Rss Feed
  1. Bismillaahirrahmaanirrahiim :)




                     Kasus Dolly ya?
                Tiga tahun lalu saya menjadi tim afirmatif dalam debat sebuah mata pelajaran, setuju atas sebuah pernyataan "Lokalisasi". Ya, saya diharuskan setuju dengan pernyataan tersebut, menyiapkan fakta fakta hangat yang pro akan hal tersebut. Lokalisasi seperti yang kita tahu merupakan fasilitas ruhaniah yang merujuk pada kesenangan sesaat. Cerminann masyarakat hedon. Meletakkan kesepian dan ketidakpuasan sebagai biangkeladi adanya lokalisasi. Kesepian akan kehadiran seseorang? Pun kepuasan dalam bersosial dalam hal "Itu".
                Dalam debat tersebut saya mengusung beberapa point guna menguatkan pernyataan saya. Hal hal yang dipertimbangkan atas berdirinya ruang lokalisasi, hal hal yang katanya positif.
    1.      Dengan adanya Lokalisasi orang orang yang dulunya malu malu muncul di depan umum sebagai pelanggan akan enggan kesana kembali sebab belangnya akan nampak di depan umum. (atau bahkan makin percaya diri dan kehilangan urat malu).
    2.      Sesekali kita dapat menunjukkan kepada anak cucu kita, atmosfer keruntuhan moral serta dampak dampak yang menyertainya. Setidaknya mencegah kepenasaran mereka dan keinginan mereka mengunjungi tempat tersebut dengan petak umpet.
    3.      Kita akan mampu lebih waspada terhadap para pelanggan. Dengan tahu siapa saja pelanggan disana, setidaknya kita bisa menjaga diri dari orang orang tersebut.

                Hanya tiga point itu yang saya ingat, selebihnya tenggelam dalam keterbatasan ingat saya. Dan nyata meski saya berhasil menaklukan tim yang menolak dengan tegas adanya lokalisasi tersebut, ada segumpal menyesalan yang mengendap di relung hati. Sesak. Menyiksa. Sejatinya saya kalah dalam keegoan. :3
                Lokalisasi, pembiaran ruang bisnis “esek – esek”. Ramainya ruang yang mengindikatorkan minimalisnya kesetiaan dan pengindahan akhlak dalam masyarakat. Landasan kebutuhan hidup juga keharusan survive menjadi alasan penghalalan jalan mencari makan dan kepuasan. Percaya atau tidak, bahkan mereka paham benar akan makna zina, dosa, ODHA, dan surga pun neraka. Sayangnya mereka meutup mata rapat rapat, enggan sekarat dalam perut yang minta diisi nasi, enggan sekarat termakan ngengat sepi.
                Kembali pada kasus penutupan Gang Dolly, adalah kebijakan kecil yang semoga disusul dengan tindak sama terhadap sarkem Yogya, remang RRI Solo, juga tempat tempat serupa lainnya.

    Sekalipun mereka adalah penyedia jasa. Mereka pun menjadi jembatan dosa melawan kesetiaan. Khawatir jika banyak dibuka Dolly Dolly lain secara sembunyi sembunyi? Khawatir jika pasangan bermain kucing kucingan mengunjungi atap Dolly yang malah kian mempelosok tersembunyi rapat? Khawatir ada perut buncit keroncongan meraja lela sebab lapangan kerja ditutup?
                Baiklah, mendekat sini biar saya bisiki sesuatu daripada kamu berteriak hingga serak namun tak bertemu jalan tengah, daripada kamu merintih pada Tuhan untuk penerangan jalan sesat.
                Ku kenalkan kamu pada dua sosok tangguh, Sarinah dan Dasima yang lahir dari rahim kritis W.S. Rendra. Jika kamu tak ingat sebab beda masa yang jauh. Tenang saja, ada Diva yang meringkuk nyaman di paragraf Supernova milik Dee. Mereka bertiga akan mengajakmu melawan dengan tepat aksi penutupan sebuah remang lapangan kerja.
    ^O^
    Bersatulah Pelacur – Pelacur Kota Jakarta
    Oleh W.S Rendra

    Pelacur-pelacur Kota Jakarta
    Dari kelas tinggi dan kelas rendah
    di ganyang
    Telah haru-biru
    Mereka kecut
    Keder
    Terhina dan tersipu-sipu
    Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
    Tapi jangan kau lewat putus asa
    Dan kau relakan dirimu dibikin korban

                Bisikan Rendra jelas membawa pengangkatan derajat perempuan. Terkhususkan perempuan yang tersisih dalam kehidupan berlatar belakang negatif oleh mayoritas masyarakat. Dan tentu, Rendra sedang membicarakanmu ah tidak tepatnya menguatkanmu untuk melawan. Bahkan ia mengorbankan diri untuk proses penyebaran pengaruhnya ini. dia abaikan mata mata yang menatapnya sebelah.
                Memaknainya lebih dari sekedar sajak liris, “Bersatulah Pelacur – Pelacur Kota Jakarta” adalah penggambaran realita dalam masyarakat. Atas nama penolakan tindak pengucilan masyarakat kepadamu dia bertutur melalui sajak. Dan biar bagaimanapun kamu adalah bagian dari saya. Perempuan. Pemaknaan atas diksi “Pelacur” mempertegaskan bahwa Rendra tak main main membela kaum perempuan yang tersisihkan. Ia paham benar bagaimana kehidupan terbalut ketakutan akan hukum yang tidak berpihak padanya. Kehidupan yang dirundung malu mengakui sebuah mata pencaharian sebab terpandang hina oleh kontruksi sosial serta norma bermasyarakat. Meski ada dari kamu yang duduk manis terselubung kehormatan di “Tingkat Tertinggi” yang tak semata melakukan pekerjaan untuk pemehuhan kehidupan sehari hari, namun tetap saja hidup dalam kaum persembunyian.
                Ya sayang. Terkadang masyarakat begitu kejam dalam tatapnya. Rendra dengan bijak memanfaatkan diksi “Pelacur” tak sebatas pada sebuah profesi bawah tangan, tapi disanalah tersimpan rapi dibalik kekejaman serta ketidakadilan yang dialami perempuan. Bentuk tranfosmasi liris dari relitas kehidupan sosial yang ada dalam kehidupan lapangan.
    Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
    Sekarang bangkitlah
    Sanggul kembali rambutmu
    Karena setelah menyesal
    Datanglah kini giliranmu
    Bukan untuk membela diri melulu
    Tapi untuk lancarkan serangan
    Karena
    Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
    Tapi jangan kau rela dibikin korban
                Benar! Kamupun bagian dari perempuan yang diperjuangkan emansipasinya oleh R.A Kartini. Jika dulu perempuan dikucilkan sebab pendidikan yang dianggap tabu serta melanggar nilai, nyata kamu terpinggirkan sebab aksi persembunyian mata pencaharian. Maka kamupun layak berjuang dari status sosial yang terpandang negatif oleh masyarakat. Rendra dengan lugas mendobrak kebenaran atas keberadaanmu dibalik tirai kelam gedung-gedung birokrasi.

    Sarinah
    Katakan kepada mereka
    Bagaimana kau dipanggil kekantor menteri
    Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
    Tentang perjuangan nusa bangsa
    Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
    Ia sebut kau inspirasi revolusi
    Sambil ia buka kutangmu

    Dan kau Dasima
    Khabarkan pada rakyat
    Bagaimana para pemimpin revolusi
    Secara bergiliran memelukmu
    Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
    Sambil celananya basah
    Dan tubuhnya lemas
    Terkapai di sampingmu
    Ototnya keburu tak berdaya
    Politisi dan pegawai tinggi
    Adalah caluk yang rapi
    Kongres-kongres dan konferensi
    Tak pernah berjalan tanpa kalian
    Kalian tak pernah bias bilang ‘tidak’
    Lantaran kelaparan yang menakutkan
    Kemiskinan yang mengekang
    Dan telah lama sia-sia cari kerja
    Ijazah sekolah tanpa guna
    Para kepala jawatan
    Akan membuka kesempatan
    Kalau kau membuka kesempatan
    Kalau kau membuka paha
    Sedang diluar pemerintahan
    Perusahaan-perusahaan macet
    Lapangan kerja tak ada
    Revolusi para pemimpin
    Adalah revolusi dewa-dewa
    Mereka berjuang untuk syurga
    Dan tidak untuk bumi
    Revolusi dewa-dewa
    Tak pernah menghasilkan
    Lebih banyak lapangan kerja
    Bagi rakyatnya
    Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
    Namun
    Sesalkan mana yang kau sesalkan
    Tapi  jangan kau lewat putus asa
    Dan kau rela dibikin korban
    Pelacur-pelacur kota Jakarta
    Berhentilah tersipu-sipu
    Ketika kubaca di koran
    Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
    Menuduh kalian sumber bencana negara
    Aku jadi murka
    Kalian adalah temanku
    Ini tak bias dibiarkan
    Astaga
    Mulut-mulut badut
    Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan
    Saudari-saudariku
    Membubarkan kalian
    Tidak semudah membubarkan partai politik
    Mereka harus beri kalian kerja
    Mereka harus pulihkan darjat kalian
    Mereka harus ikut memikul kesalahan
    Saudari-saudariku. Bersatulah
    Ambillah galah
    Kibarkan kutang-kutang mudih ujungnya
    Araklah keliling kota
    Sebagai panji yang telah mereka nodai
    Kinilah giliranmu menuntut
    Katakanlah kepada mereka
    Menganjurkan mengganyang pelacuran
    Tanpa menganjurkan
    Mengahwini para bekas pelacur
    Adalah omong kosong
    Pelacur-pelacur kota Jakarta
    Saudari-saudariku
    Jangan melulur keder pada lelaki
    Dengan mudah
    Kalian bias telanjangi kaum palsu
    Naikkan tarifmu dua kali
    Dan mereka akan klabakan
    Mogoklah satu bulan
    Dan mereka akan puyeng
    Lalu mereka akan berzina
    Dengan isteri saudaranya

                Saya paham tidak mudah lepas dari jerat lorong pekat itu, benar bahwa membubarkan partai Politik lebih mudah dibandingkan membubarkan lapak lapak itu. Hanya saja, bukankah ini penawaran pantang tolak agar kamu terbebas dari lingkaran setan lapar itu? Setidaknya aksi tegar Bu Risma adalah wujud nyata pembelaan atas kamu. Dia bahkan membukakan pintu untukmu kembali bermasyarakat. Dana kompensasi itu berupa buku tabungan senilai Rp 5.050.000. itu memang tak sebanding dengan rupiah bertahun kalian disana. Hanya saja, bersama niat melawan dan tindak enggan bergantung pada lumpur pekat, gunakanlah itu. Membuka usaha dengan lihainya tanganmu meracik kopi, teh, bakwan, pun dengan kuliner lain yang biasa kamu makan. Bisa juga kamu lawan dengan kelincahanmu melukis wajah di depan cermin pun dengan aksi memangkas rambut rambut guna memperindah raga. Saya percaya, kamu mampu dan bisa.
                Jadilah kupu-kupu yang tidak berhenti bermetamorfosis :”) Tak bergantung pada pekat malam yang penuh fana pun dengan siang yang banyak tak disangka. :”). Kamu, Saya adalah Perempuan yang harus tetap berjuang :”)


  2. 0 comments: