Rss Feed
  1. Marry Your Daughter

    Saturday, 1 March 2014

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    Sir, I'm a bit nervous
    Tuan, aku agak grogi
    'Bout being here today
    Berada di sini hari ini
    Still not real sure what I'm going to say
    Masih tak yakin apa yang akan kuucapkan
    So bare with me please
    Maka bersabarlah
    If I take up too much of your time
    Jika nanti aku menghabiskan terlalu banyak waktu Anda
    See in this box is a ring for your oldest
    Lihatlah, di kotak ini ada sebuah cincin untuk putri tertua Anda
    She's my everything and all that I know is
    Dia segalanya bagiku dan yang kutahu
    It would be such a relief if I knew that we were on the same side
    Aku akan sangat lega jika tahu bahwa kami punya pandangan sama
    Very soon I'm hoping that I...
    Sebentar lagi aku berharap aku....

    CHORUS
    Can marry your daughter
    Bisa menikahi putri Anda
    And make her my wife
    Dan jadikan dia istriku
    I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
    Kuingin dia menjadi satu-satunya gadis yang kucinta selama sisa hidupku
    And give her the best of me 'till the day that I die, yeah
    Dan memberinya yang terbaik dari hingga saat aku mati
    I'm gonna marry your princess
    Aku akan menikahi putri Anda
    And make her my queen
    Dan jadikan dia ratuku
    She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
    Dia akan menjadi pengantin paling cantik yang pernah kulihat
    Can't wait to smile
    Tak sabar tersenyum
    When she walks down the isle
    Saat dia susuri lorong
    On the arm of her father
    Dan menggandeng ayahnya
    On the day that I marry your daughter
    Di hari aku menikahi putri Anda

    She's been hearing for steps
    Dia tlah mendengar langkah-langkah
    Since the day that we met
    Sejak hari kami bertemu
    (I'm scared to death to think of what would happen if she ever left)
    (Aku takut sekali berpikir apa yang akan terjadi jika dia pergi)
    So don't you ever worry about me ever treating her bad
    Maka jangan kuatir aku akan tak baik memperlakukannya
    I've got most of my vows done so far
    Selama ini aku selalu penuhi janji
    (So bring on the better or worse)
    (Maka bawalah pada bagian lebih baik atau buruk)
    And tell death do us part
    Dan katakan kematian memisahkan kita
    There's no doubt in my mind
    Tak ada keraguan dalam benakku
    It's time
    Inilah saatnya
    I'm ready to start
    Aku siap memulai
    I swear to you with all of my heart...
    Aku bersumpah pada Anda dengan sepenuh hatiku...

    CHORUS

    The first time I saw her
    Pertama kali kulihat dia
    I swear I knew that I say I do
    Aku bersumpah aku tahu bahwa aku kan bilang bersedia


    By Bryan McKnight_Marry Your Daughter
    ^O^

                Tanpa perlu erupsi dari sebuah gunung berapi, ada sebuah gempa di Jalan Slamet Riyadi  336. Rumah dengan pagar kayu penuh bunga sepatu yang sedang mekar, juga dua pot bunga mawar merah di dekat pintu masuk. Tenanglah, ini bukan sejenis gempa Gunung Kelud, ini hanya sebuah gempa lokal. Peristiwa yang terjadi hanya sebab grogi berlebihan. Grogi yang terlahir sebab sebuah tatap elang dari laki laki berkumis tebal lima langkah di depan saya. Ah ya, perkenalkan dia adalah Ayah dari calon ibu dari anak anak saya.
                Jarum pendek di lengan kiri saya telah berpindah lima kali semenjak pertama saya disini, jarum detikpun telah beredar lebih dari ratusan kali. Lima jam dan saya masih membincangkan ketertarikan saya pada kebun depan rumah maha karyanya, tanpa menyinggung sedikitpun ketertarikan saya pada putri sulung di rumah ini. Bodohnnya! Dan saya baru sadar, betapa grogi dapat menyumbat segala keteraturan yang terencana sebelumnya. Datang, berbincang, menawarkan transaksi dunia akhirat pada sebuah akad walimah, dan memboyong seorang gadis dengan makhkota keindahan seorang muslimah.
                Baiklah, ini adalah tahap paling menyebalkan. Grogi akut yang menyebabkan perut mengeluh tak tepat. Jantung tiba tiba beranak pinak, salah satunya jatuh ke lambung. Dan dimana hujan? Kenapa ada tetes air dari kening saya?!?
                Tapi tunggu!
                “Ayah, makan siangnya sudah siap!” begitu katanya, lalu segera menghilang di balik tirai pemisah ruang.
                Lima kata yang membius. Menyerap seluruh keraguan menjadi benteng kokoh keyakinan. Dan kami pun duduk mengotak, mengitari meja dengan sajian menu menggoda selera. Sebakul nasi putih yang masih lengkap dengan kepulan asap, semangkuk besar sup dengan aroma kaldu menyengat hidung, lezat. Disertai beberapa potong tahu tempe, sumber protein nabati yang nampak ingin segera dilahap. Dan disana, di dekat piring kecil sambal krosek, ada piring terisi sarden jawa. Ikan ikan yang berenang pasrah dalam balutan saos sarden jawa. Dan saya, duduk diantara insan insan tersayang, mereka yang akan ku segera ku mintai restu membawa putri pemilik senyum sejuk itu. Arah jam dua, seorang gadis berjilbab biru yang masih setia, menunduk, meredam senyum yang tak pandai ia sembunyikan.
                Ritual makan siang yang mengantarkan saya pada klimaks keberanian seorang laki  laki memperjuangkan gadisnya, gadis yang diam diam selalu disertakan dalam rapal doanya. Pernyataan cinta untuk pertama kalinya, mencintainya sebab Allah semata, dan hendak mengunduh restu membina yang orang sebut rumah tangga. Membangun pondasi bersama dalam susunan batu bata penuh cinta berlandas Allah Ta’ala. Tak ada kalimat panjang lebar, bahkan sepenggal ‘ya’pun tak terucap, namun sebuah tepuk di pundak kanan saya dan sebuah angguk kecil teriring segaris senyum lima centi, cukup mewakili semua kalimat yang ingin saya dengar. Pucuk dicinta ulampun tiba.
                Ada hangat mengalir di dua pelipis saya, pecahan dari dzikir yang sedari tadi mengendap di batin. Ya Rabbi, terima kasih :”) syukurku berkali kali. Seusai berpamitan, langkah saya kian tegap, percaya itu telah berhasil saya tangguhkan. Bukan saatnya menyerahkan hal hal genting pada grogi atau ketakutan esok, tak ada waktu untuk grogi dan menyalahi tingkah tak penting, masih banyak yang harus saya siapkan. Satu bulan kedepan adalah tentang proses membuat kencana  itu melenggang lancar, menjemput seorang putri yang masih setia dalam penantian, menjaga hijabnya hingga saya datang.
    ^O^
                H – 7, sanak saudara dan banyak saudara telah datang bertandang. Mengaminkan banyak doa untuk pilihan saya. Menjawab ragam tanya tentang dia yang namanya telah terukir di halaman depan ratusan lembar undang. Mengenang banyak moment dari sebuah jumpa pertama, debar pertama, hingga malam menyatakan cinta dua puluh satu hari lalu. Membisiki Tuhan dengan ragam harap dan semoga yang kian meningkat seiring mendekatnya hari itu tiba.
                Dua hingga empat rekaat sesudah atau sebelum sang fardhu, dua hingga tiga rekaat diantara mata yang terlelap, dua hingga tiga rekaat yang menunda kepulangan malaikat langit beberapa menit, sepertiga malam terakhir yang diaminkan dalam dalam. Juga lantunan asma.Nya yang tak henti menyalurkan tenang seketika. Semoga Engkau memudahkan kami untuk saling melengkapi separuh agama, membimbing satu sama lain untuk menuju satu jalan membuka Jannah.Mu dalam kebersamaan yang halal. Aaamiiin.
    ^O^
                Bismillah...
                “Saya terima . . . . . .”
                Hingga hari ini baru saya tahu, bahwa sebuah bahagiapun dapat melumpuhkan beberapa indra untuk berfungsi sesuai guna. Meski lisan lancar mengucap, mata mantap menatap, tangan tanpa salah bertingkah, telinga menjadi tuli, tertutupi kebahagiaan limpahan rahmat.Nya.
                Dia dengan balutan hijab putih pemancar kesucian hati serta kejernihan setianya, senyum yang murni dari hati, melangkah malu malu dalam tuntunan imamnya yang akan pensiun muda memimpinnya. Masa kepemimpinan sang Ayah yang akan tergantikan oleh seorang pemuda biasa yang jatuh cinta pada debar pertama mengenal gadis sederhana itu. Dituntun oleh sepasang tangan renta yang telah sukses membesarkan gadis jelita penuh disampingnya, mereka berjalan menghampiri saya yang dilanda bahagia. Hari ini, sematan lingkar emas di jari manis juga sebuah kalimat walimah meresmikan saya dan dia dalam atap rumah tangga. Menjadi imamnya, menjaga serta membimbingnya agar tetap dalam koridor takwa. :”)
                “Ayah, dengar dan saksikanlah saya menjadi imamnya. Meneruskan darah juangmu menjadi pemimpin bagi kejelitaan iman pada.Nya, membersamainya melengkapi separuh dien. Dan sungguh, engkau tidak perlu khawatir atas keselamatannya. Doa dan restumu telah cukup membekaliku untuk senantiasa menjaganya, menyediakan pundak dan kelapangan hati jika ia hendak berkeluh kesah. Ayah, terima kasih telah menjaga dan mencintainya, terima kasih atas keikhlasanmu menerima saya menjadi pendamping hidupnya. Sir, You have an amazing princess. And I will make her to be the only girl that I love for the rest of my life.”
     

  2. 0 comments: