Rss Feed
  1. Bismillaahirrahmaanirrahiim :)



                Bibir saya kian mengembangkan seulas garis lengkung. Mengangkat kedua pipi untuk terus nampak tembem. Yah, saya tersenyum malam ini. membiarkan diri merasa tersanjung juga senang. Astagfirullah, saya telah terlalu berbaik sangka (mungkin). Saya melihat diri saya dalam sebuah bayangan kata. Dimana saya mengira paragraf paragraf itu adalah kacamata yang digunakan seseorang untuk menatap saya. Dimana saya merasa telah memasuki ruang benaknya yang berisi tentang saya. Ya, Rabb semoga benar :’) dan semoga bukan jalan untuk menjauh dari penjagaan.Mu :’)
                Terlalu dini untuk mengatakan dan mendefinisikan tentang rasa atau tentang apapun yang telah membentang. Namun, dalam proses ‘menjadi’ kali ini bukan lagi membuat adonan kue kering, tapi adonan bahan cangkir. Bukan semata untuk kenikmatan semata, tapi juga suatu keawetan karena proses yang panjang. Ditempa dalam penjagaannya, di bimbing dalam rak rak kaidah, lalu di panggang dalam panasnya menjauh dari syahwat duniawi. Semuanya memang membaur dalam atmosfer bumi, tapi kali ini saya enggan melebur bersama. Saya akan menjaga yang tersiratkan olehnya, menjaga harapnya yang tergambar dalam alinea itu. Semoga :’).
                Menjadi ma’mumnya. Mengaminkan setiap doa atas kebaikan keluarga bersama yang meluncur lirih penuh kepasrahan di balik punggungnya. Dalam takzim sujud sepertiga malam, dalam isak penuh pengharapan. Kita bersimpuh atas kesyukuran rencana.Nya. Rencana yang kerap disangka tak sengaja oleh manusia, bahkan dalam kamus.Nya tak ada kata tak sengaja atau main main. Semua telah terencana dan terprogram dengan sangat apik.
                Mungkin hati saya sedang berwarna merah jambu. Merona oleh rasa malu juga rindu yang enggan berlalu. Entah rasa apa ini, yang jelas saya ingin mengislamkannya. Bukan semata bentuk penghalalan dan pengatasnamaan Tuhan untuk sebuah hubungan, bukan. Sungguh, saya hanya ingin mempertahankan apa yang saya yakini dari awal. Sebuah komitmen penantian juga penjemputan. Seorang perempuan yang menanti dalam kesetiaannya menjaga diri, ya dia menanti dalam penjagaannya. Juga seorang laki laki yang menjemput perempuannya dalam langkah ikhtiarnya untuk kelak menjadi seorang imam bagi perempuan yang menantinya dibatas waktu.
                Saya mungkin bukan seorang perempuan yang duduk manis dalam sebuah peron stasiun guna menanti datangnya jemputan dari seorang masinis. Bukankah setiap orang memiliki cara tersendiri untuk menyikapi suatu hal, dan saya enggan duduk manis disana.          
                  Dalam penantian saya, saya kerap berkeliling stasiun mencari tahu apa saja yang ada disana, kadang sampai melewati gerbang stasiun sebab jalan didepan stasiun ramai teriakan manusia lain, kadang juga saya berlari mengejar seorang yang salah menaiki keretanya, kadang pula saya kehabisan tiket sebab tiket saya berikan pada orang lain. Tapi dalam proses interaksi saya dengan lingkungan stasiun itulah saya banyak belajar tak hanya tentang pengutamaan sebuah kepentingan tapi juga indahnya mengikhlaskan. Di sana di peron penantian saya, saya dalam proses memperbaiki diri sebab saya percaya engkaupun demikian. Bukankah saya adalah cerminannya? :’)
                Masa penantian ini mungkin tak jarang berbuah luka, namun jikapun saya pernah hampir mati sebab terlalu lama menanti tapi setidaknya saya masih bernafas hingga kini. Dan bukankah saya telah berhasil selamat dari kematian? J
                Dalam sujud panjang itu, saya kerap menyisihkan ruang untuk berharap. Bahwa kelak saya dan dia mampu menjadi kita. Bersatu untuk semakin dekat dengan yang Maha Satu. Lalu, ragu itu tiba begitu saja. Nyata saya mungkin tidak selamanya indah seperti dalam benaknya, banyak sekali kekurangan yang nantinya saya mohonkan bantuan untuk dia meluruskannya. Memintanya agar kelak membimbing saya dalam kasih sayanngnya, namun juga enggan menjadi segan untuk menegur saya jika saya berbuat salah tentunya. Dan melalui ini, dia akan tahu sedikit mengenai kekurangan saya, hendak pula kuyakinkan padanya. Bahwa ini hanya sebagian kecil saja. Lantas memintanya untuk mempelajari yang sedikit itu hingga mampu memahami saya, karena dalam segala keingintahuan saya terhadapnya. Sejatinya adalah proses saya memahaminya.
                Jika kelak ditakdirkan bersatu, Saya yakin Allahh akan mengutusnya untuk membimbing saya karena kesanggupannya. Allah pasti ingin agar kelak kita saling melengkapi atas kekuranganku dengan kelebihannya. Dan atas kekurangannya dengan kelebihanku.
                Jika ia membaca ini, sungguh bukan ungkapan cinta yang ingin saya dengar. Bukankah sebaik baiknya lelaki yang menyatakan cinta kepada perempuan bukan mahramnya ialah jika ia menyatakan cintanya didepan keluarga besar sang perempuan berbekal mahar juga bonus sabar penuh ikhtiar? Saya sangat percaya itu. Jika kelak ia membaca ini, saya hanya ingin dia tersenyum lantas mengaminkan doa ini :’)
                Lantas menjaga kesetiaannya terhadap sebuah komitmen. Bahwa komitmen bukan tentang bagaimana menjalin suatu hubungan, tapi juga tentang kesetiaan terhadap suatu keyakinan untuk saling mendoakan meski jarak hijab masih membentang. Mari menjaga hijab kita masing masing. Menjaga pandang juga hati untuk menatap pada yang Esa, bukankah disana kita dipertemukan?! :’) kian mendekatkan diri pada.Nya agar Iapun sudi untuk mendekatkan kita. :’) kian memperbaiki diri agar masing masing dari kita menjadi baik dan layak untuk memantulkan bayangan diri dalam cermin musahabah :’) Ya semoga :’) semoga ada saya dan dia dalam kita untuk tetap menjaga agama. :’)
                “Duhai Rabbi, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Membolak balikkan hati manusia. Pemilik atas hati manusia yang kerdil ini, yang menumbuhkan kerinduan dalam diriku untuk bertemu belahan jiwa atas kehendak.Mu. Menciptkan kasih sayang diantara kami agar tentram hidupku dan merasakan kebahagiaan atas indahnya ciptaan.Mu.
                Duhai Rabbi, jika tak pernah cukup amalku membawaku ke surga.Mu, berikanlah aku seorang imam yang akan mendoakanku menjadi bidadari surganya hingga doanya menjadi salah satu alasan bagi.Mu mengisi salah satu surga.Mu dengan aku.
                Duhai Rabbi, jika tak pernah mampu aku memberatkan timbangan amalku dengan ibadahku sendiri, berikanlah aku seorang yang membuatku mengabdikan diri kepadanya sebagai bukti cintaku kepada.Mu, agar ridhanya menjadi kunci bagiku membuka surga.Mu dan pengabdian kepadanya adalah ibadah mulia yang kulakukan atas nama cinta kepada.Mu
                Duhai Rabbi, jika itu semua tak layak untukku pertemukanlah aku dengan jiwa baik yang aku rindu itu, yang mengaitkan cintanya semata pada.Mu, yang akan ku muliakan dalam pernikahan yang tenram hingga semakin kuat cintaku padamu, hingga kami berkumpul dalam naungan kasih sayang.Mu. Maafkan pula kami yang telah memburu cinta yang pernah hadir tanpa.Mu, yang hadir sebab bukan atas nama.Mu, dan biarkanlah kami menjadi penghuni menara menara langit.Mu, yang Kau janjikan terisi oleh mereka yang mencintai karena.Mu.” :) Aamiin :)
    Saya seorang perempuan yang tak pernah diam dalam penantiannya’
    Terima kasih Ya Allah atas indah.Nya rencana.Mu :’)
    Semoga penantian saya hanya karena.Mu Ya Rabb :’) 


    Senin, 19 Agustus 2013


     

  2. 0 comments: