Rss Feed
  1. Melodi Air

    Wednesday, 6 November 2013

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    Selasa, 29 Oktober 2013

              
                Pernahkah kamu bertanya, melodi apa yang disembunyikan hujan dalam rinainya?
                Pernahkah kamu menyangka, nada apa yang didendangkan hujan dalam gemuruhnya?
                Pernahkah kamu berprasangka, syair apa yang ia metaforakan dalam petrichornya?
                Pernahkah kamu bertanya, untuk siapa melodi itu disimpan? Lalu dikabarkan dengan ramainya air yang jatuh?
                Pernahkah kamu menyangka, untuk siapa nada itu didendangkan? Lantas disumbangkan dengan gemuruh petir?
                Pernahkah kamu berprasangka pada syair yang termetafora dalam bait aroma tanah itu? Kolaborasi apik antara benda padat dan cair yang mengontaminasi udara.
                Saya tidak akan mengejakan jawab atas tanya dan prasangka itu. Saya hanya ingin mengeja tentang malam ini. Ketika hujan dengan setianya membungkus kota selepas senja hingga tak menyisakan ruang untuk jingga. Membiarkan abu abu tua meraja cakrawala. Ketika hari terasa begitu manis, meski bersama orang yang bahkan tak tau caranya romantis. :D
    ^O^
                Pabrik Gula itu jauh di Gondangrejo dan Sondokoro, tapi manisnya hari kualami hari ini, tanpa harus dekat dengan dua tempat itu. Bukan sebab adanya pemanis, namun oleh sapaan manis seseorang yang sempat ku anggap bengis (Hei, dia itu penumbuh sekaligus pembunuh rindu paling sadis yang saya kenal !).
                “Sugeng Enjang. Selamat Beraktivitas :”) ” sapanya melalui layar Nokiaku.
                Dan, Ya, bahagia menjadi sangat sederhana. Sebab sebuah pesan dengan beberapa karakter yang menyampaikan ucapan pagi. Barangkali sebab hati berkata, ia masih peduli. Dan akan terus peduli (dengan caranya, yang sering tak kumengerti :’D)
    ^O^
                Ujian berlalu serupa jalan tol. Bebas hambatan. Latihan berlalu penuh kesan. Bahwa semua harus dibiasakan. Bahkan menjadi penyusup suporter bola program studi seberangpun tetap gempita. Serupa tong kosong dipukul gading. Resmi membuat berisik. :D selamat buat yang menang tadi :”D. Rapat harian lengkap pun dihiasi guyuran air langit.
    ^O^
                Lima belas menit yang lalu, saat saya mulai mulai menghias layar putih ini dengan beberapa huruf. Mengintepretasikan hari ini dalam guratan kata. Lima belas menit yang bertambah tujuh ratus dua puluh detik kini, adalah waktu tiba saya bersama Vio di asrama. Haha menuliskan ini terasa lebih penting dibanding memangkas tugas presentasi esok pagi. Haha benar katamu, menulis bagiku berubah menjadi candu. :D mungkin seperti kamu.
    ^O^
                19.57 WIB
                “Aku pulang ya Kak! Wassalamualaykum.wr.wb” Seruku mengudara. Berpamitan pada penghuni kaum seatap. Warga UKM FKIP tercinta. Haha
                “Iya Nduk. Hati hati. Wangalaykumsalam.wr.wb!”
                “Haha iyessh!” jawabku dibalik punggung yang terbungkus mantol ungu, warna senada dengan Vio.
                “Yakinlah cinta selalu mengerti, Yakinlah cinta kan slalu percaya!huhuuuu”
                Sepanjang Ir Sutami 36A hingga Slamet Riyadi 449, lirik D’Cinnamons resmi menggetarkan rumah siput dan gendhang telinga. Yang kemudian menyublimkan rindu dengan tiba tiba. Mendendangkan melodi air dengan sempurna. Menyiprati ruang hati dengan percikan memori. Aihh kayuhan malam ini terasa bersajak, penuh metafora, sarat personifikasi, dan yah nampak hiperbola sepertinya. :v Sayangnya semua menjadi ironi, sebab rindu tak akan terobati sebelum Tuhan mengijinkan kesempatan jumpa itu datang kembali.
    ^O^
                Dan air masih setia mencumbu tanah. Mengudarakan aneka rasa dalam raga manusia. Menyipratkan kenangan kenangan yang melenggang tanpa dosa. Membisikkan harap seusai sujud, sebab percaya Tuhan lebih dekat saat rinai berkahnya mendarat bersama air air langit itu. Dan malam ini manis tanpa buatan. Terima kasih Tuhan :”)

     

  2. 0 comments: