Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
sejarah dimulai dan
kapan berakhir, saya mengharuskan diri saya untuk senantiasa belajar dari sana.
Dari banyaknya jejak yang telah saya buat kemarin kemarin dulu. Menghayati tiap
langkah yang diambil sebagai bahan mematut diri didepan cermin introspeksi. :”)
Minggu,
16 Maret 2014
“Bu, masa ya kamarnya Mbak Risa itu
jamuran!” Adu Azarine pada Ibunya, seusai dia membajak kamar saya. Sementara
saya hanya tertawa.
“Tenan to Mbak?” Sangsi Ibu Azarine.
“Enggeh Bu, tenan. Hehe” jawabku ringan.
“Pokoke sesuk aku gaweke ngono kae
hlo mbak! Nag emoh tak kandake Mr.Hologram!” Ancamnya penuh kesungguhan. Lucu.
“Anu opo to Rin?”
“Kae hlo dadi kamare mbak Risa ki
dihias jamur jamur ngono hlo!” jelas Azarine pada Ibunya.
“Owalah, jamure ki jamur hiasan
kamar to Mbak? Yarin ki, takiro jamur tenanan.”
“Hehehe.” Cengir Saya dan Azarine
kompak.
^O^
Jamur itu mulai tumbuh saat liburan
lalu, meski musim hujan masih jauh dari tanggal, jamur telah subur
dikamar
saya. Tepatnya menjelang ujian tari semester lalu, tertanggal 6 Januari 2014.
Ketika insomia benar benar menjajah jatah tidur malam saya, di sela penyusunan
laporan pertanggungjawaban pengurus di Kelompok Peron untuk Pleno tanggal 8nya,
saya menyirami dinding dengan serbuk kreativitas. :D Sejumlah sterofom dan
kertas sisa pembuatan media belajar tugas mata kuliah, yang kemudian saya padu
padankan dengan lem, aneka bentuk, dan lain lain. Jadilah kamar saya sedemikian
rupa. :D
So? Welcome to My Wonderland ^_^
Kerajaan Jamur :D
Lantas mengapa harus jamur?
Sebab disanalah para peri pembawa
keajaiban tinggal, ku sediakan banyak rumah untuk peri peri itu, agar mereka
sedia bermukim disana. Menemaniku dengan banyak keberuntungan. Haha demikian
jawaban ruang imajiku.
Fungi, itu cinta pertama Bumi. Saat
bumi masih terdiri dari satu daratan bernama Pangaea lantas berlahan terbagi
menjadi dua daratan Gondwana dan Laurasia hingga bumi menjadi seperti sekarang
ini. Semenjak lapisan Silisium Almunium bebas terapung di atas lapis Silisium
Magnesium, meski bumi masih jauh dari peradaban manusia, ada satu peradaban
yang kala itu telah berkembang pesat. Ya, sebuah Kerajaan Fungi. Entah dari
jenis apa, tapi yang jelas sebab fungilah bebatuan itu merapuh dan menjadi
remah remah tanah. Melapisi impermeable bermeter meter hingga mampu dihiasi
akar dan ragam tanaman penunjang kehidupan. Fungi meluluhlantahkan cadas karang
yang maha keras, melembutkannya dalam cantiknya serpihan pasir karst. Berawal
dari hal tersebut, terkadang saya berfikir untuk menjadi fungi, sekalipun ia
dipanjang sebelah mata sebab ada beberapa dari dia yang melambangkan titik
kadaluarsa, namun ia tetap menerima. Hanya sebab sebagian kecil seperti itu,
bukan berarti semua hal benar benar demikian. Sebab adanya fungi kedelai
menjadi tempe. Sebab adanya fungi susu itu menjadi keju. Berasal dari satu
bentuk dengan hasil yang berbeda. Seperti potensi manusia, berasal dari yang
satu namun dengan pilihan berbeda tiap individu. :”) kira kira demikian. :”)
Ah itu... :D jejak itu lebih merujuk
pada sebuah masa lalu. Sejarah. Tanpa harus bertanya kapan
Terus Spongebobnya tadi itu ngapain?
Kalau liat Spongebob yang hidupnya
selalu kacau, kerja di tempat yang enggak ada masa depannya. Punya bos pelitnya
tingkat dea, kadang curang dan suka manfaatin dia, bahkan sering enggak dapet
bayaran. Dibenci abis abisan sama tetangga yang sekaligus rekan rekerjaannya.
Sahabat terbaiknya pengangguran tiada akhir. Terus Spongebob juga enggak pernah
lulus tes sekolah mengemudi (coba kalau dia ke Indonesia, bayar beberapa ratus
ribu langsung jadi deh itu surat ijin mengemudi. Alhasil tingkat kecelakaan lalu
lintas di Indonesia kian meningkat :v). Dan parahnya, siput peliharaannya dia
yang jaauuuuh lebih cerdas dari dia. Terus juga enggak pernah dapet perempuan
yang dia suka (emang ada?). Dan semua hal itu tidak membuatnya lupa akan indahnya
warna pelangi, tidak pernah membuatnya lupa untuk tersenyum setiap pagi untuk
menyambut pagi. :D Dari dia, saya belajar menjaga senyum syukur tetap
mengembang :”)
Terlepas dari hal yang saya sebutkan
tadi, sebenarnya saya hanya terlalu sayang membuang bahan sisa. :D Sekaligus
sebagai media untuk pembiasaan membuat daripada membeli. :D Kenapa harus membeli jika bisa membuat?
Right? :v
0 comments:
Post a Comment