Rss Feed
  1. K.A.M.U

    Sunday 14 June 2015

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
    Selasa, 20 Mei 2014

    k.a.m.u


                Saya melukiskanmu dengan sangat menawan beberapa tahun silam melalui sebuah beranda sosial, mengundang banyak  tanya dari rekan rekan sekitar tentang siapa kamu sejatinya wahai kisanak? :D Hanya keentahan yang mampu saya berikan untuk jawab tanya mereka, dan banyak harap bahwa sosokmu adalah seorang di bawah naungan langit yang sama denganku, yang diam diam juga selalu menyertakan saya dalam rapalan doa.
                “Bocah laki laki berkacamata, mantan sispala (siswa pecinta alam), pandai berpuisi dan jago perkusi, dengan poni berpeci yang agak berantakan tapi tetep rajin ngaji, juga ramahnya sarung yang diselempangkan. Serta seorang Omnifora terbaik yang pernah saya temui.” Tulis saya di media sosial.
                Gencar semua orang mengarah pada beberapa nama. Rekan satu sispala semasa SMA, rekan satu rohis dan lembaga dakwah kampus, juga yaa seorang Kakak Tingkat yang agak keG-eRan :P. Menepis semua nama yang khalayak tudingkan, saya menyajikan kamu untuk mereka, sedikit meminimalisir sangkaan tentang kamu yang sejatinya belum saya jumpa.
    ^O^
                Bocah laki laki berkacamata, entah sejak kapan saya begitu suka dengan kacamata hingga mencantumkannya sebagai syarat hadirnya kamu. Ayolah, kacamata bukan semata tentang sepasang kaca kecil yang membantu memperjelas pandang dengan sebuah frame yang mengindahkannya. Kamu memang harus berkacamata, agar pandangmu terjaga dari hal yang tak semestinya, memudahkanmu dalam menjaga setia. Kamu pun wajib berkacamata, setidaknya agar kamu tahu cara pandang tepat dalam sebuah fenomena sehingga kamu tak perlu risau dengan mata mata lain yang memandang dalam beda.
                Mantan Sispala? :D Iyaa, kamu. Ingat betapa menyenangkannya sensasi lelah sebab perjalanan yang jauh, menanjak, menikung, menurun, curam, terjal, dan ragam tawaran topografi alam yang kemudian dibayar lunas oleh pandang indah semesta? Guratan jingga ufuk timur bersama sunrise, puncak gunung, serbuan udara kaya oksigen, hijaunya khatulistiwa. Semua sajian alam yang selalu kita jaga dalam tiga prinsip, tidak mengambil sesuatu kecuali gambar, tidak membunuh sesuatu kecuali waktu, pun tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak. Dan kamu adalah partner terbaik yang Tuhan kirim untuk membersamai perjalanan saya. Banyaknya kesukaan pada perjalanan jauh, liburan panjang, pantai, sunset, obrolan ringan, tawa bersama, dan tentu saja sepasang kursi malas untuk saya dan kamu.
                Setidaknya saya berharap kamu mengijinkan jingga menjadi saksi senjanya kita. Dalam masa yang tak lagi muda, juga anak anak yang telah berkeluarga, saya dan kamu masih siaga untuk berjalan bersama. Mengenang pertemuan saya dan kamu yang jauh dari duga, ketertatihan kita saling menjaga, kehadiran anak pertama hingga cucu pertama. Selingan ringan tentang kisah kasihmu semasa sma, dengan saya memasang wajah cemburu, dan selalu hidungku menjadi korban atas jahilnya jemarimu. Adegan senja yang terpenuhi tawa, ditutup hening penuh bahagia, menyimak dengungan adzan semesta, memuji asma.Nya dalam dalam bersama gandengan tangan kita yang mengerat.
                Pandai berpuisi dan jago perkusi. Tentu, kamu dan kata adalah satu paket tak terpisahkan, seperti saya dan kamu yang sepaket dalam kita. Melalui kamu definisi puisi bagi saya meringsek tak karuan, tak perlu liris ataupun manis. Sebab entah apa, setiap kata yang kamu tulis seolah puisi untuk saya, terasa manis tanpa buatan. Kamu pun orang yang tangguh dalam kemanjaan saya. Sosok laki laki kedua yang bisa saya tunjukkan sisi manja saya saat di depan dunia berjuang penuh kemandirian. Dalam helaan nafas sepertujuh detik, kamu akan menatap saya lembut, mengiyakan ajakan saya, membahas satu tema. :D
                Dua cangkir teh yang telah terisi lebih dari lima kali, langkah jarum jam yang berkeliling tiga kali, juga binar dimata saya yang belum hilang adalah diskusi kita setiap hari. Meski terkadang kamu jemu pada paksaan saya membahas Supernova, Rectoverso, Dee hingga Andrea Hirata juga Seno Gumira Ajidarma, satu hal yang membuatmu tak jengah, cinta. :D cinta yang membuat Jalaluddin Rumi bersanding mesra dengan guratan Dewi Lestari hingga Kitab Al – Hikam Ibnu Athaillah berkoalisi dengan perjalanan budaya Andrea Hirata juga sanjungan untuk senja dari Seno Gumira Ajidarma mewarnai bincangan kita. Aku mencintai kita dalam meski. :”)
                Lantas lisanmu yang menyuarakan kelembutan, bukan macam suara kebanci-bancian yang sangat peduli pada pencitraan. Sungguh kamu tak harus menjadi ikhwan yang kabarnya harus berjambang dan bercelana cingkrang. Kamu adalah laki laki Islam yang tak lalai pada lima waktu wajibnya dengan rutin mendirikan sunnah pendekat jannah. Lisan yang juga mengabarkan bahwa laki laki pun mampu menyandingkan kelembutan bersama sikap ketegasan, layaknya dawai gitar yang lembut namun tegas menyuarakan ruang resonansi.
                Sebagaimana dalam kamus biologi tentang klasifikasi makhluk hidup berdasarkan jenis makanannya. Kamu adalah satu omnifora terbaik yang pernah saya temui. Seorang yang tidak terlalu rewel dengan makanan yang masuk mulutnya. Cukup mensyaratkan halal, bersih dan sehat. Sudah dan selesai. Tak pernah mengeluhkan bahan apapun yang saya masakan untukmu. Bahkan meski itu Cuma telur goreng dan kecap, atau tempe dan sayur bayam bening. Kamu adalah yang sedia menerima setiap menu tanpa keluh, ya beberapa isyarat barangkali coba kamu kirim melalui porsi yang lebih sedikit atau seraut kemasaman wajah lantas meninggalkan makanan untuk makhluk lain serupa kucing atau ayam :v Isyarat lembut yang harus segera saya cerna agar tak terulang kembali. :D Tapi kamu adalah juara untuk omnifora. ^_^
    ^O^
                Terlepas dari frasa yang melukiskan kamu dalam pandang saya, kehadiranmu selalu lebih indah dari lukisan saya. Tak perlu membebani diri dengan harapan saya ini, faktanya saya akan tetap membersamaimu merajut amal menuju jannah.Nya bersama – sama.
    Bertemu denganmu.
                Saya pernah membayangkan bagaimana prosesi pertemuan saya dan kamu. Bukan dengan tatap dan surat penuh sakit merah jambu serupa remaja kini, bukan jumpa yang dipaksakan oleh salah satu dari kita sekalipun saya dan kamu benar-benar menginginkannya. Saya dan kamu bertemu sebab memang sudah masanya bertemu, seseorang yang mungkin sudah saya kenal dekat, seseorang yang mungkin baru saya dengar namanya, seseorang yang mungkin benar benar pertama kali saya kenal, atau seseorang yang pernah berpapasan dalam perjalanan.
                Bahkan saya sudah berharap pertemuan saya dengan seseorang yang kelak melengkapi saya itu serupa pertemuan sahabat lama, entah bagaimana semua ringan berjalan, mengalir apa adanya tanpa paksaan, bertemu seseorang yang nyata mampu menjadi  partner of life menggenapi separuh agama. Ah, bukankah dilangit (dulu) saya dan kamu adalah sahabat? Bumi adalah pemisah sekaligus penguat dalam satu paket. Sayangnya saya cukup sulit menerka bagaimana rupa sahabat langit saya itu diwajah semesta kini. :”)
                Semoga saya dan kamu dimudahkan menjaga apa yang seharusnya terjaga. Diringankan melafalkan syukur atas jalan masing masing diri hingga kelak saling menemui. Dilancarkan menyelsaikan apa apa yang harus diselesaikan dari saya dan kamu sebelum menjadi kita.
                Kemudian kamu adalah kamu, yang tak dibatasi sebuah pandang pencintraan. Leluasa bergerak dalam untaian al-quran dan sunnah. :”). Iya, itu kamu dalam harapan juga dalam khidmat sujud panjang. :”) Semoga dimudahkan menjaga :”) Semoga dipertemukan dalam jalan penuh perjuang bersama :”) Semoga di dekatkan dengan ragam kebaikan pembawa manafaat untuk umat :”) Aamiiin :”)

                Sampai bertemu lagi, Sahabat Langitku ^_^

  2. 0 comments: