Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Rabu,
01 Januari 2014
Pernah mengagumi seseorang sebab
indah akhlaknya, sebab pola pikirnya, sebab agamnya juga sebab sebab lain yang
merujuk kita bahwa manusia tersebut tanpa cela?
Lalu pernahkah ‘ilfeel’ setelah beberapa kali tahu bahwa manusia yang sempat kita
tanpa cela.kan itu ternyata melakukan hal hal yang membuatnya nampak tak
seterpuji dulu, membuat kabur seluruh kekaguman dan menyisakan sejenis rasa
‘kecewa’?
Pernah? :D
^O^
Mengagumi seseorang entah dengan
alasan apapun tentu akan menyingkirkan segala prasangka buruk tentang insan
tersebut. Seolah kita membuat replika insan tersebut sesuai kebaikprasangkaan
kita. Ya itu sangat wajar, sebab itu memang bagian dari bentuk husnudon pada
sesama, bentuk prasangka baik pada sesama, juga bentuk harapan senandung doa
untuk rekan hidup. sayangnya, itu menjadi sangat tidak wajar, ketika benak kita
telah dipenuhi ketanpaalpaan dia, mendewakan manusia seolah tanpa dosa hingga
lupa bahwa insan yang kita kagumi tersebut hanya serupa manusia biasa juga, sama
seperti kita. Manusia biasa yang oleh Allah kita diberi kesempatan lebih banyak
menatap sisi baiknya dibanding sisi buruknya. :”)
Saya tidak menyalahkan ketika
seseorang mengagumi insan lain, saya hanya ingin menyelamatkan hati dari
kekecewaan harap, bahwa ternyata tidak semua bayangan kita itu sesuatu yang
selalu benar terjadi. :”)
^O^
Ada sebuah kisah, tentang seorang
yang menarik banyak perhatian rekan rekan saya, seorang yang memang pantas
mendapat pujian. Charming, cerdas, sosialis, aktivis, religius, ramah, dan ya
shining gitu :v. Nyaris semua lisan mengagungkannya. Lalu pada suatu hari
terdengar suara dari masalalunya, mengabarkan aroma tak sedap tentang ia dimasa
lalu. Bagaimana sikap rekan rekan saya yang telah jatuh hati mengaguminya?
Mereka bubar jalan dari barisan fans. ‘ilfeel’
kata mereka.
“Tidak ada orang baik yang tidak
punya masa lalu, dan tidak ada orang jahat yang tidak memiliki masa depan. Masa
depan atau masa lalu itu tentang harapan dan pembelajaran, yang terpenting
bagaimana dia berusaha menjadi baik disaat ini. Jadi kenapa harus seterkejut
itu tahu bahwa dia memiliki kesalahan? Mengapa harus seterkejut itu tahu bahwa
dia memiliki cela? Mengapa harus seterkejut itu tahu bahwa dia pernah khilaf?
-,- Kesalahan, cela, ataupun cela adalah bukti bahwa dia manusia seutuhnya,
bukan Dewa atau Malaikat apalagi Tuhan yang tanpa dosa!” kesalku pada mereka
yang mencecariku dengan keluhan serta kekecewaan terhadap makhluk manta
idolanya itu.
“Ih Ris, kok kamu belain dia sih!?”
“Ya bukannya belain, Cuma aneh aja
dengar berbulan bulan memuji sekarang tiap hari mencela seorang yang sama.
Sakne Cah! Toh yang penting bagaimana ikhtiarnya dia sekarang untuk menjadi
baik, masa lalunya dia emang jelek, terus kenapa? Jelek? Yaudah sih! Dia kan
juga manusia! Hmmm” yakinku pada mereka.
“Hmm iya sih Ris, tapi ya kaget aja.
Masa tampang innoncent gitu bisa kaya gitu kelamnya.”
“Iya terkejut si wajar, tapi ya
enggak usah lama lama juga. Udah tau ya udah. Apa dia pernah minta buat
dikagumin dan dinilai tanpa cela sama kalian? Apa dia pernah minta dididolakan
sampai segitunya sama kalian? Enggak kan? Kaliannya aja yang terlalu imajinatif
menyangka dia sempurna, padahal kan kesempurnaan itu Cuma punya Tuhan, gitu kan
kata kalian?”
^O^
Tak perlu sangka baik yang berlebihan
untuk bisa menerima orang, dan tak perlu menghindar berlebihan untuk menjaga
kewaspadaan. Nikmati saja semua proses pembelajarannya. Jika ingin melebihkan
prasangka baik, boleh kok. Tapi tidak pada sesama manusia, berprasangka baik
berlebihlah pada Allah SWT. :”) Berlebihan disini bukan berarti berprasangka
doa tanpa ikhtiar akan terwuujud :D Prasangka baik seperti yang dicontohkan
Umar Bin Khattab lah yang saya maksudkan :”) Bagaimana beliau senantiasa
bersyukur dengan prasangka baik pada Rabb.nya tersebut :”)
Di dalam kitab Nasha-ihul’ibad,
diriwayatkan sebuah ungkapan syukur Umar Bin Khattab bahwa ia bersyukur sebab
Allah menguji hamba.Nya diambang batas kesanggupannya. Allah tidak pernah
menguji manusia diluar batas kemampuan hamba.Nya. Bahkan jika terluka parah dan
nyaris mati sebab sebuah musibah, setidaknya masih
terselamatkan dari kematian itu. Dan harus diingat, bahwa Allah tidak pernah
mendzalimi hamba.Nya. Bahwa melalui ujian itulah Allah sedang jatuh cinta pada
kita, menginginkan kita untuk lebih kuat dan senantiasa dekat dengan.Nya. Bahwa
melalui sapaan musibah Allah menegur hamba.Nya atas dasar cinta. Tegur sopan
agar kita tak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari. Dan seperti
janjinya bahwa selalu ada kemudahan sesudah kesukaran, bahwa selalu ada surga
dari sebuah kesabaran :”). Jadi, selamat menempatkan prasangka baik berlebih
semata hanya pada Dia :”)
0 comments:
Post a Comment