Bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Rabu,
18 September 2013
Proses Pembelajaran |
Di ujung sebuah jalan desa
terpencil, tempat elang dengan angkuhnya bertengger di beringin, dimana
matahari meredamkan diri ke dalam batas gunung, berdirilah dengan kokoh
bangunan sekolah dasar dengan karisma “Posisi menentukan prestasi!” yang
tersohor. Tempat seorang lugu menimba ilmu.
Dan sebuah bangku di pojok kelas
deret terbelakang menjadi saksi atas pernikahan seorang bocah delapan tahun
menikah dengan gelar “terbodoh” . Berbeda dengan bangku di pojok kelas paling
kiri terdepan yang dengan damainya terduduki seorang bintang kelas pemegang
tongkat resmi ranking satu. Ya, bagaikan ular tangga stratifikasi IQ, tempat
duduk itu menentukan di tangga berapa rangking kelasmu.
Sudah tiga tahun semua berjalan
demikian. Beberapa kali berganti, bergeser sedikit. Si pojok terbelakang naik
beberapa tingkat tanpa pernah berada di tingkat pertama. Si pojok terdepan,
turun beberapa tingkat tanpa pernah bergeser dari jajaran depan.
Entah keefektifan entah pembodohan,
ketika berkelompokpun, si ranking satu dengan ranking dua, tiga dengan empat,
dan seterusnya. Jika cerdas, kian cerdaslah ia. Jika bodoh? Kian kosonglah ia.
Dan pagi itu ia kembali duduk di bangku
tahun ketiganya sekolah dasar, di bangku pojok terbelakang. Setia di kelas satu
dengan wajah yang tetap lugu.
-Ini hanya cerita : pemahaman,
pengartian, juga pemaknaan cerita saya kembalikan kepada masing masing pembaca.
Salam kata :”) -
0 comments:
Post a Comment