Rss Feed
  1. Bismillaahirrahmaanirrahiim :)



    Minggu, 11 Mei 2014


              
      Tiga tahun lebih kami bertetangga dalam naungan Unit Kegiatan Mahasiswa Tingkat Fakultas, namun baru pertama saya duduk diam penuh khidmat mendengarkan syahdu alunan nada mereka.
                Tiga tahun lebih kami bertetangga dalam naungan Unit Kegiatan Mahasiswa Tingkat Fakultas, namun baru pertama saya pasang telinga penuh lena sebab merdu sekumpulan pita suara.
                Tiga tahun lebih kami bertetangga dalam naungan Unit Kegiatan Mahasiswa Tingkat Fakultas, namun kali pertama ini saya didelegasi memasang raga dengan rela menikmati sajian syair bernada itu.
                Kamis, 08 Mei 2014, tepat pukul 19.30 WIB mereka mulai mengudarakan nada nada itu, membuat terkesima ratusan pasang mata di Aula Gedung F FKIP UNS, menggandeng dua rekan satu atap suara Voca Justicia dari PSM Fakultas Hukum serta Javapella dari Program Studi Bahasa Jawa FKIP UNS, juga sebuah tangan penuh bakat seorang David Henry Sukoco dan dua baris jemari ajaib seorang Rody Widi. Argghh apik nian tatanan Achmad Ghufron selaku Art Directornya.
                Bersama Javapella diawal acara, memperdengarkan aransemen lagu kebangsaan (Gundul Gundul Pacul) resmi membuat penonton takjub di langkah acara pertama. Beranjak pada sesi sambutan dari seperangkat insan insan dibalik layar, Ketua Panitia, Ketua Umum, Pembina, hingga Pembantu Dekan III selaku bagian kemahasiswaan. Meski sangat disayangkan bahwa MC tidak membacakan susunan acara hingga akhir terlebih dahulu, ya setidaknya dari sana para pemirsa tak perlu sibuk bertanya tentang apa yang akan atau sedang disajikan para penyaji panggung, namun terlepas dari hal tersebut susunan acara sudah masuk kategori rapi.
                Dan inilah penguasa panggung A Decade Of Dreams, belasan bocah dengan ragam latar belakang yang bersatu menyajikan nada nada karya anak anak bangsa. Hymne Guru, nyata membuat basah pelupuk mata. Tak hanya sebab liriknya yang menyentuh, namun tiap kali lagu tersebut mengisi ruang dengar, bayang sesosok Bapak Sartono benar benar nyata membuat miris. :”( Seorang pendidik super sabar yang bahkan tak mengenal pensiun sebab statusnya sebatas Guru Tidak Tetap. Pria kelahiran 15 Mei 1836 yang selalu qanaah dijalannya, bukti nyata bahwa Guru bukan semata tentang profesi atau gaji, namun ada abdi yang harus terlunasi. Bukan hutang materi, namun sebuah gelar tanpa tanda jasa yang terisi pengabdian semata. *abaikan, kadang saya memang sering gagal fokus :v
                Dan Badai Pasti Berlalu, memeluk nurani yang pesimis akan langkah siput Indonesia menjejaki langkah perbaikan. Berlalu dalam kesyahduan lantunan nada mereka hingga sebuah dendang daerah yang ditutup kata “Horas” dengan riang menutup sesi pertama penampilan mereka.
                Baiklah, sepertinya malam ini kekaguman saya diborong habis oleh sekelompok manusia pelantun nada itu :3 ( sembari mengingat suara super saya :v ). Diawali dendang accapela menyajikan lantunan lagu dan berlanjut pada I Knew You Are In Trouble milik Taylor Swift, Justicia (PSM Fakultas Hukum) sah memukau saya. :3
                Sayangnya ada satu titik pandang yang terlupa, sebuah pencahaan panggung yang merisihkan tatap. Sinar CWC yang terlalu mencolok dalam menyorot pelaku panggung hingga membuat saya berkali tertunduk menahan pedih dimata. :3 (barangkali sebab tak adanya insan lighting hingga memilih auto light, padahal bisa minta tolong ke anak Peron :v)
                Tampil dengan merah muda, sesi kedua Vox Magistra makin membuat bara ruang semakin dipenuhi asa. Dua lagu daerah (cublak cublak suweng dan padang bulan) juga dua lagu daerah asing, masih tetap nyaman ditelinga. Dan menjadi pilihan tepat, meletakkan pengejaran mimpi dalam siratan lirik Mengejar Matahari milik Ari Lasso dipenghujung acara. Sebuah perjuangan yang jauh dari kebercandaan, bahwa memwujudkan sebuah mimpi tak pernah boleh main main.
                A Decade Of Dreams, memberi satu warna untuk telinga saya. Bukan merah atau jingga, namun biru. Memaknai kebebasan berkarya, menyatakan pemberian kita untuk negeri tanpa peduli pada syahwat yang menuntut pemberian negeri. A Decade Of Dreams menjadi bukti nyata sepuluh tahun keberadaan untainan nada nada sebuah Paduan Suara Mahasiswa Keguruan, juga menjadi batu loncatan atas sebuah kompetisi yang telah menanti di depan mata.
     

  2. 0 comments: