Rss Feed
  1. Satu Pohon Untuk Satu Nyawa

    Sunday, 8 June 2014

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    Minggu, 08 Juni 2014


                Perempuan itu berlari meninggalkan forum di bawah terik matahari, menjejak di atas tandusnya tanah, juga menerbangkan debu tanda jarangnya permukaan diendus hujan. Ada yang harus dilakukannya sesegera mungkin. Harus cepat, batinnya berteriak dalam gerak.
                Dan senyum polos tanpa dosa itu lah yang menyambut kepulangan suami yang menyusul penuh tanya, ada apa Utari?
                Utari, nama perempuan itu. Dia berlari untuk satu nyawa, bukan! Bukan nyawa manusia, tapi sebuah pohon. Ada pohon depan rumah yang berteriak kehausan, ada pohon depan rumah yang meminta disiram air, ada pohon depan rumah yang memanggil Utari, dan tentu hanya Utari yang mendengar suara pohon depan rumah itu.
                Sejatinya semua mendengar, hanya saja mereka memilih diam dan membiarkan. Telinga Utari terlampau lembut untuk membiarkannya berlalu, baginya pohon depan rumah yang telah tumbuh nyaris lima tahun adalah sama dengan dia, sebuah nyawa yang pernah tinggal dirahimnya sembilan bulan. Dia yang diperjuangkan dalam taruhan nyawa untuk sebuah ada. Dia yang memanggil Utari dengan nama “Ibu”. Dan nyata, panggilan itu harus terkubur dalam batasan umur. Dia yang harus berpulang sebab fakta jauhnya rumah dari sumur. Setidaknya jika satu rumah satu sumur, Utari akan bisa mengajak anaknya mandi dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan dan berkegiatan, pun menggosok gigi sebelum dan sesudah makan. Sayangnya, kini hanya pohon depan rumahlah yang bisa diajak Utari bercanda, bercerita, juga berpeluh penuh suka. Di mandikan dibawah terik matahari dari air kali, Utari pun menjelma menjadi akar penyedia mineral, pendukung pertama fotosintesis.
                Setengah gila Utari menjelma. Mendekap batang pohon yang kian meninggi, mengusir para pengganggu yang mendekat, hingga menari bersama dalam kesukacitaan. Utari tidak peduli pada tatap sekitar yang memandang penuh kasihan, Utari hanya tidak ingin kehilangan kedua kali. Pohon yang ia tanam sebagai saksi kelahiran belahan jiwanya, adalah hal yang patut dan akan terus ia jaga meski sang belahan jiwa telah tiada. Baginya satu pohon itu kelak akan mampu tumbuh menjadi tampungan air tanah semesta, menyelamatkan beberapa raga yang masih berjiwa. Bagi Utari, tindakan setengah gilanya adalah bagian kecil dari tujuan besar yang ia inginkan. Aksi sederhana merawat pohon untuk air bersih kelak dikemudian hari.
                Layaknya Utari dalam kesederhanaan tindak penuh makna, Lifebuoy mengajak kita mengingat satu hal. Bahwa perubahan besar bukan terjadi sebab satu gerakan instan dan sekali jadi. Perubahan besar ialah akumulasi dari gerakan gerakan kecil yang terproses dalam pembiasaan berkali kali. Kita tak dapat meminta semesta untuk berubah seketika, menyediakan batang batang penampung air tanah, lurik lurik hijau penyuplai oksigen siang, pun dengan lingkungan yang peduli kebersihan pangkal kesehatan.
                Ada tindak sederhana menjaga anak dari Pneumonia dan diare. Mencuci tangan. Pneumonia yang sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme berupa virus dan bakteri pun dengan diare. Dan melalui mencuci tangan, meski tak akan benar benar menghilangkan resiko terserang dua penyakit tersebut, setidaknya mencuci tangan membantu kita meminimalisir resiko sakit tersebut. Mengawali kita untuk mampu menjaga lingkungan hidup melalui kebiasaan sikap hidup sehat.
                Dalam rangkaian pijakan langkah Lifebuoy guna membantu pencegahan kematian akibat pneumonia serta diare, 10 tahun terakhir Lifebuoy telah berhasil mengajak anak-anak untuk mencuci tangan dengan sabun. Kisah Utari hanya sebagian kecil dari gunung es masalah pendidikan kesehatan dan kebersihan.
                Dan barangkali kita tak pernah mengenal Utari, apalagi pohon depat rumahnya itu, tapi bukankah kita sangat mengenal arti dari sakitnya kehilangan? Juga sulitnya mengikhlaskan belahan jiwa yang dicinta sepenuh nyawa? Harus berapa Utari lagi untuk menampar kemauan hidup sehat?

                 Postingan ini disponsori oleh Lifebuoy dengan tanggung jawab isi tetap pada penulis.
                 Info lebih lanjut silahkan di laman resmi dari Lifebuoy: Facebook, Youtube, Twitter, Website

  2. 0 comments: