Rss Feed
  1. Penyebab Tangisku, Kamu!

    Monday 17 February 2014

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    Selasa, 18 Februari 2014



                “Ada yang lebih efektif memproduksi air mata dibanding irisan bawang, kamu!” posting saya untuk sebuah update sosial media. Benar, saat itu nyata saya memang sedang menangis sebab seseorang. :D
                Dan tak beberapa lama setelah itu, dua rekan saya memberi komentar menguatkan. Berharap saya tidak menangis dan dilanda GALAU! Haha sungguh, air mata saya kian membuncah. Menyekanya teriring derai tawa. Saya memang menangis, mengeluarkan air mata hingga membasahi bantal, membuang beberapa tissu, dan menyisakan rona merah di kornea saya. Tapi jujur, itu bukan air mata kesedihan, juga bukan bentuk lain dari amarah, itu air mata syukur. Sebuah syukur sebab telah bertemu banyak hal, dan dari sekian banyak hal ada ‘kamu’ disana. Seorang yang masih setia mendoakan saya untuk kelak diberi jalan untuk saling melengkapi bersama. Seorang ‘kamu’ yang masih setia saya mohonkan Allah untuk menjaganya.
                Hmm saya paham tentang komentar dari saudari tersayang saya itu, mereka hanya sedang berfikir bahwa saya sedang menangis dan butuh penguatan. Sebab mereka masih mengira, bahwa menangis (sebuah aktivitas mata untuk memproduksi air mata/ mengalirkan air mata) identik dengan kelemahan, cengeng, dan hal hal lain yang mengacu pada label kerapuhan.
                Benarkah demikian? Bagi saya, alasan Allah menciptakan air mata tak melulu perkara lambang kerapuhan. Coba kita sedikit flasback, pada kenangan mengalirkan air mata, sebuah aliran aneh yang berhulu di pelupuk mata. Bukankah ada banyak ragam alasan kita mengeluarkan air mata? Membaca kisah hidup seseorang, mengenang masa lalu, mendengar pernyataan seseorang, melihat penderitaan orang, bahkan mendengar kabar yang sangat membuat bahagiapun kadang air mata bergulir tanpa permisi, dan parahnya gas volatil pada bawang yang telah bereaksi dengan udara sehingga menjadi sulphuric acid pun mampu membuat kita benar benar termewek mewek tanpa kaitan dengan suasana hati.
                Terbukti bahwa sejatinya air mata diciptakan tak semata untuk label kerapuhan, ada banyak guna disana. Dari segala rupa suasana hati, sebuah refleksi dari ragam rasa yang mengahampiri, wujud ekspresi kebahagiaan, kesedihan, keterharuan, kekecewaan, kemarahan, kerinduan, dan masih banyak lainnya. Juga tentang perlindungan diri sebuah kornea, sebab saraf mata yang sensitif dan akan teriritasi jika terkena sulphuric acid sehingga terangsang untuk memproduksi air mata tanpa peduli suasana.
                Dan salahkan dengan aktivitas menangis sehingga harus dihentikan dan dilarang?
                Keterkaitan mata dan rasa, dimana air mata sebagai pintu dari ragam pendaman rasa, saya sangat memperbolehkan seseorang untuk menangis. Silahkah menangis, laki laki maupun perempuan tak jadi soal. Laki laki tidak akan kehilangan apapun ketika dia menangis, bahkan dia akan semakin lengkap menjadi manusia. Perempuanpun tidak akan kehilangan ketegarannya hanya sebab menangis, malah akan nampaklah kekuatannya yang sebenarnya. Menangislah, bukan untuk minta dipahami, namun menangislah sebab kamu memahami. Memahami akan apa yang sebenarnya terjadi. Memahami kepada siapa harus berserah diri. Memahami tempat tepat untuk menunjukkan kepasrahan sejati. Ya, Allah SWT semata. Menangislah sebab kita paham akan segala hikmah yang bertebaran dalam tiap perkara. Menangislah sebab kita paham rapalan doa akan merajutkan sajadah tempat bersujud kita. Dan menangislah sebab kita paham Allahlah satu satunya Dzat tepat untuk kita bersandar.
                Ya, sekali kali tak apa memanjakan mata untuk menangis, namun bersama tetesan air mata itu, buktikan bahwa kamu sedang mengumpulkan batu bata iman untukmu berpijak kemudian. Sebuah percaya akan kebesaran.Nya. Bahwa Allah selalu lebih besar dan berkuasa  dari apapun yang dihadapi.
                Dan pernahkan kita meneteskan air mata saat mendengar ayat ayat.Nya?
                Pernahkah kita meneteskan air mata saat mengingat alam mahsyar dan hari hisab, atau sekedar membayangkan siksa neraka?
                Subhanallah, jika pernah, air mata itu adalah air mata termahal di dunia. Sebab melalui air mata itu, Allah akan melindungi kita pada hari yang saat itu tiada perlindungan kecuali  perlindungan.Nya.
                “Ada tujuh golongan yang dilindungi Allah SWT pada hari yang saat itu tiada perlindungan kecuali perlindungan_Nya.(Dan salah satunya dia adalah)seseorang yang mengingat Allahdalam kesendirianya,lalu berlinanglah air matanya”
                Diperkuat dalam salah satu hadist riwayat Imam  Tirmidzi.
                “Dua mata yang tidak akan pernah tersentuh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut pada Allah dan mata yang selalu terjaa di jalan Allah.”
                Menangis pun tak hanya menjadi aktivitas fisik manusia, namun ia juga sebuah manifestasi dari Kemahalembutan Allah SWT. Berbahagialah mereka yang selalu menyebutkan asma Allah setiap mengalirkan air mata.
                Kali ini, dalam linangan saya, ada ‘kamu’ yang hilir mudik membersamai rapal syukur saya.
                Sangat bersyukur bertemu dengan kamu, saudariku :”)
                Kamu yang selalu mengajak saya untuk lebih kuat dan tegar.
                Kamu yang selalu membantu saya untuk bangun saat terjatuh.
                Sangat bersyukur bertemu dengan kamu, rekan dengan ragam karakter :”)
                Kamu yang selalu mengajarkan makna keragaman tanpa membedakan.
                Kamu yang selalu mengajarkan membuat makna setiap harinya.
                Sangat bersyukur bertemu kamu, adikku sayaang :”)
                Kamu yang selalu memberikan kepingan semangat empat limamu.
                Kamu yang selalu mengulumkan senyum ramahmu.
                Sangat bersyukur bertemu kamu, seorang yang masih ku simpan baik baik di sela doa.
                Kamu yang selalu menjadi refleksi pada cermin masa depan.
                Kamu yang selalu menghangatkan melalui lengan doa.
                Juga kamu yang selalu memberi inspirasi tiada henti. :”)
                Dalam linangan ini, saya hanya sedang bersyukur atas kejutan dan keajaiban yang Allah pertemukan dengan saya sehingga kamu dan saya mampu bersua. Saya sedang bersyukur, sebab diajarkan banyak hal dalam rencana rencana.Nya yang jauh dari duga. Maka biarkanlah saya menangis :”)
                Lantas, ketika cobaan datang menyesakkan dada kita tidak menangis, melihat kepedihan orang lalu mencoba berempati seolah kitalah yang menanggung kepedihan itu namun tetap tak berair mata, tepatkan itu sebagai bukti kehebatan dan ketegaran?
                May be, its right, kembali dari kacamata mana kita melihatnya, hanya saja pernah kah kita menanyakan tentang kelembutan hati  kita? :”) Dan saya masih tetap tidak menolak untuk menemanimu menangis, bahuku memang kecil, namun saya akan menyediakan hati yang besar untuk menemanimu menangis. :”)
               

  2. 0 comments: