Rss Feed
  1. Bermainlah Nak .... :") (Jilid II)

    Wednesday, 5 February 2014

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    Senin, 03 Februari 2014

                Masih berkaitan dengan postingan saya sebelumnya, (yang belum baca klik disini )seorang  Ibu menanggapi postingan tersebut dalam kalimat berikut. “Tapi kan Nduk, meski menurut kamu itu belum seharusnya untuk mereka setidaknya mereka keliatan bahagia dan menikmatinya. Dan saya juga ndak maksa kok.” Belanya penuh keyakinan.
                Seperti yang saya uraikan pada Bunda dari salah satu adik les saya itu, saya uraikan kembali disini. :”)
                Benar, mereka memang nampak bahagia nan ceria. Ayolah, anak kecil mana yang ndak suka jadi pusat perhatian. Bahkan tanpa harus ikut fashion show, ulah ulah mereka yang menggemaskan seringkali mengundang perhatian kita. Diperhatikan, diberi tepuk tangan, di foto sana sini, di puji, adalah hal hal yang sangat disukai anak. Serupa aksi menampakkan diri, sebuah bentuk aktualisasi manusia di lingkungannya. Tidak ada yang salah dengan itu, bahkan saya sangat setuju dengan hal demikian. Dengan kesadaran mereka akan aktualisasi sejak dini, mereka paham bahwa mereka harus terlihat dan belajar kontributif dengan lingkungan. Fashion Show masuk dalam kategori moment pengembangan afektif yang efektif untuk mereka. Menjadi lebih percaya diri dengan segala yang ia miliki, mengenal minatnya dia, juga hal hal positif lainnya yang menunjang pemahaman atas dirinya. Yang ingin saya garisbawahi disini adalah beberapa tindakan anak anak yang menirukan orang dewasa, memakai make up tebal, pakaian minim, high heels, melenggak lenggok, dan hal hal lain yang belum masanya untuk mereka. Itu pointnya, point yang membuat saya tidak menyukai fashion show anak.
                Tak apa fashion show namun tetap dalam ranah anak anak. Tidak harus melenggak lenggok, tanpa
    antarafoto.com
    make up, tanpa sanggul, baju tidak membuat masuk angin, tak membuat mereka takut salah langkah atau salah pose, tak membuat anak anak dijajah kecemasan sepanjang acara, dll. Membuat fashion show dengan membiarkan anak menjadi diri mereka sendiri, menumbuhkan kepercayaan diri serupa pementasan seni, juga menanamkan indahnya berpartisipasi sejak dini, dan tak perlu ada pemenang di sini, yang ada adalah para pejuang. ^_^ Anak anak yang berjuang penuh percaya diri, orang tua yang sedia kapanpun mendampingi.
                Orang tua adalah fasilitator dalam pendidikan anak. Sebuah fasilitator tugasnya ya memfasilitasi, bukan membatasi. Biarkan anak memilih hal yang ia sukai, jika memang perlu sampaikan beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan refrensi, sertakan juga setiap konsekuensi atas pilihannya. Dan tak hanya menyediakan, fasilitas juga termasuk tentang menguatkan, selalu ada saat anak membutuhkan. Bukan tak membiarkannya mandiri, namun setidaknya kita selalu siap menemani, bahkan saat dia merasa tak ada yang peduli. Siap membangkitkan saat ia jatuh.
                Serupa  melihat ikan ikan di akuarium, kita adalah pengamat dan penyelamat. Membiarkan ikan ikan itu bebas berenang di seluruh pelosok dan sudut akuarium, membiarkan ikan ikan itu mencoba banyak hal disana. Namun kita senantiasa siaga jika ada kebuasan yang melahap ikan itu. Siaga menyelamatkan saat ikan terjepit karang siaga menyelamatkan saat ikan tersungkur jatuh.
               


  2. 0 comments: