Rss Feed
  1. Setia dan Pasangan

    Wednesday 22 February 2012



       Dalam sebuah hubungan sering banged pasangan itu menuntut kesetiaan sama pasangannya. Dan gag jarang lamanya hubungan suatu pasangan di identikkan dengan kesetiaa pasangan tersebut.
      
       So? Apa si kesetiaan itu? 
       Cuma sekedar rentang waktu yang di miliki suatu pasangan untuk bersamakah? Sesempit itu kah sebuah kesetiaan?? 
    Dapat di kalkuluskan dengan satuan bernama waktu?? 
      
       Embun masih bertengger di pucuk daun. Wanginya menebar seluas taman. Sinar mentari mengintip di celah rimbunnya daun pakis. Keringat menetes, membuat kemilau di wajah dua sejoli yang beristirahat di bangku taman setelah jogging sekeliling lapangan.

    “ tumben Cuma ada sms dari aku thok? Nda smsan ma yang lain tha kamu?”tanya si gadis dengan alis terangkat di sertai tatapan meminta kepastian dan tangan memegang hape si pacar. 

    “hahaha masih pagi, belum banyak pelanggan. Lagian juga pelanggan setia kan Cuma satu”, jawab si pacar santai. 

     “siapa?” si gadis memasang wajah pura pura tak tau. 

     “ya kamu lah ya..” jawab si pacar gemes. 

     Kalender menunjukkan tanggal 14 Januari 2012. Seorang gadis merona sendiri di tengah keramaian kantin. Di tangannya telah melingkar sebuah cincin perak dengan ukiran nama pasangannya.

    “ SENYUM SENYUM NDIRI !! dapet lotre ya Non? Kok nda bagi bagi sii?haha” teriak sahabatnya mengagetkan.
    ”ciee yang dapet cincin baru, kapan nih undangan di sebar?hihihihi” 
     Masih dengan senyum yang mengembang gadis itu menjawab. “hahaha apa apan sii kok lotre si haha dapet bandarnya lagi haha undangan? Ammm di tunggu aja lah ya” 
    “ kamu sama doi udah berapa lama si jeng?” 
    “ sembilan tahun tepat hari ini “jawab si gadis bangga yang tak berhasil ia tutupi. 
    “hwahh awet yahh..pake formalin gag tuh?hahha” 
    “pake dund..formalin merk setia haha” 
    “ciee setia niyee” 

        Masih banyak deh kisah yang kayanya bawa bawa si setia itu. Sampe bingung aku ceritanya huhu. Dari kasus pertama. Hanya karena pasangan nda berinteraksi sama individu lain lantas dapat di katakan sebagai pasangan setia? 
    Interaksi di sini aku khususin dengan selingkuh. Jadi ketika seseorang yang tidak pernah selingkuh itu namanya orang yang setia ya? Uhmm trus selingkuh itu kaya apa sii? Kadang Cuma smsan/main bareng sama selain pacar di bilang selingkuh. Padahal yaa Cuma have fun with friend. 
       Nah lo jadi kesetiaan itu tetanggan sama protektif dund? Yah rempong dehh. 
       
       Kasus ke dua. Kayaknya kesetiaan itu berbanding lurus dengan jumlah menit yang kita punya sama pasangan. Jadi semakin banyak menit yang kita kalkuluskan semakin syahlah orang tersebut dibilang setia. Setia punya satuan? Hahhaha kerend. 
       
       Setia itu gag ada wujudnya kaya apa. Dia nda nampak tapi nyata. Abtrak tapi nyata. Setia bukan overprotective. Ketika setia ada di hati, tak perlu mengekang pasangan dengan segala prasangka buruk. Setia itu bebas bergerak tanpa batas ruang. Ke sana kemari dengan aman dan terkendali. Setia itu percaya. Setia tak terukkur oleh detik jarum jam, atau tahun dalam kalender. Setia itu lepas berkelana tanpa batasan waktu. Karena setia itu selamanya. Setia adalah percaya pada apa yang di yakini. Setia pada pasangan berarti percaya pada pasangannya. Tak ada prasangka negatif yang mencemarinya. Bebas berinteraksi karena percaya pasangan tahu batas batas interaksi dengan dunianya. 

       Cinta ibarat pasir. Semakin tergenggam erat, semakin banyaklah pasir yang terlepas. Biarlah setia yang menangkup pasir itu tanpa merasa terkekang. Setia bukan waktu yang punya detik untuk di hitung, setia itu selamanya. Selama ada percaya dan yakin. Iman itulah yang tak terjamah oleh arus waktu. 

    Setia dan Organisasi. 

       Dalam ruang tujuh kali delapan meter, air conditioner yang masih berdesir meredam sang matahari yang mendidihkan bumi. Bukan api sungguhan yang dapat membakar apapun dalam kedipan mata, ini adalah bara semangat. 

    “ kawan, manusia tercipta sebagai makhluk sosial yang tak akan mampu hidup seorang diri. Banyak dari kita yang kurang menyadari bahwa dalam berorganisasi kita akan belajar bagaimana hidup bermasyarakat. Memahami setiap karakter dalam masyarakat untuk kemudian bisa bekerjasama. Bergotong royong membangun masyarakat. Kawan, jangan khawatir dan jangan berfikir negatif dulu. Berorganisasi bukan berarti menelantarkan kuliah. Berorganisasi adalah jembatan berprestasi baik akademik maupun akademik. Keprofesionalitas dan keloyalitasan lah yang di butuhkan. Tak usah mengeluhkan berapa liter peluh yang kita hasilkan, berapa banyak dana kita cairkan, atau berapa waktu kita yang terbunuh. Semua tak akan pernah selesai jika kita berfikir demikian. Yang perlu kita lakukan adalah menumbuhkan niat, untuk kemudian kita kokohkan niat tersebut. Kita lakukan semua tindakan dengan ikhlas lillahi ta’ala. Hanya senyum syukurlah pada akhirnya yang tersisa. Tak ada ruang untuk merasa lelah atau kecewa. Kawan, berjuanglah dalam kesetiaan imanmu. Hidup Mahasiswa!!”

    “Hidup Mahasiswa !!” 

       Untunglah bangunan tersebut cukup kokoh untuk menampung semangat yang terdongkrak oleh sepatah kata dari sang ketua organisasi. Tepuk tangan membahana memberi ruang pada sang Ketua untuk menarik nafas kagum pada anak buahnya. Kagum dan bangga. Dengan sedikit harap apa yang ia sampaikan akan menginspirasi. 

       Yups, setia dalam organisasi sering di sebut dengan loyalitas. Sering banged senior senior dalam organisasi yang bilang ke para yunior kalo dalam berorganisasi itu mesti loyal. Siap memberikan apa yang di butuhkan organisasi. Tenaga, waktu, dana dan fikiran. Trus bagaimana dengan orang/ individu yang tercatat sebagai bagian atau anggota dalam beberapa organisasi? Masihkah bisa di sebut setia dengan kepemilikan sesuatu lebih dar satu itu? Bisa atuh tapi dengan syarat. Ketika masuk dalam beberapa organisasi kesetiaan telah berganti nama menjadi sebuah keprofesionalitasan membagi waktu, keprofesionalitasan menempatkan diri ada di mana paling di butuhkan. 
        
        Ketika mengikuti organisasi A, oraganisasi B, dan Organisasi C, seseorang mesti sedia skala prioritas. Gag bisa sama sama jadi orang penting dalam semua yang ia ikuti. Mesti ngalah salah satu, resikonya ya kemungkinan kita hanya akan menjadi orang biasa saja dalam organisasi tersebut hanya profesional mawas diri bukan profesional dalam bidang yang di geluti organisasi tersebut. 
       Hahha bingung yah? Gini, misalnya aku. Aku ikut organisasi pecinta alam, teater, sama jurnalistik. Aku pake skala prioritas. Saat ada event di pecinta alam yang mengharuskan aku ikut ya aku ikut, teater sama jurnalistiknya ngalah. Begitu juga sebaliknya. Kalo waktuny bersamaan, jangan ikut ambil bagian yang penting semua. Kaya misal sama sama jadi ketua pelaksana di tiga even berbeda dalam satu waktu. Misal di teater jadi ketua pelaksana, di pecinta alam jadi sie konsumsi di teater jadi sie perijinan atau apa gitu. Di seimbangin gitulah.

  2. 0 comments: