Rss Feed
  1. Bermainlah Nak . . . . :")

    Saturday 1 February 2014

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)



    Sabtu, 01 Februari 2014
               
    www.loveindonesia.com
                 Sabtu malam dan kebutuhan bulanan menipis, baiklah ini saatnya ke market sebelah. Tidak perlu bertanya dengan siapa saya melenggang kesana, sebab jelas hanya bersama Vio (nama sepeda gowes saya) dan sepotong ‘bismillah’. Seusai membeli kebutuhan, saya berkeliling sebentar. Mengingat ini masih musim lampion rasanya kurang gurih (ayam kali gurih :3) kalau tidak melihat tatanan di mall samping asrama ini. Dan Olalala ada event penyambutan imlek ternyata. Di naungi background rumah ala Thionghoa, karpet merah, dan ber.soundtrack lagu lagu mandarin beberapa gadis usia belasan melenggak lenggok on the stage. Memamerkan kaki jenjang, menebar senyum dan tatap menawan, juga memakai topeng orang dewasa bernama make-up. Kemana wajah wajah polos mereka? Rasanya lebih bahagia jika melihat anak anak belepotan lumpur daripada rapi make up gitu deh :3 duhdek! -,-
                Lihatlah, wajah wajah cilik penuh lugu itu akan tercoreng ambisi untuk menjadi yang tercantik. Wajah terpulas make-up yang tak semestinya disana. Make up yang seharusnya untuk mereka yang *afwan* kurang cantik atau tepatnya tidak merasa cantik. :3 Make – up atau tata rias, sebagaimana fungsi riasan lainnya, make-up atau tata rias adalah untuk menutupi kekurangannya, kurang indah misalnya. Sebuah ruangan yang kurang indah tentu akan diberi riasan, sama seperti wajah yang merasa kurang indah pasti akan dirias habis habisan. :3 Lain jika make up itu digunakan dalam sebuah pementasan seni peran, ketika memerankan seorang tokoh make up digunakan untuk memperkuat karakter si toko tersebut. Dari segi usia, latar belakang, juga kepribadiannya. Dan dari semua itu, haruskan anak anak ini dibubuhi make up sedemikian tebal hanya untuk sebuah kategori ‘tercantik’ yang dibingkai kata ‘terbaik’?
                Dan kaki mereka pun terjajah. Kaki kaki yang biasanya telanjang bermain di kerikil, menyatu bersama tanah juga rerumputan kini diharuskan menjenjangkan langkah. Hak tinggi (yang bahkan saya sendiri tidak ingin menggunakannya), rok mini, tank top, juga sanggul entah beratnya berapa ons :3. Hmm bahkan sekecil mereka sudah diajarkan rempong :3
                Gadis gadis kecil itu melangkah, berputar, dan berpose dengan senyum artifisial. Kepalsuan
    blokbojonegoro.com
    sederhana yang ditanamkan pada mereka sejak dini. Kasihan! Sesekali  mereka pun melirik pada orang tuanya yang berharap harap cemas serupa. Takut anak anak mereka salah langkah, lupa tersenyum, lupa pose begini begitu sesuai saat dilatih berhari hari lalu.
                Barangkali, beberapa tahun mendatang anak anak ini badannya tumbuh kesamping saat usia tujuh belas, pertumbuhan tingginya bahkan sampai mandek sebelum sweet seventeennya. Pemenang pada hari ini mungkin berubah fikiran, memilih menjadi insinyur pertanian membangun negeri agraris ini. Anak anak yang dijugde paling jelek hari ini barangkali akan menjadi model top pada usia dua puluh, bahkan menjadi finalis terpilih ajang kecantikan di negeri ini. Semua probabilitas dan ketidakpastian hidup yang akan membawa mereka jauh dari hari ini, entah sebagai juara atau sekedar peserta. Lagian juara untuk apa? Menang atas apa? Menjadikan seorang anak juara untuk kemudian membuat anak anak lain minder serta merasa dirinya jelek? Lantas orang tuanya sibuk dalam usaha menghibur mereka, membawa mereka pada kontes kontes serupa di tempat lain, dan kali ini dengan ‘atribut’ dan ‘amunisi’ yang lebih lengkap. Lebih direncanakan, dan barang tentu lebih dibuat buat. :3
                Alangkah indahnya jika malam ini menjadi sebuah pesta penuh sukaria bagi mereka. Berkesempatan bertemu rekan sebaya sebanyak ini. Bebas berlarian dengan kaki telanjang. Tertawa terbahak hingga berair mata. Menari, melompat, terjatuh. Playing anything without  rules.
                Saya tidak menyaksikan fashion show tersebut hingga tuntas, seperti yang tadi saya bilang. Hanya sekitar sepuluh menit, menyempatkan diri menatap wajah ayu mereka hmm ya meski saya berharap ada sempat menatap wajah ayu mereka tanpa perona dan perias. Tapi bisa diprediksi bahwa pemenang malam ini, entah gadis kecil yang mana, dia adalah peniru orang dewasa paling pintar.
                Hmm andai saja mereka paham, menjadi seorang yang dewasa (seorang yang umurnya tak lagi belasan dan hidup lebih dulu dari mereka) itu bukan hanya perkara berjalan melenggok dan memakai lipsik serta bedak mama. Dunia orang dewasa terlalu sempit untuk jiwa mereka yang bebas. Terlalu banyak tendensi tanpa arti. Selalu bertanya “kenapa?” untuk sesuatu yang memang tak harus dijelaskan, untuk menyukai sebuah guling kumal bermotif beruang winnie misalnya. Andai mereka paham, dunia orang dewasa tak seelok dunia mereka yang penuh tawa dan penuh merdeka tanpa sekat pandang. Orang dewasa kerap terjerat kecewa berkepanjangan hanya sebab sebuah harap yang tak sesuai nyata hingga lupa untuk tertawa dan mengubah tatap mata (merubah cara pandang). Andai mereka paham, dunia orang dewasa tak semeriah warna warni lampion di taman pelangi, orang dewasa terlalu sibuk menggolong-golongkan atas nama perbedaan hingga lupa pada makna keragaman. Arrrghh, andai saja. :”( mereka tak perlu berpura pura dan menirukan orang dewasa, sebab semesta akan menuntun dan mengenalkan mereka dalam masanya. Ya Rabbi, :”(
                Bermainlah nak...berlarilah sesuka hatimu. Sekehendakmu. Memanjat pohon, berbaring dirumput menatap awan, tergelincir di pematang sawah, di sengat lebah kecil, gatal kena bulu ulat daun, bersin sebab serbuk sari dipucuk putik, merentangkan tangan dipeluk angin, berkecipak dibak air, membuat adonan lumpur.
                Tertawalah nak...suka cita melihat kepakan kupu kupu, lengkungan pelangi, gerimis kecil, loncatan balon, menjejak trampolin hingga melayang, mandi bola, membangun istana pasir, berenang dipantai, juga menikmati ayunan dan jungkat jungkit.
                Lakukan hal hal yang bisa membuat kalian tertawa tanpa paksa, juga bebas tanpa rias. Kalian selalu indah, jika tak merasa demikian lihatlah dicermin, katakan pada wajah disana itu. Betapa ia sangat mempesona. Mata kecilnya, hidung dengan ingus yang membuat irama sesegukan, pipi bakpao pengundang gemas, gigi jagung, atau apapun yang terlihat disana, katakanlah itu indah. Dan saat mata telah terbuka, kamu telah menjadi lebih indah dari sebelumnya. :”) Percayalah pada dirimu, sebuah keindahan alami tanpa pemurni dari lipstik dan bedak mama.
                Semoga kalian tak lupa untuk terus bermain, di rumput, di pasir, di lumpur, juga ragam daratan lain. semoga tidak tersesat di panggung panggung sandiwara yang belum saatnya dijejaki. :”)
     
    Artikel berikutnya klik disini

  2. 0 comments: