Rss Feed
  1. Monolog Sendiri

    Wednesday, 19 August 2015

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)



                Sendiri.
                Mari kita eja bersama.
                S.E.N.D.I.R.I.
                Apa yang kamu temukan? Sepi? Mandiri? Dewasa? Keren? Sunyi? Atau Mati?
                Saya menemukan kejernihan, diri sendiri, dan keramaian dalam satu paket sekaligus.
                Duduklah dulu, akan ku ceritakan bagaimana saya menemui mereka.

                Sangat mudah untuk menemukan kesendirian, bahkan ketika kamu berpasangan. Secara amal ibadah memang lebih berkah ketika dilakukan berjamaah, namun untuk amal satu ini kamu cukup hadir sendiri, sepenuhnya, dan insya Allah akan banyak hal mengiringinya. Pensucianmu di mulai.
                Beberapa rekan sempat mengumpat kesendirian ini, padahal semakin dekat dengan kesendirian semakin dekat pula ia dengan apa yang (sejatinya) ia cari. Tidak percaya? Alami saja. ^^
    .::::::::::::::::::::::.
                Saat hanya ada kamu, detak waktu, hembus udara, juga bisikan hati. Mulailah berjalan. Kemana? Ke dalam dirimu. Rasakan segala hal yang selama ini terabai. Dengarkan apa yang selama ini kamu bungkam dalam – dalam. Lihatlah apa yang selama ini kamu lewatkan. Senyamanmu saja, bisa dengan berdiri, duduk, terpejam, membuka mata, tiduran. Nikmati saja semua itu.
                Helaan nafas. Denyut nadi. Suara hati.
                Sudah bertemu?
                Iya kejernihan.
                Kesendirian kerap membawa pada kejernihan diri. Jujur pada diri mengenai apapun. Lara, suka, duka, bahagia, tawa, kecewa, bisa hadir bersamaan. Yang lantas menjadi syukur tak berbatas. Betapa mulai Tuhan berkehendak. Bagaimana takdir membawamu pada takdir kini.
                Air mata itu? Hei, biarkan ia kembali mengudara tanpa perlu ditutupi lagi. Biarkan ia menghirup kemerdekaannya. Tak perlu sungkan. Hanya Tuhan yang sedang bersamamu kini. Tuhan itu sangat dekat dengan kejujuran, Sayang. ^^
                Tiba – tiba ragamu gaduh oleh suara – suara nuranimu? Selamat, kamu bertemu keduanya. Selamat berbincang dengan diri.
    .::::::::::::::::::::::.
                Tidak mengapa jika sesekali kamu berpindah dari lingkup rutinitas. Keluar dari lingkungan yang sudah mengenal bagaimana kamu, yang mungkin tidak menyadari ada banyak rekonstruksi sudah kamu lalui.
                “Berjalanlah sendiri saat kamu akan menempuh jarak yang jauh” kata seorang teman.
                “Berjalanlah sendiri ketika tujuanmu adalah perjalanan itu sendiri. haha” timpalku.
                Sering, ada sebuah keentahan waktu kaki ini hanya ingin melangkah tanpa tujuan tempat yang pasti. Hanya ingin berjalan, berjalan, dan berjalan. Murni jalan – jalan tanpa tendensi destinasi.
                Yogya, Semarang, Purworejo, Temanggung, Karanganyar, Solo, Klaten, manapun deh. Bahkan ketika itu hanya gang sempit yang belum pernah diambah.
                Jalan – jalanlah selayaknya jalan – jalan. Menyapa, tersenyum, membingkai panorama, terlibatlah dengan atmosfer yang sedang dibauri. Akan ada banyak hal.
                Bahkan meski sama – sama sebagai tempat jual beli dengan omset banyak, Pasar Gedhe, Pasar Klewer, Pasar Bringharjo, Pasar Wonosobo, memiliki atmosfer niaga yang berbeda. Komunikasi dan interaksinya, hmmm hirup deh.
                System perparkirannya juga tidak jauh berbeda, tapi pernahkah dibincangkan bagaimana proses para penjaga itu rela menggadaikan waktu untuk menunggui kuda – kuda besi?
                Jalan setapaknya barangkali nyaris sama hiruknya, ragam orang lalu lalangnya, komoditi yang ditawarkan, tapi pernahkah sejenak berhenti dan menyelidik langkah mereka? Kecepatannya, melenggangnya, arahnya, suasana yang membersamainya, atau aksi – aksi menarik yang lain?
                Ragam bangunan dan fungsinya memang tidak jauh berbeda, tapi desain bangunan dan penataannya kerap kali menunjukkan identitas diri. Bagaimana denganmu? Sudah kamu tunjukkan desain dirimu yang sejati? Bukan semacam desain produk yang biasa harus dicitrakan agar laku, tapi desain diri yang bijak berlaku tanpa ada yang tahu. ^^
                Melalui perjalanan keluar ini, kamu berlahan akan mampu menemukan jalan pulang ke dalam dirimu sendiri. Tak apa jika dalam perjalanan itu kamu akan nampak tak punya tujuan, plin plan, atau penuh kegamangan. Selama kamu yakin dengan perjalananmu, paham dengan langkahmu, teruskanlah. Ini kamu, itu mereka. Tuhan itu Maha Kreatif, menciptakan takdir manusia dengan ragam jalan. ^^
                Nah, berhubung kamu sedang jalan – jalan sendiri. Kamu tidak perlu khawatir akan mendengar orang mengeluhkan tujuan yang nampak tidak jelas, peluh yang mendera, lapar yang terabai. Pada akhirnya kamu bebas mengolah perjalananmu. Mau istirahat lima menit sekalipun tak apa, mau terus berjalan juga tidak ada yang menahan, mau kemana juga tidak ada yang sibuk mengatur agenda kesana kemarimu. Mau ngapain juga, kamu hanya setitik dari keramaian yang ada. Kamu ada, tapi belum tentu hadir untuk lingkungan luas itu. Mau menyapa siapapun juga tidak ada yang melarang sebab berbincang dengan orang asing :D (orang asing selamanya akan jadi orang asing jika tidak dijabati perkenalan sebelumnya, saya dan kamu juga bemula dari orang asing, kan? Hati – hati perlu, tapi jangan sampai menutupi ^^)
    .::::::::::::::::::::::.
    “Dirimu yang sesungguhnya adalah dirimu ketika tidak ada orang lain yang melihatmu.” Kata Ali Bin Abu Thalib ra.
                Malam selalu punya misteri, sepertiga malam adalah yang paling jujur mengungkap rahasia diri. Menikmati sepertiga malam dalam kesendirian, benar – benar nikmat yang tak terlukiskan kata. Lakukanlah. Menjaga sepertiga malam dalam sujud panjang pengabdianmu pada Illah. Sssttt, itu rahasia. Sungguh. Keromantisan itu akan pudar jika kamu mengunggahnya pada social media. Ingat, sendiri adalah moment kamu bebas bermanja – manja dengan Tuhan, dan sepertiga malam adalah masa yang paaliiiiiing romantis. Nikmatilah berdua. Sesekali boleh kok mengajak pasangan untuk bersama mendirikannya. Toh memang begitulah pasangan, bersama melangkah dalam kebaikan ^^
                “Lantas bagaimana dengan ibadah jamaah itu? Saya juga ingin menikmati setiap sujud dalam sunyi, sendiri, hanya ada saya dan Tuhan.”
                Lakukanlah. Sugestikan dirimu, bahwa sekalipun ragamu dalam jamaah batinmu sunyi berdua dengan Tuhan. Ia ada di hadapanmu. Tak usah menggagas ada siapa atau dimana kamu. Yakini, bahwa dimanapun kamu dan kapanpun kamu terjaga Tuhan hanya mengawasimu, tak berpaling dari makhluk lain sehingga tak ada sedetikpun waktumu untuk berpaling dan terhindar dari pengawasannya. Jika makmum, hayati suara imam layaknya komando hati kita, jadi shalat berjamaahnya tetap berpahala jamaah namun kenikmatannya laksana berkasih-kasih berdua dengan Allah.
                “Bagaimana jika saya ingin memiliki teman beribadah? Setidaknya agar kelak di surga saya tidak sendiri?”
                Haha itu fitrah manusia sebagai makhluk social, tak apa ajaklah dengan cara yang tepat. Jika melalui social media, ajaklah dengan menunjukkan jalan mengamalkannya, ajaklah dengan menunjukkan kebermanfaatannya, ajaklah dengan kisah sahabat rosulallah saw menghidupkannya, informasikanlah tanpa memberitahu bahwa kamu sedang, akan, selalu, atau belum mengerjakannya. Kamu ingat kan? Terkadang riya’ begitu mudah menyusup pada amalan? Hmm bisa – bisa amalan hangus sebelum sampai tujuan hakiki. Semoga terjaga ya ^^
                Kesendirian itu pun meramaikan ukhuwahmu, tidak hanya horizontal namun juga vertical. ^^ Selamat menapaki kesendirian. ^^ Lekas pulang jika sudah selesai dengan perkaramu. ^^
                “Jika ingin berjalan lama, ajaklah teman.” Timpal temanku menutup bincang.


  2. 0 comments: