Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Senin,
02 Juni 2014
Dengan senja yang tetap jingga serta
hati yang tak lagi sama, saya kembali pada Senin, Selasa dan seterusnya.
Menapaki jalan yang seharusnya. Menyimpan perjalanan kemarin pada beberapa
alinea dalam format doc. Mengisi Kerajaan Kenangan atas nama kita serta bukit
icon kota.
Stasiun Lempuyangan, pukul 17.25,
bola merah itu mulai bersemayam, meninggalkan sisi bumi yang berisi saya dengan
hantaran jingga ufuk barat. Dan lipatan tiket dalam genggam saya, resmi akan
mengantar kepulangan saya pada rutinitas semula. Kuliah, membersamai adik adik
belajar, dan bersepeda. Membingkai kenangan dua hari semalam yang menakjubkan
dalam beberapa prosa.
Tepat di kilometer tiga puluhan
jalan Magelang, jingga itu membius kecepatan laju motor saya. Berfusi indah
menjadi kelambatan menatap perpisahan hari, melambai pada senja yang segera
digulung malam. Menunaikan lima rekaat untuk waktu jamak di rumah teman
Muntilan. Sebelumnya perkenalkan dulu, empat rekan Pejuang Pena yang melaju
bersama. Nduk Evi si Penyuka Langit Malam, Sifa yang pendiam dalam
keanggunannya (Perempuan Calm Yang Entah Kapan Saya Bisa Setenang Dia :v ),
Nduk Amie Si Pena Ilmiah (Calon Apoteker yang Ahli Buat Manga ^_^ ), juga
kerikil bernama Bara :v. Bersama dari Yogya, kami mulai perjalanan tepat pukul
16.17 WIB dari Masjid Kampus UGM. Armada yang dipertemukan dalam event pena pun
melaju dalam bahagia (*aku sih bahagia :D )
^O^
Pekan Seni Tidar, begitu label acara
tersebut, dengan warga BS (Bengkel Seni: Semacam Unit Kegiatan Mahasiswa
UNTidar dibidang seni, berbeda dengan UKM di FKIP UNS yang setiap jenisnya
berdiri sendiri, semisal teater ya Peron, olah Vocal ya Fox Magistra, dll. BS
terlalu rakus :3 dia membawahi semua divisi seni, dari tari hingga seni peran
juga olah vocal.) dalang atas kebersamaan ini. Yang juga mengajak rekan semua
untuk menyapa kembali ragam seni budaya yang tersebar di tanah air tercinta. Di
awali dengan Pasamuan Budaya (31 Mei 2014, 19.00 WIB – 23.00 WIB ) launching Antologi Cerpen “Mengejar
Angin” yang merupakan Kompetisi Cerpen Nasional bertemakan sama dengan judul
buku, menyeleksi ratusan cerpen yang masuk menjadi 15 cerpen terbaik dari
kalangan pelajar SMA (5 cerpen) dan mahasiswa (10 cerpen). Berlanjut pada
Pameran Rupa (1-5 Juni, 13 .00 WIB – 22 Mei WIB ) memaparkan ragam seni rupa
karya pemuda pemuda calon penerus bangsa. Berlanjut pada tanggal 2 Juni 2014,
pukul 13.00 WIB – 22.00 WIB Parade Puisi, menyampaikan ragam bait bait liris
dari penyair kritis negeri. Kemudian tanggal 3 – 4 Juni 2014 di jam yang sama,
ada Secreening Film, semacam parade film anak negeri, seni audio visual yang
berkoalisi apik dalam kacamata sang sutradara. Dan ini puncak malam seni
Tifest, 5 Juni 2014, Parade Teater sekaligus sebagai penutup, berharap lebih
mampu menyampaikan tujuan dari agenda besar Tifest. Mengindahkan seni mencintai
karya negeri J
^O^
Perpustakaan Kyai Sepanjang.
Belum banyak manusia luar yang
datang, gedung perpustkaan yang kabarnya belum lama di upgrade (?), beberapa
panitia masih wira wiri dalam kesibukan, jadilah kami tamu krik krik :D.
Tunggu! Ada sosok kriwil yang menyambut kami, menyilahkan kami masuk dan
meyakinkan kami bahwa kami tak salah alamat :v. Holla mas Kury Yusuf (bilang
namaku alay pake i (rii) double padahal dia juga alay, i (maskuri) nya dianti y
(kury) -_- ). Masa penampakan wajahnya pun datang, setelah sekian lama kami
hanya disuguhi punggungnya yang membungkuk hormat saat bersalaman dengan Bapak
SBY dalam Foto Profil Fbnya :v
Dilanjutkan dengan penampakan imut
dari Dek Sesty dengan tiket message “Mbak, aku pakai sweater merah, kalau mbak
liat aku, dicegat ya!”
Saya
tersenyum menengok ke kiri saya suda ada satu bocah yang nampak kebingungan
mencari seseorang.
“Assalamualaykum, Nduk Sesty!”
sapaku segera, sedikit khawatir dia melangkah terlalu jauh, dan tersesat -_-.
Dengan tanpa dosa, Sesty duduk
disamping saya. Hmm bocah SMA N 1 Surakarta asal Bali yang nyangsang di Solo
dan sekarag terdampar di Magelang tepatnya di samping kursi saya sebab
kemampuan menulisnya. Itu sih info yang saya dapatkan selama perbincangan
ngetan ngulon bareng dia :v Sayanya yang kocak atau Sestynya yang terlalu mudah
tertawa, sepertinya malam itu dia banyak tertawa :v
Proses penampakan masih berlanjut
pada sosok Susi Lestari. Perempuan Bolang (*benerin kerah baju *berasa ketemu
SahabatBolangKembarDiHati). Doa yang ternyata bela belain dari Brebes (asli
arek Brebes katanya) langsung otw Magelang bersama laju bis selama tujuh jam
(bener enggak?) Seterong bingiittt!! :v padahal katanya Senin harus udah di
Semarang. (Ah udah biasa, kata dia)
Satu lagi, penampakan dari satu
sosok tak terduga yang bahkan tak masuk dalam rencana. Hai Mbak Ika ^_^. Korban
SKSD saya yang amm kok anggun gitu ya :v Mahasiswi UNTidar yang sudah
meramaikan jagad dengar kampus Tidar. Yep, dia penyiar hlooo di radio kampus
Tidar. Obrolan yang sempat menumbuhkan keinginan siaran lagi :”(. Ah sudahlah,
itukan jaman SMA -_-. Enggak usah jauh jauh Ris!! Itu nyanyiin lagu ciptaan
sendiri ajah belum bener, tuh tugas Seni Musik belum kelar!! :3 *abaikan*
Dan inilah jadinya ketika tujuh
perempuan duduk berdekatan dalam satu garis kursi. Sibuk berbincang penuh candaan
di antara kata sambutan pemiliki acara :v hingga lalai pada satu fase yang
sepertinya terlewatkan. Sambutan ketua panitia dan lurah rumah?
Satu
satunya yang membuat kami hening sejenak ialah suara MC yang menyatakan sesi
“Penganugerahan”. Menyimak penuh khidmat, tiga nama itu meluncur hangat.
Fildzah sebagai Penulis Cerpen Terbaik Tingkat Mahasiwa (*Peluk Cium Seribu
Kali). Sesty Arum sebagai Penulis Cerpen Terbaik Tingkat Pelajar (*Peluk Cium
Seratus Kali). Dan Dek SMA yang Cantik (lupa namanya -_- )sebagai juara
Favorite (*Peluk Salam Senyum Manis). Selamat semuanyaa ^_^
Nyatanya penampakan belum selesai,
seorang Izah (Fildzah) sebab ia tidak berangkat bersama, dia tiba empat puluh
menit semulai acara dan baru sempat saling berbincang sepuluh menit setelah
pengumuman. Menghampiri saya dengan senyum sumringah dan mata penuh binar
bahagia.
“Mbaaak Risa, maaf tadi enggak tau
kalau itu mbak, ini aku baru buka hape!” hamburya menyalami saya. Detik itu,
entah darimana saya terharu :v teringat adik adik di Solo :v
Perbincanganpun kembali hangat.
Izzah berbagi perjuangannya membidani satu novelnya yang berjudul Phobia. Perjuangannya untuk bangun dari
cercaan dan penolakan penerbit. Ah bocah ini, belum belum sudah membuat saya sukaaaa.
Bagi yang penasaran seperti apa cerianya si Izzah bisa disantap itu karya
pertamanya :”) dengan harga Rp. 54.000,- kamu telah menyuplai kebahagiaan Izzah
dalam berbagi inspirasi :v *bantu promo*
^O^
Pameran lukisan di sudut ruang
gedung perpustakaan menutup pembukaan Pekan Seni Tidar. Kami sebagai tetamu
jauh dipersilahkan menikmati suguhan tinta warna warni karya seniman Tidar ^_^
Salam Kanvas Mas Piou.
Taraaaaaaa...kagumku nyaris habis di
sana. (berhubung saya enggak bisa ngegambar sekece ituh :v kagum menjadi hal
yang mampu saya berikan sebagai bentuk apresiasi ).
Selepas menikmati lukisan di ruang
pameran, megabadikan beberapa kebersamaan dalam jepretan kamera, kami diantar
panitia untuk menunggu tourguard :v.
Sayangnya, Fildzah harus kembali ke Yogya malam itu juga, ada agenda di minggu
pagi katanya. Pun dengan Sesty yang ke Magelang bersama keluarga besar, bersama
Ayah dan Ibu yang setia menemani, dia harus pulang ke Solo, sebab Ayah harus
berangkat ke Jakarta demi asap dapur tetap mengepul (*apaseh? -_-). Tinggalah
saya, Amie, Sifa, Evi, Bara, dan Akbar (Oia, Akbar datengnya hampir barengan
sama Si Fildzah tapi sayanya enggak ngeh :v dia lonelly ranger from Semarang)
yang merepotkan panitia dalam porsi lebih. :3 Maaf. :”(
Bersambung .......
0 comments:
Post a Comment