Rss Feed
  1. Kita, Sang Alkemis, Dan Musafir Laut

    Wednesday, 16 April 2014


    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)

                "Dibaca yaa, bagus hlo!" kira kira begitu waktu aku mengirimimu sebuah file ebook berjudul Sang Alkemis.
                "Iya, terima kasih. Masih mengantri di ruang baca dulu ya!" dan kira kira begitu balasmu tentang perekomendasianku.
                Itu sudah hampir berbulan lalu, sudahkah buku itu masuk dalam bacaanmu? Sudahkah kamu menyambangi perjalanan Santiago?
                Aku ingin membincangkannya denganmu, tapi sayang sepertinya kamu terlalu sibuk dengan agenda yang aku tak tahu.
                Bukan aku tidak mencari tahu, berkali aku mencarimu. Ditempat biasa kamu muncul dengan satu yang melintas dibenakmu. Iya, beranda media sosial. Tapi sayang, kamu tak juga ada.
                Bukan aku tidak menyempatkan mencarimu, berkali aku mencarimu. Pada sebuah kotak pesan yang melampirkan namamu sebagai speed dial number one. Taukah, aku menyukaimu sebab sisi kemanusiaanmu yang ammm berbeda. Ada keistimewaan dalam perbedaan itu. Sayangnya sisi itu seakan sirna ketika pesan elektroniku dibalas oleh mesin short message itu. Hmm bahkan jika tak kau balas, barangkali itu lebih tak mengapa.
                Sebentar! Jangan beralih dulu. Sejatinya bukan ini yang aku tuju, bukan penyalahan atas tindakmu. Bukan! Aku paham, terkadang keistimewaanmu itu memang membawamu jauh dari ruang keberadaanku. Ruang rahasia yang hanya ada kamu dan kamu, tanpa aku dan kita. Seperti aku dan ruangku yang enggan terjamah insan lain, aku paham kamu pun demikian. Tenanglah, sungguh aku tidak apa apa.
                Baiklah, sebelumnya, apakah kamu mau secangkir teh? Aku ingin membincangkannya panjang panjang. Bukankah sudah lama kita tidak berbincang sebegini dekat? Setidaknya sudah lebih dari tiga hari. :)
                Hei, bukunya sudah kamu buka? Sungguh?! itu kabar baik, tentu akan memudahkan kita menghangatkan bincang ini.
                Kamu pasti sudah bertemu dengan Santiago, iya si tokoh musafir itu. Aku menyukainya. Hehe bukan suka seperti aku menyukaimu. Meski ada beberapa kesamaan dari kalian, tetap saja keberadaan  Santiago tak  senyata keberadaanmu sekarang ini.
                Kamu tahu kenapa aku menyukainya? Sebab Sang Alkemis berhasil memuat pertemuan Fatima dan Santiago dengan sangat manis. Bagaimana tidak manis, jika sebelumnya Santiago telah dipertemukan dengan si Putri Saudagar itu dan membuahkan keterarikan dihatinya namun lihainya takdir membawa Santiago untuk bersama Fatima dalam naungan cinta. Ya, semata sebab Santiago yang menemukan Fatima layaknya Asad yang menemukan Rossum setelah pernikahannya urung berlangsung dengan Morgiana.
                Bahwa aku tak pernah menuntut untuk menjadi yang pertama.
                Aku percaya, meski cinta pertama itu menumbuhkan, namun ketika kamu bertemu dengan cinta yang terakhir (dan ku harap itu aku), melalui cinta terakhirlah kamu akan terlengkapi. Mengisi kekosongan yang barangkali sempat menyinggahi hatimu.
                Selama kamu masih menyediakan ruang itu untukku menetap, aku sungguh masih legowo nrimo.
                Ruang itu, ruang yang hanya terisi aku dan kamu. Ruang segitiga sama kaki yang mengarahkan kita pada sang Maha Cinta.
                Ruang yang memampukan kita untuk saling menuju dalam perjuangan saling memantaskan diri.
                Ruang yang tentu saja mendekatkan dengan.Nya dalam ketersalingan menjaga fitrah mencinta.
                Dan aku paham jika ah yaa sering aku dan kamu bersebrangan jalan. Aku ke kanan dan kamu ke kiri. Aku ke barat, dan kamu ke timur. Aku sibuk menerka dan kamu sibuk menyimpan tanya.
                Tapi tenanglah, selama masih ada ruang ruang yang aku sebutkan tadi, tak seinchipun aku meragukanmu. ^_^
                Ingat tentang teori Bumi Marco Polo atau Teori Bumi Ferdinand Magellan, juga Cristopher Colombus. Mereka telah membuktikan bahwa Bumi itu bulat. Petualangan mereka juga mematahkan anggapan bahwa bentuk bumi itu datar yang beredar luas di Eropa pada abad pertengahan. Teori bumi bulat , kepercayaan kuno menyatakan bahwa bumi itu datar sehingga jika kita menjelajah sampai di pinggir bumi, kita akan terjatuh keruang angkasa. Kepercayaan ini sebenarnya diprakarsai oleh para pendeta di gereja katolik. Kepercayaan itu bertahan sampai abad ke 4 SM. Pada masa ini mulailah para filsuf berfikir bahwa Bumi itu bulat. Namun, kepercayaan itu terkubur bersama dengan runtuhnya kekuasan Romawi. Sesudah keruntuhan Romawi tersebut, Eropa berada dalam masa masa kegelapan dan pada masa itulah muncul persepsi salah bahwa Bumi itu datar. Sebenarnya, Marco Polo dan Cristopher Colombus tidak pernah menyatakan secara langsung bahwa bumi itu bulat. Namun pelayaran pelayaran – pelayaran yang dilakukan oleh kedua orang tersebut memperkuat kenyataan bahwa bumi itu bulat. Orang yang pertama kali membuktikan bahwa bumi bulat adalah Ferdinand Magellan, seorang penjelajah Spanyol. Setelah Colombus pada tahun 1492 – 1503 menemukan India dan menemukan jalur perdagangan Asia, Kerajaan Spanyol mulai memikirkan ekspedisi penjelajahan serupa. Tujuan penjelajahan Magellan adalah mencari sumber rempah rempah bagi kerajaan Spanyol. Penjelajahan Magellan dimulai pada tanggal 20 September 1519 dan berakhir pada tahun 1522. Penjelajahan ini merupakan perjalanan mengelilingi Bumi yang pertama dilakukan oleh manusia. Penjelajahan ini menggunakan lima buah kapal, yaitu Trinidad, San Antonio, Concepcion, Victoria, dan Santiago dengan membawa awak kapal 270 . sebenarnya dia tidak bisa menyelsaikan penjelajahan ini karena ia mati terbunuh di Filipina tahun 1512. Setelah kematian Magellan, penjelajahan diambil oleh Juan Sebastian Elcano. Elcano dan awak kapal lainnya memutuskan meneruskan penjelajahan itu atas nama Magellan. Jadi sebenarnya teori Bumi itu bulat bukan Teori Marcopolo, tapi Ferdinand Magellan. Musafir laut itu membisikiku tentang bulatnya bumi. Iya, jikapun kamu berjalan ketimur terus menerus tanpa berbalik arah ke barat, sekalipun aku berjalan terusm menerus ke barat tanpa berbalik arah ke timur, selama jalan kita lurus lurus saja :D selama keyakinan satu sama lain yang pasrah pada.Nya masih ada, Kelak kita akan bertemu pada koordinat yang jauh dari duga kita.
                Teh mu sudah dingin? Mari ku hangatkan, masih ada bercangkir cangkir teh yang akan menemani malam panjang kita. Masih ada pahit manis dalam lapang-sempitnya perjalanan kita. ^_^

  2. 0 comments: