menjadi tempe. Sebab adanya fungi susu itu menjadi keju. Berasal dari satu bentuk dengan hasil yang berbeda. Seperti potensi manusia, berasal dari yang satu namun dengan pilihan berbeda tiap individu. :”) kira kira demikian. :”)
    Foto: Risa Rii Leon            Kok itu ada jejak jejaknya juga?
                Ah itu... :D jejak itu lebih merujuk pada sebuah masa lalu. Sejarah. Tanpa harus bertanya kapan
    sejarah dimulai dan kapan berakhir, saya mengharuskan diri saya untuk senantiasa belajar dari sana. Dari banyaknya jejak yang telah saya buat kemarin kemarin dulu. Menghayati tiap langkah yang diambil sebagai bahan mematut diri didepan cermin introspeksi. :”)
              Terus Spongebobnya tadi itu ngapain?
             Kalau liat Spongebob yang hidupnya selalu kacau, kerja di tempat yang enggak ada masa depannya. Punya bos pelitnya tingkat dea, kadang curang dan suka manfaatin dia, bahkan sering enggak dapet bayaran. Dibenci abis abisan sama tetangga yang sekaligus rekan rekerjaannya. Sahabat terbaiknya pengangguran tiada akhir. Terus Spongebob juga enggak pernah lulus tes sekolah mengemudi (coba kalau dia ke Indonesia, bayar beberapa ratus ribu langsung jadi deh itu surat ijin mengemudi. Alhasil tingkat kecelakaan lalu lintas di Indonesia kian meningkat :v). Dan parahnya, siput peliharaannya dia yang jaauuuuh lebih cerdas dari dia. Terus juga enggak pernah dapet perempuan yang dia suka (emang ada?). Dan semua hal itu tidak membuatnya lupa akan indahnya warna pelangi, tidak pernah membuatnya lupa untuk tersenyum setiap pagi untuk menyambut pagi. :D Dari dia, saya belajar menjaga senyum syukur tetap mengembang :”)

                Terlepas dari hal yang saya sebutkan tadi, sebenarnya saya hanya terlalu sayang membuang bahan sisa. :D Sekaligus sebagai media untuk pembiasaan membuat daripada membeli. :D Kenapa harus membeli jika bisa membuat? Right? :v
     



  2. 0 comments: