Taken by Mr.Lintang |
Katanya harus ada perempuan hebat di belakang lelaki
hebat.
Mario Teguh dengan back up istrinya yang sepenuh cinta
mengabdikan diri. Pak Jokowi dengan back up Bu Iriana yang setia dalam setiap
kehadirannya. Juga semua laki – laki yang nampak hebat dengan kemapanan,
kedudukan, keterpandangan, wibawa, juga kepopularitasan lainnya. Lantas
bagaimana dengan lelaki – lelaki itu? Penarik becak, kondektur bis, sopir truk,
penjaga palang kereta api, petugas kebersihan, petani padi, juga lelaki lelaki
lain dengan kehadirannya yang nampak biasa.
Penarik becak yang nampak hanya mencari waktu tidur
tambahan di luar rumah, kondektur bis yang kadang bajunya nampak lusuh, sopir
truk yang sering nampak tidak mandi, penjaga palang kereta api yang hanya sesekali
nampak mengawasi, petugas kebersihan yang bahkan jauh dari aroma wangi, petani
padi yang bahkan hanya buruh pada tetangga sebelum sempat memiliki lahan
sendiri. Dan banyak lelaki dengan tampilan tidak menarik serta kesibukan yang
kurang terpandang.
Apakah secara otomatis kalimat “perempuan hebat ada
dibelakang lelaki hebat” itu hangus dan tidak berlaku untuk mereka?
TIDAK menurut saya.
Perempuan hebat itu masih ada di belakang lelaki yang
dimata dunia itu tidak hebat.
Ketika pandang ini mengarah pada bapak penarik becak,
kondektur bis, sopir truk, petani padi, petugas kebersihan atau pekerjaan lain
yang nampak selalu kotor dan berpeluh. Ada dialog dengan hati dan Tuhan
berkecamuk.
Katanya masa depan yang cerah adalah milik mereka yang
menyiapkan hari ini.
Apakah mereka tidak menyiapkan hari ini sebelumnya?
Hingga mereka harus nampak susah setiap hari.
Apakah mereka menikah hanya bermodal cinta, tanpa
memikirkan bibit, bebet, bobot? Hingga terkadang penghasilan hanya untuk makan
hari ini.
Apakah mereka bahagia dengan kehidupan seperti itu?
Apakah mereka pernah piknik? Apakah mereka pernah pergi ke luar untuk makan
bersama di restoran mewah? Apakah mereka terlintas ingin meraih beberapa
bintang? Apakah mereka bahagia?
Tuhan, mengapa terkadang kehidupan ini begitu tidak adil.
Ada yang bekerja sangat keras hingga keringatnya berganti
darah namun rumahnya kadang masih bocor sana sini, makan masih susah.
Ada yang bekerjanya hanya tanda tangan, hadir rapat, koar
– koar menebar harapan tapi penghasilan dan kehidupannya seakan terjamin dalam
kenyamanan.
Tapi, terlepas dari semua itu. Kasus bunuh diri orang
miskin lebih sedikit dibanding kasus bunuh diri orang kaya.
Ada apa ini? Kenapa orang yang nampak nyaman, bergelimang
harta, kedudukan, wibawa dan seolah memiliki dunia malah rawan bunuh diri?
Lantas sesak itu menyergap. Membungkus lisan dengan
istigfar berkali – kali.
“Lantas nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustai??”
Kaya miskin, pintar bodoh, tinggi rendah, dan semua
kebalikan itu adalah keseimbangan dari.Nya. Perbandingan yang memang
disuratkan. Bukan sebab tidak ada ikhtiar, bukan sebab Allah mendiamkan, bukan
sebab ketidakadilan.
Dan benar!
Selalu ada perempuan hebat di balik lelaki hebat.
Siapapun dan bagaimanapun sepasang lelaki dan perempuan itu.
Perempuan yang tidak pernah menuntut lebih dari apa yang
diberikan lelakinya.
Perempuan yang tiada henti mengalunkan doa dalam sabar
mendampingi lelakinya.
Perempuan yang tanpa ragu percaya pada ikhtiar lelakinya.
Perempuan yang tak kenal lelah meniti langkah membersamai
lelakinya.
Perempuan yang ramah peluh tanpa perlu mengeluh.
Lantas,
Lelaki yang pantang menyerah memberikan apa yang mampu
diberikan.
Lelaki yang tak pernah absen mengimami keluarganya
meningkatkan keimanan pada.Nya.
Lelaki yang tanpa ragu percaya pada kekuatan
perempuannya.
Lelaki yang membalas kesetiaan itu dengan tidak pernah
menduakan perempuannya.
Lelaki yang selalu berpeluh tapi tidak pernah mengeluh,
bahkan perkara perempuannya yang kadang menghadirkan sisi ‘kurang
menyenangkan.’
Sepasang hebat itu ada.
Nyata berbahagia.
Sebab dihati dan langkahnya ada syukur tiada tara kepada
Allah Ta’ala.
Semangat Pagi, Sepasang Hebat! ^_^
0 comments:
Post a Comment