Rss Feed
  1. Tidak Ada Anak Yang Nakal, Tapi.....

    Monday, 25 November 2013

    Bismillaahirrahmaanirrahiim :)


    Selasa, 19 November 2013

            


                “Saya pernah mendengar sebuah peribahasa yang menyatakan bahwa tidak ada anak yang nakal yang ada hanya orang tua yang tak mampu mengasuh. Tidak ada siswa yang bodoh, yang ada guru yang tak mampu mendidik. Dari dua pernyataan tersebut yang ingin saya tanyakan ialah benarkah kedua pernyataan tersebut? Juga tolong sertakan dasar dari jawaban saudari.” Kira kira begitu pertanyaan dari seorang rekan saat presentasi saya dalam makul Pendidikan Anak Dalam Keluarga dengan tema Pola Asuh anak dalam keluarga.
                Saya ditugaskan menjadi moderator dalam diskusi kali ini, sayangnya saya moderator dengan hak istimewa, yakni  boleh menjawab pertanyaan dari audiens. Baiklah ini agak merepotkan memang, ketika moderator seharusnya fokus mengontrol diskusi juga merangkum guna membuat kesimpulan diskusi ini juga diharuskan ikut mengurai kata untuk sebuah jawaban.

                Pelan pelan saya mencerna kalimat dalam peribahasa tersebut. “Tidak Ada Anak Yang Nakal Yang Ada Hanya Orang Tua Yang Tak Mampu Mengasuh. Tidak Ada Siswa Yang Bodoh, Yang Ada Guru Yang Tak Mampu Mendidik. Jika dipikirkan sepintas memang dapat dikatakan bahwa orang tua dan guru dalam peribahasa tersebut salah, namun jika dipandang lebih jeli lagi, keduanya tak dapat disalahkan begitu saja.

                Begini, dalam sebuah proses pembentukkan karakter anak itu memang tidak terlepas dari peran orang tua yang dominan, sayangnya jangan lupa bahwa ada banyak faktor yang menyertai pembentukan karakter anak tersebut. Jadi ketika terbentuk karakter anak nakal itu tak dapat dikatakan bahwa orang tuanya yang salah. Lantas faktor apa saja yang turut andail dalam pembentukan karakter anak ?
    1.      Teman sebaya di masyarakat.
                Ketika rumah menjadi ruang utama meminta perhatian orang tua, maka anak anak memiliki ruang eksistensi bersama rekan sebayanya. Sebab eksistensi sebagai sesama anak anak juga merupakan kebutuhan mereka, tak jarang mereka lupa waktu untuk bermain. Kelupaan yang menimbulkan suara falset menjelang senja dari para Bunda. Interaksi anak anak dengan rekan sebayanyapun nyaris empat puluh persen dari presentase keseluruhan ruang interaksi anak diluar rumah. Berdasarkan hal tersebut tentu orang tua menjadi pihak yang diwajibkan mampu mengontrol pergaulan anak dengan rekan rekannya. Perlu digarisbawahi bahwa pengontrolan disini sangat jauh berbeda dengan pengekangan dan pembatasan anak dalam bergaul. Pengontrolan yang dimaksudkan saya disini, cukup dengan tahu siapa saja rekan sebaya anak, bagaimana perilaku mereka, lantas kitapun pelan pelan membekali anak untuk tahu mana yang dapat dijadikan refrensi berakhlak dan mana yang harus menjadi bahan teguran sesama. Jika beruntung malah anak anak yang mampu menjadi teladan bagi rekan rekannya. :”)
    2.      Lingkungan Sosial masyarakat sekitar.
         Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup sendiri. Sebab itulah manusiapun hidup bermasyarakat. Dan keluarga (unit masyarakat terkecil) adalah bagian dari masyarakat. Jadi, selain berkeluarga juga bermasyarakat. Dalam masyarakat ini ada banyak karakter yang mewarnai, dari sekedar tetangga hingga perangkat desa. Atmosfer hidup bermasyarakat ini pun memiliki sumbangsih terhadap pembentukan perilaku anak. Faktor sosial ekonomi berhubungan dengan pekerjaan dan penghasilan serta cara bergaul seseorang. Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonominya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi. 

    3.            Media
    Seperti yang kita tahu, keseharian anak sangat dekat dengan berbagai media sosial dan elektronik. Karena sekarang ini banyak anak- anak yang lebih dekat dengan berbagai media dibanding dengan orang tua atau temannya. Sehingga hal itu menyebabkan anak kurang memahamai kondisi sekitarnya. Banyak pengaruh yang diakibatkan dari berbagai media yang ada baik dari TV, media cetak maupun online.
    Manfaat atau kelebihan utama dari media elektronik yaitu sebagai hiburan, pendidikan, dan juga relaksasi. Semua orang bisa mempelajari budaya luar, memahami sudut pandang orang lain, memperoleh inspirasi, dan mempromosikan kreativitas. Selain itu, manfaat lainnya yaitu adanya dukungan keamanan, keselamatan, serta dukungan sosial yang ditawarkan oleh komunikasi modern. Sebuah riset akademik menunjukkan bahwa anak anak itu cenderung banyak belajar dari televisi. Ketersediaan media untuk memengaruhi keyakinan sekaligus perilaku bisa digunakan untuk manfaat anak seperti mempromosikan aktivitas anak ataupun lewat internet dengan basis layanan pendukung di dalam pembelajaran.
    Dampak negatif yang di timbulkan oleh berbagai media :
    1)      Anak kurang bersosialisasi dengan dunianya yang nyata. Anak lebih memilih untuk melihat DVD atau TV yang ada didalam rumah.sehingga ia tidak tahu dunia luar yang sebenarnya.
    2)      Acuh terhadap apa yang ada disekitarnya.
    3)      Tidak mampu mengembangkan potensi diri. Hal itu disebabkan anak lebih dominan berkecimpung dengan media elektronik yang menyebabkan ia malas melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan fisik. Sehingga yang terjadi potensi anak tidak akan berkembang atau terhambat.
    4)      Banyak pengaruh buruk dari media terutama TV yang ditiru oleh anak. anak masih suka dalam meniru suatu hal yang dianggapnya menarik. Apa yang ditampilkan di TV akan ditirunya dan menjadi kelakuan sehari- hari.jika hal yang di tiru itu baik tidak mengapa, namun jika hal yang ditiru merupakan hal yang kurang baik akan berdampak pada kelakuannya. Orang tua perlu menjaga anak- anaknya dari damapak negatif TV maupun media lainnya.
    Sebuah teori bernama teori Jarum Hipodermik menjelaskan bahwa kekuatan dahsyat pada media bisa menguasai kendali pikiran masyarakat yang pasif dan tak berdaya. Kekuatan media yang memengaruhi khalayak ramai ini bergerak seperti jarum suntik, yaitu tak terlihat tetapi berefek. Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa tayangan buruk di media mampu memengaruhi perilaku anak-anak.
    4.      Penghuni lain selain orang tua.
          Dalam keluarga modern saat ini, anggota keluarga tidak lagi hanya suami (ayah), istri (Bunda), dan anak,  namun juga terkadang ada nenek serta kakek serta Baby Sitter.
          Peran nenek dan kakek dalam pengasuhan anak dan perkembangannya menurut Dra. Augustine S. Basri, MSi, psikolog anak dan keluarga dari UI :
    a)      Menganggap cucu sebagai pengganti anak. Pola asuh kakek dan nenek biasanya bersifat permisif, yaitu lebih banyak memberikan keleluasaan kepada cucunya untuk melakukan apa yang dikehendaki dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hal inilah yang sering bertentangan dengan prinsip pengasuhan oleh orang tua.
    b)      Terjadi dualisme kepemimpinan. Jika dibiarkan terlalu lama dan berlarut-larut, hal ini bisa berakibat negatif pada perkembangan anak, hubungan interpersonal mereka dengan orangtua, dan hubungan orangtua dengan kakek nenek. Anak akan bingung, harus mengikuti perkataan siapa, orangtua yang melahirkan mereka, atau kakek-nenek yang sehari-harinya mengasuh mereka orangtua sebagai pengasuh harusnya lebih besar daripada kakek dan neneknya. Selain itu sikap mandiri dan disiplin juga sulit untuk terbentuk dalam diri anak karena terlalu disayang oleh kakek dan neneknya.
    Sebenarnya peran kakek dan nenek untuk perkembangan anak juga sangat penting. Hal itu dikarenakan :
    a)      Anak menganggap bahwa kakek-nenek adalah makhluk paling istimewa yang serba bisa.
    b)      Secara emosional, kakek- nenek mampu memberikan rasa aman dan dan nyaman pada anak/cucu.
    c)      Anak bisa belajar suasana baru baradaptasi dengan kakek dan neneknya.
                Peran baby sitter/ pengasuh/pendidik:
    Bagi orang tua yang sibuk bekerja baby sitter atau lainnya merupakan pilihan yang tepat untuk merawat anaknya dan mengasuhnya. Jika dalam memilih pengasuh kurang tepat akibatnya perkembangan anak akan kurang tepat pula, namun jika orang tua bisa memilih pengasuh yang baik hasil perkembangan anak juga  baik dan positif. Peran pengasuh bisa menjadi orang tua dominan sang anak karena orang tua yang asli sangat jarang berkomunikasi dengan anak. Bahkan, anak akan lebih memilih ikut peraturan pengasuhnya, dibanding dengan orang tuanya.
    Terdapat beberapa tips agar orang tua dapat menjaga kondisi perkembangan dan kebutuhan anak secara sehat mental dan fisiknya dengan memilih pembantu/ baby sitter yang jujur, seiman, dan menyayangi anak, dan memberi batasan dan wewenang pada pembantu/ baby sitter.
    Namun sebaiknya orang tua tetap menyempatkan berinteraksi dengan anak dan mendidiknya meskipun dengan waktu yang relatif singkat. Karena orang tua lebih tahu dengan karakter anak dibandingkan dengan pengasuh/pendidik di sekolah. Sangat penting pilar-pilar pendidikan yang utama dilakukan di keluarga meskipun waktu yang ada hanya sebentar namun, jika diusahakan untuk efektif maka hasilnya akan baik. kualitas lebih berarti daripada kuantitas. Artinya, sedikit bila dimanfaatkan dengan baik, maka waktu tersebut sangatlah berharga. Daripada 24 jam berada di rumah, tetapi orang tua di sibukkan dengan menonton tv, membaca koran, dan lain–lain. Akan tetapi harus di ingat, kualitas jaga tidak ada artinya tanpa kuantitas. Maksudnya, orang tua harus meluangkan waktu bersama anak setiap hari. Pantaulah bagaimana perkembangan mereka di rumah dan sekolah. Apakah mereka mampu mengalami masalah dengan aturan sekolah, dan lainnya.

    5.            Genetis.
    Faktor diluar duga manusia yang membuat manusia untuk senantiasa bertawakal pada.Nya semata. Menyadari bahwa diatas segala rencana manusia ada Allah SWT yang memutuskan segalanya. Faktor bawaan sejak dalam rahim yang telah Allah sisipkan sebagai anugerah. :”)

    ^O^
                Semoga bermanfaat dan semoga menjadi orangtua cerdas penuh kreativitas mengasuh buah hati  ^_^  #eh? :”) aamiiin
     


  2. 0 comments: